Thursday, July 7, 2016

UNTAIAN PERISTIWA

Ajak Warga Surabaya Stop “Nyampah” Plastik

Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, saat teleconference
dengan Menteri LH, Siti Nurbaya.
WARGA Kota Surabaya diimbau untuk mengurangi dan menghindari penggunaan plastik semaksimal mungkin. Salah satu cara adalah dengan membawa tas kantong sendiri (reusable bag) ketika berbelanja. Ini karena penggunaan plastik sekarang ini sudah sangat tinggi sementara sampah plastik sangat sulit terurai. Dibutuhkan waktu 100 tahunan agar sampah plastik terurai.
Imbauan tersebut disampaikan Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, di Taman Bungkul, Minggu (21/2) sesuai melakukan teleconference dengan Menteri Lingkungan Hidup, Siti Nurbaya, bertepatan dengan launching Gerakan Indonesia Bersih Sampah 2020. Selain dengan Walikota Surabaya, Menteri LH juga melakukan teleconference dengan Walikota Bandung, Walikota Balikpapan dan Walikota Makassar.
Walikota Tri Rismaharini didampingi Wawali Whisnu Sakti Buana, Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, Musdiq Ali Suhudi, dan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, Chalid Buchari, juga beberapa masyarakat dan pelajar yang peduli sampah serta komunitas Tunas Hijau.
Dalam teleconference bersama Menteri Lingkungan Hidup, Siti Nurbaya, tersebut Walikota Tri Rismaharini menyampaikan bahwa warga di Surabaya, termasuk anak-anak sekolah, selama ini sudah melakukan pengelolaan lingkungan dan daur ulang sampah. “Oleh anak-anak, sampah plastik didaur ulang, digunakan sebagai aksesori dan baju daur ulang yang dipakai pagi ini,” ujar walikota.
Mendengar hal itu, Menteri LH, Siti Nurbaya, mengatakan, Surabaya dan Walikota Tri Rismaharini selama ini telah memiliki reputasi bagus dalam hal pengelolaan lingkungan. Karenanya, ia meyakini, Surabaya akan mampu menjadi kota terdepan dalam hal pengelolaan lingkungan. “Kita semua tahu, Bu Risma adalah ibunya lingkungan. Kita percaya Surabaya dengan inovasi dari Bu Risma dan kerja keras warganya serta kreativitas anak-anaknya, akan bisa bersih dari sampah,” ujar Menteri LH.
Batasi Plastik Lewat “Plastik Berbayar”, Belanja Bawa Tas Sendiri
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya,  jelas Walikota Tri Rismaharini, sebenarnya sudah mulai tahun lalu melakukan kampanye antiplastik. Melalui Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Surabaya, kampanye tersebut rutin digelar di Car Free Day.
“Saya minta BLH kampanye antiplastik karena saya lihat penggunaan plastik sudah luar biasa. Kalau tidak ada gerakan yang masif, maka kita akan kesulitan mengendalikan karena plastik terurainya 100 tahun. Kita semua harus bergerak. Kita sepakat mengurangi plastik semaksimal mungkin,” jelas walikota yang pernah menjabat Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Surabaya ini.
Nah, mulai hari Minggu (21/2/2016), Surabaya menjadi satu dari 22 kota di Indonesia yang akan menerapkan “plastik berbayar”. Artinya, jika kita membeli barang di supermarket atau minimarket, maka kita harus mengeluarkan uang lagi jika ingin memakai kantong plastik. Tujuannya adalah untuk memunculkan kesadaran agar tidak terus-terusan “nyampah” plastik. Agar kita berbelanja membawa kantong sendiri dari rumah. Untuk di Surabaya, harga per plastik adalah Rp 200.

Menurut  Bu Risma - sapaan Walikota Tri Rismaharini, poin pentingnya sebenarnya bukan pada murah atau mahal. Tetapi untuk melatih disiplin warga agar tidak memakai kantong plastik. Bu Risma meyakini gerakan masif untuk mengurangi  sampah plastik itu akan berhasil di Surabaya. “Sebetulnya yang penting adalah pesannya. Bukan soal murah atau mahal. Saya yakin warga Surabaya cerdas. Kalau nggak, kotanya nggak bisa seperti ini. Saya kalau beli (belanja), nggak mau plastik. Saya lepas saya kasihkan lagi ke dia. Saya bawa tas sendiri. Minimal kan pemakaian plastik berkurang di saya. Dan saya yakin, masyarakat Surabaya pasti bisa,” jelas Bu Risma.
Walikota menambahkan, pemkot juga gencar melakukan sosialisasi ke pasar dan pedagang kaki lima (PKL) yang selama ini masih menggunakan bahan plastik dalam berjualan, seperti penjual cilok (pentol), penjual es dan juga penjual gorengan. Sementara untuk sampah di pasar, di beberapa pasar volume sampahnya sudah turun. “Di Surabaya, sampah yang masuk ke TPA relatif turun. Sampahnya tidak naik meski pertumbuhan ekonominya naik. Ini karena jumlah sampah kita kelola dari sumbernya. Untuk sampah plastik didaur ulang,” jelas walikota yang semasa SMA pernah menjadi atlet lari ini.
Kepala BLH Kota Surabaya, Musdiq Ali Suhudi, mengatakan, untuk plastik berbayar Rp 200 di Surabaya, akan terus dipantau bagaimana efektivitasnya hingga 5 Juni mendatang. Apalagi, jelas Musdiq, dasar program ini baru mengacu pada Surat Edaran (SE) menteri, belum Peraturan Menteri (Permen). “Selama itu, dari pemkot maupun kementerian pusat ada feed back dan evaluasi. Kalau Permen keluar, aturannya lebih rinci. Tapi yang penting sambil jalan, gaungnya dulu, masyarakat tahu,” jelas Musdiq.

Menurut Musdiq, yang terpenting sebenarnya bukan masalah plastik berbayar atau tidak bayar. Dia berharap ke depan tidak ada lagi penggunaan plastik tetapi semua sudah memakai kertas atau kain. Kalaupun plastik, harus yang ramah lingkungan. Termasuk penggunaan paper bag di supermarket dan juga minimarket. “Sekarang ini karena plastik produksinya luar biasa banyak, maka harganya murah. Sementara paper bag kan masih sedikit. Kalau nanti volume produksinya besar, otomatis ongkos produksinya pun akan turun,” jelas Musdiq. (Rilis) web majalah fakta / majalah fakta online

No comments:

Post a Comment