WARGA CIMADE MINTA
BANTUAN SARANA-PRASARANA AIR BERSIH
KAMPUNG Cimade, Desa Cikancra, Kecamatan Cikalong,
Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, terdiri dari sekitar 1.000 jiwa terletak sekitar
85 km sebelah Timur Laut dari ibu kota Kabupaten Tasikmalaya. Berpuluh-puluh tahun,
bahkan ratusan tahun setelah dihuni oleh masyarakat, kampung itu keadaan geografisnya
berupa hamparan batu dan sebagian kecil tanah. Kampung tersebut menghasilkan mayoritas
kelapa yang diproses menjadi gula kelapa dan beberapa jenis buah-buahan seperti
petai, mangga, sawo. Sebagian kecil lainnya padi.
Seorang
warganya bernama Pak Ahmad (76) yang ahli membuat tempat tungku api dari batu
mengatakan kepada Andris Sutresna dari FAKTA bahwa untuk membantu hidupnya sehari-hari
ia menjual tungku batu dari halamannya sendiri. Ketika halaman batu telah dibuat
beberapa tungku, maka halamannya tersebut menjadi kolam dan dijadikan untuk tadah
air hujan apabila musim hujan. Apabila kemarau panjang, air di kolamnya itu
berubah warna jadi hijau dan digunakan untuk mandi dan cuci piring bekas makanan.
Sedangkan toiletnya berjarak beberapa meter dari kolam. “Meski jaraknya sekitar
satu meter tidak akan menimbulkan pencemaran terhadap air kolam. Sebab galian
yang dibuat kolam penampungan air bersih untuk diminum itu adalah hamparan batu”.
Menurut
Pak Ahmad, selama menempati rumah dan bertempat tinggal beberapa puluh tahun di
kampungnya itu tidak ada yang perlu dikhawatirkan, terutama terhadap penyakit
yang menimpa dirinya serta masyarakat lainnya. “Soal air yang sangat dibutuhkan
oleh semua manusia dan mahluk hidup di dunia, kami penduduk Kampung Cimade menerima
apa adanya, terutama ketika musim kemarau panjang, seluruh warga menggunakan
air di masing-masing kolam depan rumahnya. Dan selama menggunakan air tersebut warga
tidak pernah menyampaikan keluhan tentang penyakit kulit atau penyakit lainnya
yang ditimbulkan dari air tersebut. Namun masyarakat yang mampu dan tanah di halaman
rumahnya tidak ada batunya akan menggali sumur pakai mesin listrik ke
penampungan. Di kampung sini ada beberapa masyarakat yang telah menggunakan
sumur pompa”.
Namun,
Pak Ahmad berharap pihak pemerintah daerah maupun pusat memperhatikan masyarakat
yang selalu menggunakan air bersih dari kolam tadah hujan yang mungkin belum tentu
bersih itu. Seperti di kampung-kampung lainnya yang telah menerima bantuan sarana-prasarana
air bersih dari pemerintah.
Sekitar
300 meter menelusuri jalan tikus dan berliku-liku karena naik-turun hingga Andris
Sutresna dari FAKTA terengah-engah nafasnya, ada sebuah bak penampungan air
yang secara sukarela dibangun oleh seorang warga Kampung Cimade, Desa Cikancra,
bernama Haji Tarman (51). Luasnya sekitar 4 meter persegi dari bahan material
pasir dan semen. Bak penampungan dari sumber mata air itu diperlukan ketika musim
kemarau. Seluruh warga antri panjang mengambil air bersih di bak penampungan
Haji Tarman itu untuk keperluan dalam rumah tangganya masing-masing.
Haji
Tarman saat dikonfirmasi FAKTA mengatakan bahwa bak kolam untuk penampung mata
air itu dibangun khusus untuk keperluan masyarakat yang memang memerlukan. “Saya
bangun dengan anggaran pribadi dan sumber mata airnya berada di tanah pribadi. Karena
itu silahkan semua warga yang merasa kekurangan air bersih untuk menggunakannya”.
Tarman
yang biasa dipanggil Pak Haji itu mengatakan bahwa hanya Kampung Cimade, Desa Cikancra,
yang tidak mendapat perhatian dari pihak pemerintah daerah setempat maupun pusat.
Lain
halnya dengan Kampung Pareang dan Cipari, Desa Tonjongsari, yang terdiri dari 2
RW dan 6 RT sekitar 120 Kepala Keluarga
(KK) atau 600 jiwa, telah menggunakan air minum yang layak dikonsumsi. Padahal jarak
sumber mata airnya lebih dekat dengan Kampung Cimade, Desa Cikancra. Karena itu
masyarakat Desa Cikancra minta kepada pihak pemerintah daerah untuk segera
memberikan bantuan sarana dan prasarana air bersih. (F.542) web majalah fakta / majalah fakta online / mdsnacks
No comments:
Post a Comment