PEMERINTAH
TIONGKOK PROTES
“Hubungan baik harus dijaga,
tapi pencurian ikan bukan termasuk hubungan baik
yang perlu dijaga,” tegas Susi
Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan RI.
|
PEMERINTAH Tiongkok
telah menyampaikan protes resmi kepada pemerintah Indonesia terkait insiden
penembakan kapal nelayan asal negaranya oleh TNI Angkatan Laut. Mereka
mengatakan bahwa tindakan TNI AL itu telah menyebabkan seorang anak buah kapal
terluka.
Kepala Dinas Penerangan TNI AL, Laksamana Pertama (Laksma) TNI
Edi Sucipto, membantah tuduhan Tiongkok tersebut. “Angkatan Laut (Indonesia)
tidak brutal,” ujarnya, Senin (20/6).
Laksma Edi Sucipto menjelaskan bahwa tindakan yang dilakukan
oleh TNI AL sudah sesuai prosedur. Saat itu, KRI Imam Bonjol telah mengeluarkan
peringatan berupa himbauan, sebelum akhirnya memberikan tembakan peringatan
kepada 12 kapal ikan asing yang diduga melakukan pencurian ikan di perairan
Natuna.
“Ketika dilakukan penembakan peringatan ke udara, dia malah
tetap lari, kita berikan tembakan peringatan juga di depannya. Tapi tidak
berhenti juga, malah dia mau memutar haluannya mengancam mau menabrak,” ungkap
Laksma Edi Sucipto.
Setelah melakukan pengejaran, salah satu kapal nelayan itu dapat
dihentikan. Tim Visit Board Search and
Seizure (VBSS) kemudian memastikan bahwa kapal bernomor lambung 19038 itu
milik nelayan Tiongkok dengan ABK berjumlah tujuh orang. “Dan tidak ada yang
tertembak, dan sekarang semuanya sudah diamankan di Lanal Ranai,” kata Laksma
Edi Sucipto.
Kadispenal mempertanyakan, bagaimana mungkin tembakan TNI AL
bisa melukai nelayan Tiongkok jika mereka telah melarikan diri ? “Kalau ingat senjata
yang digunakan cuma sekedar senjata 7,62 atau 12 mm, mana mungkin sampai ke
sana ? Mereka kan sudah lari semua, kecuali satu (kapal) yang tidak bisa lari,”
ujarnya.
Insiden ini merupakan konfrontasi ketiga antara kedua negara
sepanjang tahun ini, seiring meningkatnya ketegangan regional di kawasan Laut
Cina Selatan.
Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Susi Pudjiastuti, menyebut
keputusan kapal perang TNI AL menembak kapal nelayan berbendera China di
perairan Natuna, Kepulauan Riau, Jumat pekan lalu, itu sebagai suatu hal yang
tepat. Menurut Susi, kapal tersebut menangkap ikan di Indonesia secara melawan
hukum.
“Itu hal biasa, menegakkan hukum di wilayah kedaulatan. Bukan
China saja yang bisa geram, kami juga bisa melakukan hal serupa,” ucapnya di
Jakarta, Senin petang (20/6).
Susi menuturkan, menjaga hubungan bilateral dengan China tidak
berarti mengendurkan pengawasan dan penegakan hukum terkait pencurian ikan. Ia
berkata, pemerintah Indonesia tidak akan mendiamkan satu pun kasus pencurian ikan.
“Mencuri ikan tidak termasuk hubungan baik antarnegara,” kata Susi.
Menurut Susi, hubungan baik antarnegara dan penegakan hukum
merupakan dua sisi berbeda yang sama-sama harus dijalani tanpa mengganggu satu
sama lain. “Jadi masak orang mencuri disuruh kasih solusinya seperti apa. Illegal fishing tetap kita anggap illegal fishing,” ujar Susi berapi-api.
Susi pun mendukung penuh tindakan Komando Armada Maritim Kawasan
Barat (Koarmabar) yang menembak kapal ikan berbendera China di perairan Natuna,
beberapa waktu lalu.
Menurut dia, Indonesia jangan kalah ‘galak’ dengan China soal
hal ini. “(China) protes boleh saja. Tapi itu kan hal biasa yang kita tegakkan
di wilayah kedaulatan. Saya pikir TNI AL sudah betul. Jadi jangan Chinanya saja
yang boleh geram. Kita juga bisa geram,” ujar Susi.
Insiden perairan Natuna itu bermula saat TNI AL menerima laporan
hasil intai udara pada Jumat pekan lalu bahwa terdapat 12 kapal asing di
perairan Natuna. Menindaklanjuti laporan itu, TNI AL kemudian mengirim kapal Imam
Bonjol 383 jenis Parachim ke lokasi pantauan.
Saat dicek ke lokasi, satu kapal asing milik China tengah melaut
di sana. Tembakan peringatan ke udara pun dilepaskan untuk mencegahnya
melarikan diri. Namun, karena kapal itu tetap mencoba kabur, akhirnya dilepaskan
lagi dua tembakan dengan tembakan terakhir diarahkan ke haluan kapal. Tembakan
terakhir sukses membuat kapal itu berhenti.
Kejadian tersebut memicu protes dari pemerintah China, yang
berkeyakinan kapalnya berada di Perairan Perikanan Tradisional milik mereka.
Karena itu, menurut China, tidak sepatutnya kapal tersebut ditembak.
Susi mengatakan pemerintah Indonesia akan mengambil langkah juga
terkait dengan kejadian itu. Salah satunya, mengirim surat kepada pemerintah
China sekaligus menanggapi protes negara tersebut. “Nanti biar Ibu Menteri Luar
Negeri (Retno Marsudi) yang mengirim,” katanya.
Adapun soal permintaan Presiden Joko Widodo agar kementeriannya
tetap menjaga hubungan baik dengan China, Susi menegaskan hubungan baik tetap
akan dijaga. Namun China juga harus melakukan hal serupa. “Hubungan baik harus
dijaga, tapi pencurian ikan bukan termasuk hubungan baik yang perlu dijaga,”
tegas Susi. (Ist) web majalah fakta / majalah fakta online / mdsnacks
No comments:
Post a Comment