Balangan Budidaya Benih Ikan Dengan Sistem Bioflok
Bupati Balangan, H Ansharuddin.
|
BUPATI H
Ansharuddin yang memimpin Pemerintah Kabupaten Balangan melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan Holtilkoltura
Peternakan dan Perikanan (PTPHPP) terus mengembangkan budidaya dan pembibitan
benih ikan dengan menggunakan sistem bioflok dan memberikan target kepada Balai
Benih Ikan (BBI) Lokal Gunung Manau yang ada di Kecamatan Batumandi pada tahun
2016 ini dapat menghasilkan 1,2 juta benih ikan.
BBI Lokal Gunung Manau berkeyakinan akan
dapat memenuhi target yang diberikan itu. Bahkan menargetkan bisa menghasilkan
2 juta benih ikan lokal. Keyakinan bakal mencapai target
tersebut disampaikan Kepala BBI Lokal Gunung Manau, Ilmi Arifin. "Kami
sendiri menetapkan dua juta benih ikan akan tercapai," tegasnya penuh
keyakinan.
Ilmi Arifin mengatakan, untuk
mewujudkan target tersebut kini BBI Lokal Gunung Manau yang dipimpinnya sudah
menjalankan budidaya dengan sistem bioflok. Pada awalnya memang untuk komoditas
ikan nila dan papuyu saja, namun kini dikembangkan menjadi lima komoditas
seperti nila, lele, patin, papuyu, dan baung, karena komoditas ini dianggap
yang paling banyak permintaannya.
Membudidayakan ikan jika dilakukan dengan perlakuan khusus sudah dapat
dipastikan akan memberikan hasil yang maksimal. Untuk itu segala cara dilakukan
BBI Lokal Gunung Manau demi peningkatan produksi, salah satunya adalah budidaya
ikan dengan menggunakan sistem bioflok.
Budidaya ikan sistem bioflok adalah
suatu sistem pemeliharaan ikan dengan cara menumbuhkan mikroorganisme yang berfungsi mengolah limbah budidaya
itu sendiri menjadi gumpalan-gumpalan kecil (floc) yang bermanfaat sebagai
makanan alami ikan. Pertumbuhan mikroorganisme dipacu dengan cara memberikan
kultur bakteri non pathogen (probiotik), dan pemasangan aerator yang akan
menyuplai oksigen sekaligus mengaduk air kolam.
Untuk masyarakat Kabupaten
Balangan yang ingin membudidayakan pembibitan benih ikan dengan sistem bioflok dapat
dimulai dengan pembuatan kolam yang hemat biaya yaitu dengan terpal diperkuat dengan tulang/rangka dari bambu atau besi.
Ukuran kolam ikan dapat disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Tetapi jika untuk
tujuan usaha dan modal yang cukup maka dapat dibuat kolam yang lebih besar dengan
kapasitas produksi yang lebih besar pula.
Kolam ikan
harus diberi atap untuk menghindari terik matahari langsung dan air hujan.
Sinar matahari dan air hujan perlu dihindari karena dapat mempengaruhi mutu air
kolam menjadi tidak layak.
Ilmi Arifin, Kepala BBI Lokal Gunung Manau.
|
Peralatan lain
yang perlu dipersiapkan antara lain mesin aerator yaitu alat untuk meniupkan udara
ke dalam air kolam.
Setelah kolam jadi
tahap berikutnya yaitu menyiapkan air untuk membesarkan benih ikan. Hari pertama
isilah kolam dengan air setinggi 80 hingga 100 cm. Kemudian
pada hari ke-2 masukkan probiotik (bakteri pathogen). Hari ke-3 masukkan prebiotik
(pakan bakteri) yaitu molase (tetes tebu), malam harinya tambahkan dolomite (diambil
airnya saja). Selanjutnya diamkan air media selama 7-10 hari, agar
mikroorganisme dapat tumbuh dengan
baik.
Kemudian lakukan penebaran
dan perawatan benih ikan. Benih ikan
yang baik berasal dari induk unggulan (dari satu induk yang sama). Benih ikan
yang sehat adalah ditandai dengan gerakan yang aktif, ukuran dan warna seragam,
organ tubuh lengkap, bentuk proporsional. Setelah dilakukan penebaran benih ikan
keesokan harinya tambahkan probiotik 5 ml/m3.
Selama pembesaran
budidaya ikan hal lain yang harus diperhatikan adalah pakan ikan serta pemberian
aerator setiap hari.
Pemberian pakan harus dikelola dengan baik agar dapat mencapai produksi yang
maksimal. Gunakan pakan yang
berkualitas baik, dengan ukuran pakan
disesuaikan lebar bukaan mulut ikan. Pakan dapat diberikan dua kali sehari yaitu
pagi dan sore hari, dengan dosis pakan 80% dari daya kenyang. Setiap seminggu sekali
ikan dipuasakan, yaitu tidak diberikan pakan. Sebelum diberikan sebaiknya pakan
difermentasi dengan probiotik terlebih dahulu. Setelah terbentuk flok pemberian
pakan dapat dikurangi 30%.
Ilmi Arifin juga
menjelaskan bahwa sistem bioflok ini sebenarnya sudah lebih dulu dikembangkan di
Jepang, Brasil, Australia serta negara maju lainnya. Demikian pula di negara
kita Indonesia, sudah banyak juga yang mengadopsi sistem bioflok. Karena sistem bioflok dinilai
efektif dan mampu mendongkrak produktifitas, di mana dalam kolam yang sempit
dapat diproduksi ikan yang lebih banyak, biaya produksi berkurang dan waktu yang
relatif lebih singkat jika dibandingkan dengan budidaya secara konvensional,
serta sistem ini dapat
juga dikembangkan untuk budidaya udang air tawar.
Setelah
sebelumnya sukses menerapkan sistem pembibitan ikan menggunakan sistem bioflok,
Kabupaten Balangan melalui BBI
Lokal Gunung Manau akan terus melakukan pembibitan dan
pengembangan benih ikan.
Hal tersebut dibuktikan dengan penambahan dan perbaikan beberapa kolam ikan. "Di tahun ini kita akan melakukan perbaikan 10 kolam dengan anggaran Rp 1,3 miliar melalui Dana Alokasi Khusus (DAK),” ujar Ilmi Arifin.
Ilmi Arifin
menambahkan, selain renovasi kolam juga tersedia Rp 200 juta melalui APBD murni untuk pembangunan kolam bioflok satu unit,
ditambah Rp 85 juta untuk pembelian kolam bioflok sebanyak 10 buah, sementara itu Rp 60 juta untuk pembelian indukan.
Dengan
tersedianya anggaran dan penggunaan sistem bioflok yang efektif, BBI Lokal
Gunung Manau optimis dapat memenuhi target yang diberikan, bahkan lebih, yaitu
sebesar 2 juta benih ikan. "Kita
optimis mencapai target pembibitan sebanyak satu juta lebih bibit ikan periode
2016 ini, apalagi dengan sistem bioflok," pungkas Kepala BBI Lokal Gunung Manau, Ilmi
Arifin. (Tim) web majalah fakta / majalah fakta online / mdsnacks
No comments:
Post a Comment