Jangan Jauhkan Presiden Jokowi Dengan
Rakyatnya !
Anggota Fraksi PDIP, A A Ngurah Adhi Ardhana.
|
ANGGOTA Fraksi PDIP, A A Ngurah
Adhi Ardhana, melayangkan interupsi saat digelar Rapat Paripurna DPRD Provinsi Bali
dengan agenda Penyampaian Raperda Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD
Provinsi Bali Tahun Anggaran 2015 oleh Gubernur Bali, Made Mangku Pastika,
Senin (13/6).
Adhi Ardhana mempersoalkan adanya pemukulan terhadap masyarakat
oleh aparat saat menyaksikan Pawai Pesta Kesenian Bali (PKB) yang dihadiri Presiden
Jokowi, di depan Bajra Sandhi, Sabtu (11/6).
Sebagaimana yang ramai diberitakan, korban pemukulan itu adalah
dua aktivis ForBali (Forum Masyarakat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa). Mereka
diusir dan dipukul karena mengenakan kaos "Bali Tolak Reklamasi".
Interupsi terjadi pada saat Ketua DPRD Provinsi Bali, I Nyoman
Adi Wiryatama, yang memimpin Rapat Paripurna itu, menyampaikan pidato pembukaan
untuk memulai Rapat Paripurna tersebut. “Interupsi Pak Ketua, saya ingin
menyampaikan sesuatu,” kata Adhi Ardhana.
Ia menyoroti protap (prosedur tetap) pengamanan presiden yang
dijadikan alasan pemukukan aktivis tersebut. “Jangan jauhkan presiden kita dari
rakyatnya. Kami ingin komunikasikan sehubungan dengan itu, adanya pemukulan,
penyambutan baliho dan segala macam,” katanya.
Adhi Ardhana mengaku telah menghubungi Staf Presiden Jokowi, Ari
Dwipayana, untuk mempertanyakan protap pengawalan presiden. “Saya komunikasi
dengan Pak Ari Dwipayana. Beliau mengatakan bahwa tidak ada protap presiden
seperti itu. (Presiden) tidak ingin baliho selamat datang, tapi kalau baliho
aspirasi itu tidak masalah. Dan terhadap orang yang pakai baju tertentu pun
juga tak masalah,” tegasnya.
Menurut dia, interupsi tersebut merupakan aspirasi kepada
pemerintah untuk memberikan perhatian terhadap aspirasi yang disampaikan oleh
masyarakat Bali. “Saya interupsi ini agar bisa dicermati dan pemerintah memperhatikan
aspirasi masyarakat Bali,” ujarnya.
Wakil rakyat yang selama ini getol menolak reklamasi Teluk Benoa
itu menyayangkan adanya aksi pemukulan terhadap aktivis lingkungan tersebut.
Tindakan represif aparat tersebut, kata dia, salah sasaran. "Satu saja
pesan saya, bagi yang memukul silahkan datang ke sini, saya saja pukul, saya
pandangi, saya bentak. Jangan rakyat yang dipukul. Kalau melakukan aksi lain
cerita, ini kan hanya menonton. Kalau memang dicurigai, tinggal diawasi,”
ujarnya.
Menanggapi interupsi tersebut, Adi Wiryatana mengatakan bahwa aspirasi
itu akan dibahas pada kesempatan berikutnya. “Terima kasih atas saran dan
interupsinya, nanti kita akan lakukan pembahasan di lain waktu,” katanya. Rapat
Paripurna pun kemudian dilanjutkan. (Rie) web majalah fakta / majalah fakta online / mdsnacks
No comments:
Post a Comment