Jokowi Tinjau Mini LNG Benoa Yang Bisa Hemat Rp 4 Miliar Per Hari
Kata Presiden Jokowi, yang paling penting proyek
ini adalah energi baru terbarukan.
|
PRESIDEN Jokowi menyempatkan meninjau Mini Terminal LNG yang dibangun di
atas kapal di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali, di sela kunjungan ke Pulau
Dewata untuk membuka Pesta Kesenian Bali (PKB), Sabtu sore (10/6).
Presiden datang bersama rombongan Menteri Sekretaris Kabinet,
Pramono Anung, Menteri ESDM, Sudirman Said, Menteri BUMN, Rini Soemarno,
Direktur PT Pelindo Energi Logistik, Gembong Primajaya, Dirut PT PLN, Sofyan
Basyir, dan Dirut PT Pelindo III, Orias Petrus Moedak, serta Gubernur Bali,
Made Mangku Pastika.
Sekitar 10 menit Presiden Jokowi berkeliling meninjau Mini
Terminal LNG pertama di Indonesia dan Asia Tenggara ini. Presiden seksama
melihat Mini Terminal LNG yang dicat dominan warna merah dan putih
tersebut.
Setelah mendengarkan penjelasan singkat dari Gembong Primajaya,
Presiden Jokowi kemudian door stop press
conference dengan sejumlah media selama lebih kurang 5 menit.
“Proyek ini dikerjakan hampir 16 bulan, awal Juni kemarin selesai.
Proyek ini adalah pengganti dari sebelumnya, dari diesel pindah ke gas,"
ujar Jokowi.
Presiden juga menjelaskan sistem kerja Mini Terminal LNG yang akan
dikembangkan untuk memasok listrik di pulau-pulau terpencil. "Cara
kerjanya dari kapal cair selanjutnya ke gas, dari gas kemudian masuk ke
pembangkit listrik. Dan itu bisa menghemat 4 miliar (rupiah) per hari, sangat
efisien sekali," papar presiden.
"Untuk ke depan jika memang kita lihat ini baik, saya kira
yang diesel-diesel yang ada di pulau-pulau satu per satu akan dialihkan ke gas.
Proyek ini dikerjakan sendiri, total anggaran 2 triliun (rupiah) selama tahun
anggaran kemarin untuk pembangkitnya. Untuk storage
kita bekerja sama dengan Pelindo, PLN dan Pertamina. Tapi dengan konversi, yang
bisa efisien 4 miliar (rupiah) per hari. Paling berapa tahun, 2 tahun sudah
bisa ditutup. Untuk proyek ini salah satunya bisa mempercepat peralihan energi,
yang kedua manfaatnya dan biayanya sangat efisien. Dan yang paling penting
proyek ini adalah energi baru terbarukan,” pungkas Jokowi yang kemudian menuju
ke mobilnya untuk melanjutkan acara membuka PKB.
Gembong Primajaya menjelaskan, terminal ini merupakan terminal
bongkar muat gas, di mana gas LNG berasal dari Bontang milik Pertamina, diangkut
menggunakan kapal dan dikirim ke Benoa LNG, kemudian dipindahkan ke FSU (Floating Stotage Unit) untuk disimpan
dan dialirkan ke FRU (Floating
Regosificotion Unit) untuk diproses kembali menjadi gas. Setelah itu, gas
dialirkan melalui pipa ke pembangkit (PLTDG) Pesanggaran dengan kapasitas 200
MW. Sistem regasifikasi, Flooting
Regosification Unit (FRU) ini didesain oleh putra-putri bangsa dari ITB dan
ITS.
"Ini merupakan inovasi yang pertama di Asia Tengara. Ini
merupakan pencapaian yang luar biasa dan bukti bahwa Indonesia mampu,"
ujar Gembong.
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah lebih dari 13
ribu pulau. Dalam mengintegrasikan negara kepulauan, Presiden Jokowi telah
membangun tol laut agar harga kebutuhan pokok lebih murah.
Selain tol laut, presiden juga memperhatikan distribusi energi
untuk menjawab percepatan pembangunan listrik 35.000 MW. Berangkat dari
karakter Indonesia sebagai negara kepulauan dan keinginan percepatan
pembangunan infrastruktur listrik, maka sinergi BUMN yang terdiri dari Pelindo
III, Pelindo Energi Logistik, Pertamina, PLN, dan Indonesia Power, membangun
Mini Terminal LNG pertama di Indonesia.
Mini Terminal LNG ini dibangun di atas kapal yang disandarkan di
Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali. Dengan temuan sistem pasokan gas ini, lanjut
Gembong, pemerintah menghemat pemakaian bahan bakar senilai Rp 4 miliar per
hari.
Mini Terminal LNG dan seluruh fasilitasnya mampu diwujudkan dalam
waktu kurang dari 12 bulan. Langkah ini merupakan satu jawaban dan solusi untuk
pemerintah dalam mempercepat program pembangunan pembangkit listrik 35.000
MW.
"Jika sistem Mini Terminal LNG dibangun di Indonesia timur
dan daerah pesisir pantai dalam kurun waktu satu tahun ke depan, maka akan
terwujud pencapaian pelistrikan yang sangat signifikan," tambah
Gembong.
Floating Regasification Unit (FRU) yang pertama di Asia Tenggara ini sudah
mulai dilirik oleh beberapa negara dengan permintaan studi banding dari
Malaysia, Tiongkok, Jepang, Canada, Italia dan Finlandia.
"Dengan pencapaian putra-putri bangsa ini merupakan jawaban
terhadap masih terhambatnya distribusi energi ke daerah kepulauan terutama
Indonesia bagian timur. Dengan diresmikan dan dioperasikannya Benoa LNG
Terminal sebagai Mini LNG terminal pertama, maka merupakan wujud nyata dari cita-cita
Presiden Jokowi membangun dari pinggiran dengan kekuatan poros maritim,"
pungkas Gembong. (Rie) web majalah fakta /majalah fakta online / mdsnacks
No comments:
Post a Comment