Teken Kerja Sama,
Walikota Jamin Tarif Trem Terjangkau
Walikota jamin tarif trem terjangkau |
RENCANA proyek transportasi
angkutan masal (AMC) berupa trem di Kota Surabaya semakin memperlihatkan
progres signifikan. Hal itu ditandai dengan dilakukannya penandatanganan
perjanjian kerja sama (PKS) antara Kementerian Perhubungan (Kemenhub),
Direktorat Jenderal Perkeretapian, PT Kereta Api Indonesia (KAI) Persero dan
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya tentang reaktivasi jalur kereta api dalam Kota
Surabaya di Balai Kota Surabaya, Rabu (23/9). Penandatanganan PKS ini merupakan
tindak lanjut dari nota kesepahaman alias Memorandum of Understanding (MoU) yang
diteken pada 28 April lalu.
Menteri Perhubungan (Menhub), Ignasius Jonan,
dalam sambutannya mengatakan, setelah dilakukannya penandatanganan PKS tersebut,
pembagian tugas antarinstansi menjadi lebih detil. Kemenhub akan melaksanakan
pembangunan proyek menggunakan APBN. Lalu PT KAI kebagian tugas menyiapkan
lahan untuk depo trem serta pengoperasionalan moda transportasi tersebut.
Sementara Pemkot Surabaya membantu kelancaran pembangunan dan juga proses
perizinan.
Kemenhub juga akan melakukan persiapan lebih
intens, di antaranya melakukan lelang untuk pembangunan sarana dan pengadaan
sarana keretanya, juga reaktivasi jalurnya. Untuk melakukan itu semua, Menhub
Jonan menyebut estimasinya membutuhkan waktu paling lama tiga tahun. “Bu wali
mintanya dua tahun. Tapi yang paling lama itu pengadaan keretanya. Pokoknya
kita upayakan secepatnya. Mudah-mudahan dua tahun sudah jadi,” tegas
Jonan.
Disampaikan menhub, bila terealisasi,
Surabaya akan menjadi kota pertama di Indonesia yang memiliki transportasi masal
berupa trem. Menhub sudah mencanangkan, setelah Surabaya berikutnya adalah LRT
di Jabodetabek dan Palembang. Menurutnya, dengan adanya trem, warga Surabaya
akan memiliki lebih banyak pilihan moda. Meski begitu, menhub mengingatkan
Pemkot Surabaya agar sedini mungkin melakukan sosialisasi kepada warganya
perihal proyek trem ini.
“Karena trem ini moda baru, dan jalurnya
bersinggungan dengan jalan raya. Saya sarankan pemkot melakukan sosialisasi
mulai sekarang. Termasuk tentang perlunya disiplin berlalu lintas bila nanti trem
sudah difungsikan,” sambung menhub.
Mantan Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia
ini juga berharap bila trem sudah jadi, pemkot bisa memberikan subsidi agar
harga tiketnya lebih terjangkau oleh masyarakat. Menurutnya, bila tidak
disubsidi, tiket trem untuk sekali jalan akan berkisar antara Rp 15 ribu dan Rp
20 ribu. “Itu kalau nggak ada subdisi. Tapi kalau pemkot sediakan subsidi, maka
tarifnya akan lebih murah,” sambung menteri kelahiran Surabaya ini.
Merespon harapan menhub tersebut, Walikota
Surabaya, Tri Rismaharini, menyebut bahwa untuk hitung-hitungan berapa besaran
tarif trem, domainnya ada di PT KAI yang akan menghitung berapa kebutuhan untuk
operasional trem. Namun, walikota memastikan bahwa tarif trem akan terjangkau.
Ini karena pembangunan trem ditanggung oleh negara memakai APBN dari gambaran
awal yang akan dijalankan oleh investor. “Harusnya tarifnya lebih murah. Dulu
kita ngitung awalnya uang investor jadi harus kembalikan ke investor sama biaya
operasional. Ini kan uang APBN. Jadi kita tinggal biaya operasionalnya saja,” ujar walikota.
Terkait sosialisasi, walikota juga menyebut pemkot
sudah melakukannya kepada warga dan juga sopir angkutan kota mulai 2012 lalu.
Ke depan, pemkot akan lebih intens dalam melakukan sosialisasi dengan
menggandeng tim dari Universitas Airlangga. “Kami ada tim dari Unair yang ahli
dalam masalah sosial seputar AMC. Tim ini yang akan turun untuk melakukan
sosialisasi bagaimana perpindahan antarmoda dan juga bagaimana cara naiknya,”
sambung walikota.
Sementara Bambang Haryo, Anggota Komisi VII
DPR RI, menegaskan bahwa terwujudnya transportasi masal di sebuah kota
bergantung pada kemampuan dan kemauan dari pemerintah kotanya. “Dan saya
melihat pemkot cukup serius. Apalagi didukung menteri yang asal Surabaya dan
Dirjen Kereta Apinya juga dari Surabaya pula,” ujarnya.
Bambang juga berharap pemkot all out melakukan sosialisasi kepada
masyarakat. Menurutnya, Dinas Perhubungan Kota Surabaya harus mulai
merencanakan sedari sekarang agar tidak ada kendala di masa mendatang ketika
trem beroperasi. “Tapi memang masyarakat sekarang ini mulai sangat membutuhkan
transportasi publik. Mereka ingin ke kantor nggak perlu naik transportasi
pribadi seperti di negara lain,” sambung dia.
Sebelumnya, Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya, Agus Imam Sonhaji, mengatakan, PKS
tersebut mampu mempercepat pelaksanaan proyek. Setelah PKS, anggaran di kemenhub
dapat difokuskan pada penyelesaian detail
engineering desain (DED). Dengan demikian, lelang fisik dapat dimulai akhir
tahun ini atau setidaknya awal tahun depan. Proses lelang diprediksi memakan
waktu dua bulan. Setelah itu, pembangunan trem dapat dilaksanakan.
Agus melanjutkan, pengembangan angkutan trem
akan dilakukan secara bertahap. Tahap pertama, pengembangan angkutan masal ini
dimulai dari depo trem lama di Bumiharjo, Joyoboyo, melewati Jl Raya Darmo
hingga ke utara sampai persimpangan Jl Indrapura – Jl Rajawali. Di sepanjang
jalur tersebut akan dibangun titik-titik halte/shelter yang letaknya strategis
dengan pusat kegiatan masyarakat metropolis.
Selanjutnya, pada tahap kedua, rencana
pengembangan trem ini akan diintegrasikan dengan Pelabuhan Tanjung Perak.
Bahkan, kata Agus, ada pula rencana cadangan yang melanjutkan pengembangan trem
hingga Terminal Purabaya via frontage
road Ahmad Yani sisi barat.
Mantan Kabag Bina Program dan Kepala Dinas
Cipta Karya ini menampik jika progres pembangunan trem berjalan lambat. Dia
menjelaskan, sejak pertemuan dengan Menteri Perhubungan RI, Ignasius Jonan,
pada 23 November 2013, pemkot secara intens terlibat dalam rapat koordinasi
yang melibatkan satker kemenhub di Surabaya dan PT KAI. Hal-hal yang dibahas
meliputi pematangan trase, pembahasan mekanisme tiket, penyiapan lahan,
termasuk pemantapan naskah PKS yang akan ditandatangani nanti. Tak hanya itu, pemkot
menggandeng perguruan tinggi, juga telah menelusuri kembali jalur trem lama di
Surabaya dengan alat ground penetrating
radar (GPR). Semua itu menjadi suatu kesatuan pemantapan proyek trem.
“Berbagai upaya pengkajian dan pematangan rencana proyek trem dibahas detil
agar di kemudian hari tidak ada masalah pasca pembangunan,” kata Agus. (Rilis) web majalah fakta / majalah fakta online
No comments:
Post a Comment