Bu Risma Sedih Pada
Akhir Jabatannya
Semoga dengan Bu Risma tetap menjadi Walikota
Surabaya, mimpi besarnya terhadap kota terbesar kedua di Indonesia ini bisa terwujud |
WALIKOTA Surabaya, Ir Tri
Rismaharini, bersedih saat menuturkan mimpi-mimpi yang hingga akhir jabatannya
belum terealisasi, di antaranya adalah taman gantung di Taman Benowo serta
patung Sura dan Buaya berukuran raksasa di Kecamatan Bulak.
"Bulak itu kan dekat sama laut, jadi
patung Surabaya bisa terlihat dari laut menjulang tinggi," katanya, Selasa
(1/9).
Selama ini, menurut calon Walikota Surabaya
yang diusung PDI Perjuangan yang bakal dihelat Desember mendatang, patung ikan
Sura dan Buaya yang menjadi ikon kuat Surabaya hanya ada di depan Kebun Binatang
Surabaya di pertigaan Jalan Diponegoro dan Jalan Darmo. Itu pun ukurannya biasa
saja. "Di Bulak, rencana saya dibangun ‘embahnya’ patung Surabaya,"
jelas Bu Risma, panggilan Tri Rismaharini.
Sebulan lagi, Tri Rismaharini akan mengakhiri
masa jabatannya sebagai Walikota Surabaya 2010 - 2015. Bu Risma mengaku sedih
karena belum dapat mewujudkan sejumlah mimpinya untuk Surabaya. Mimpi lainnya,
lanjut Bu Risma, adalah underpass di
sejumlah titik Kota Surabaya untuk mengurangi kemacetan serta membangun sentra
perhiasan akik di eks lokalisasi Dolly Surabaya.
Bu Risma menuturkan, mimpi tersebut tentu
akan segera direalisasikannya jika terpilih kembali sebagai Walikota Surabaya
pada periode keduanya 2015 - 2020.
Walikota perempuan dengan banyak penghargaan
ini menambahkan, dirinya bangga atas terpilihnya Taman Bungkul Surabaya sebagai
penerima penghargaan internasional pada 26 November 2013. Menurut Bu Risma, Taman
Bungkul merupakan lambang keindahan dan kesetaraan. "Tidak ada perbedaan antara si kaya dan si
miskin ataupun balita dan lansia. Miniatur mimpi saya ada di Taman
Bungkul," kata Bu Risma.
Pada saat presentasi mengenai Taman Bungkul
di hadapan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Bu Risma mengatakan, dia lebih
menonjolkan sisi sosial dan budayanya. Menurut walikota berusia 52 tahun ini,
mungkin banyak taman yang lebih indah dari Taman Bungkul. Namun, yang menjadi
nilai tambah dari Bungkul adalah terdapatnya perpustakaan, pengolahan air yang
tepat, serta pengelolaan sampah dengan baik. Lebih menarik lagi, terdapat makam
Ki Supo atau lebih dikenal dengan sebutan Sunan Bungkul yang sering dijadikan obyek
wisata religius oleh masyarakat.
Sehingga tak hanya masyarakat dari Surabaya
saja, tetapi masyarakat luar Surabaya pun juga mengunjungi Taman Bungkul. Hal
tersebut dapat dijadikan media belajar untuk seluruh masyarakat. "Mungkin
ini yang menjadikan kita menang," ujar Bu Risma.
Selain itu, terdapat pula taman bermain anak,
arena skateboard, fasilitas jogging track, dan akses internet
nirkabel. Dari segi sosial, Taman Bungkul merupakan tempat yang sangat kondusif
untuk bersosialisasi antarwarga. "Selama enam tahun Taman Bungkul berdiri,
sekalipun saya tidak pernah mendengar ada anak yang berantem di sana,"
katanya.
Menanggapi sosok Bu Risma, Ibu Efi Susanti,
ibu rumah tangga 3 anak, berargumen, keselarasan antara tutur dan laku akan
melahirkan kepercayaan yang luar biasa pada Bu Risma. Efi mengemukakan, kejujuran
dalam ucapan dan tindakan adalah modal utama yang dibutuhkan seorang pemimpin
untuk menjaga kelanggengannya. “Dua kalimat itu sangat tepat untuk mewakili
kesan yang bisa saya sampaikan tentang Bu Risma. Saya hanyalah seorang ibu
rumah tangga, saya tidak mengenal Bu Risma secara pribadi, apalagi pernah
bertemu dengan beliau. Namun pemberitaan yang banyak di media tentang Bu Risma
cukup menyita sejenak perhatian saya. Apalagi setelah saya tanpa sengaja
menyaksikan tayangan di televisi yang berisi dialog bersamanya, saya jadi
tertarik untuk mengetahui kiprah beliau sebagai orang nomor satu di Kota
Surabaya,” ujar Bu Efi.
Bu Risma menjabat sebagai Walikota Surabaya
sejak 28 September 2010. Ia tercatat sebagai walikota perempuan pertama di
Surabaya dan walikota perempuan pertama di Indonesia yang terpilih melalui pilkada
(pemilihan kepala daerah) di era reformasi. Walikota yang sekaligus wakil
perempuan Surabaya itu memang hebat. Ia berani terjun ke kancah politik yang
umumnya didominasi para pria. Pertama melihatnya di televisi, Bu Risma
sebagaimana perempuan Indonesia pada umumnya, secara fisik tentunya. Sebagai
warga Kota Surabaya yang saat ini berdomisili di Surabaya utara, komentar Bu
Efi tentang Bu Risma saat pertama kali
menjabat sebagai Walikota Surabaya telah memancarkan inner beauty. Apalagi, Bu
Risma saat dialog dengan presenter terkenal di salah satu stasiun televise
nasional, jauh dari kesan dibuat-buat, apalagi tebar pesona, sebagaimana yang
biasa dilakukan oleh kebanyakan pejabat atau politisi. Apa yang dilakukan Bu
Risma bagi Surabaya bisa dirasakan manfaatnya oleh kebanyakan warga. Perubahan
wajah Kota Surabaya yang luar biasa, serta kepedulian sosialnya pada warga
mengundang kagum tidak hanya dari warga Surabaya, tapi juga warga luar Kota
Surabaya yang kebetulan sedang berkunjung ke Surabaya.
Sebelum menjadi walikota, Bu Risma memang
pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) dan Kepala
Badan Perencanaan Kota (Bappeko) Surabaya. Jadi, ia tahu betul apa yang perlu
dirubah dari wajah Kota Surabaya. Mungkin sebagian orang menganggapnya biasa. Akan
tetapi, kemauan dan kegigihannya untuk mewujudkan mimpinya merubah Surabaya,
telah melahirkan perubahan yang lebih cepat di kota ini. Apa yang dilakukannya
terhadap daerah lokalisasi di Surabaya dan para penghuninya, juga menjadi
prestasi luar biasa. Boleh jadi Bu Risma adalah orang pertama yang berhasil
menutup lokalisasi tanpa perlawanan berarti. Karena Bu Risma memang tidak hanya
menutup, tapi juga memberi solusi. Kalaupun toh kemudian tersiar kabar bahwa
Walikota Surabaya bermaksud mengundurkan diri sebagai walikota, itu adalah hal
yang aneh. Baginya, setiap kegelisahan yang dirasakan warganya menjadi motivasi
baginya untuk cepat bertindak. Jadi, apa yang ingin dilakukannya untuk merubah
Surabaya menjadi lebih baik, bukan sekadar wacana melainkan menjadi PR yang
harus segera diwujudkan melalui program nyata. Meskipun saat ini belum semua
lokalisasi ditutup, tapi dengan gaya yang dimilikinya, bukan tidak mungkin
keinginannya akan segera terwujud.
Sebagai walikota, Bu Risma tidaklah terlalu muluk-muluk.
Program-programnya sederhana namun mengena. Bu Risma menyampaikan apa yang
diinginkannya untuk perubahan Kota Surabaya dan bertindak sejalan dengan apa
yang disampaikannya. Ya, sepertinya bagi Bu Risma yang ada hanyalah bekerja dan
bekerja, bukan banyak bicara. Semoga dengan Bu Risma tetap menjadi walikota,
mimpi besarnya terhadap kota terbesar kedua di Indonesia ini bisa terwujud.
Yaitu, untuk menjadikan Surabaya sebagai kota yang nyaman bagi semua. (F.809) web majalah fakta / majalah fakta online
No comments:
Post a Comment