Tabanan : Enam Perempuan Asal
Sukabumi Jadi Korban Human Trafficking
5 dari 6 perempuan asal Sukabumi yang jadi korban |
ENAM perempuan asal
Sukabumi, Jawa Barat, diduga menjadi korban Human Trafficking (perdagangan manusia). Mereka dipekerjakan untuk
melayani tamu pria minum-minum di cafe. Kasus ini terbongkar setelah
Polres Tabanan melakukan sidak ke sejumlah cafe remang-remang, Selasa (15/9).
Menurut Kapolres Tabanan, AKBP Komang
Suartana, setelah pihaknya melakukan sidak terhadap sejumlah cafe
remang-remang yang beroperasi di Kabupaten Tabanan, ditemukan enam orang gadis
asal Jawa Barat yang dipekerjakan sebagai waitress. Namun mereka diduga menjadi
korban perdagangan manusia.
Selanjutnya Polres Tabanan berkoordinasi dengan Kasat
Reskrim Polres Sukabumi terkait hal tersebut, dan pihak Polres Sukabumi
membenarkan bahwa ada laporan dari salah seorang warga yang mengatakan jika
istrinya telah menjadi korban perdagangan manusia di Bali. “Kita lalu diminta
oleh Polres Sukabumi untuk memback up kasus
ini,” terang Kapolres Tabanan, AKBP Komang Suartana.
Selain keenam gadis tersebut, polisi juga turut mengamankan
Siti Masitoh (47), warga Banjar Dinas Penebel Kelod, Penebel, Tabanan,
yang tidak lain adalah sang mucikari. Siti diperiksa intensif di Polres Tabanan
sesuai dengan UU RI No.21 Tahun 2007 Tentang
Pemberantasan Perdagangan Manusia. “Saat ini Siti Masitoh sedang diperiksa dan
masih akan kita dalami terkait keterlibatannya,” ujarnya.
Kapolres menambahkan jika keenam gadis tersebut masih
sangat belia bahkan ada yang dalam keadaan hamil dua bulan. Enam orang gadis
tersebut yakni Tita alias Mira (20) asal Bogor, Jawa Barat, Siti Aisyah (21),
dan Nia (22) asal Sukabumi, Jawa Barat, Muluani Agustini (20) asal Bandung,
Gita Nourine (20) asal Cilengi, dan Luna (19) asal Bogor. “Mereka saat ini kita
mintai keterangan di Ruang Konseling PPA Polres Tabanan, dan nantinya kita akan
pulangkan ke daerah masing-masing,” imbuhnya.
Siti Aisyah yang sedang hamil dua bulan mengaku baru
dipekerjakan di cafe tersebut selama satu bulan dan tinggal di sebuah mess yang
ada di café itu bersama waitress lainnya. Dirinya
mengungkapkan merasa tertipu, sebab awalnya tidak tahu akan dipekerjakan
menjadi waitress di café remang-remang bahkan diminta melayani pria hidung
belang. “Memang dijanjikan akan menjadi waitress tetapi ternyata jadi waitress
di cafe dan ikut menemani pengunjung minum. Jadi semakin banyak pengunjung
minum gaji kita semakin banyak, per botol dihitung Rp 10.000,”
jelasnya. (F.987) web majalah fakta / majalah fakta online
No comments:
Post a Comment