PEMPROV SULSEL BELUM
BEBAS DARI KKN
Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo.
|
PEMERINTAH Provinsi Sulsel di bawah kendali
Syahrul Yasin Limpo bersama Agus Arifin Nu’mang atau yang lebih dikenal Sayang
Jilid II memasuki tahun ketiga dinilai belum bebas dari praktek korupsi, kolusi
dan nepotisme (KKN). Hal itu tergambar dalam hasil survei yang dilakukan
Celebes Research Center (CRC) tentang persepsi publik terhadap kinerja 3 tahun
pemerintahan Sayang Jilid II.
Pada item pertanyaan mengenai
bersihnya Pemprov Sulsel dari KKN, hanya 0,6% dari 800 responden yang
menyatakan sangat bersih. Sedangkan yang menyatakan kurang bersih sebanyak
32,0%, tidak bersih sama sekali 2,6%, cukup bersih dari KKN sebesar 30,6% dan
tidak tahu sebanyak 34,1%.
Direktur
CRC, Herman Heizer, mengatakan kepada wartawan bahwa hasil tersebut menjadi
tantangan bagi Gubernur dan Wakil Gubernur Sulsel agar bekerja lebih baik lagi.
Ini tantangan membangun kinerja untuk meningkatkan persepsi masyarakat terkait dengan
program kerja Pemprov Sulsel.
Pada
item pertanyaan mengenai pelaksanaan janji kampanye pasangan Sayang II,
mayoritas responden 91,4% mengaku tidak tahu janji atau program mana saja yang
belum dilaksanakan. Sebanyak 2,3% responden menilai janji mengenai perbaikan
infrastruktur jalan belum terpenuhi. 1,5% menilai janji tentang kesehatan
gratis yang belum dipenuhi. Dan 0,6% berpendapat janji mengenai pendidikan
gratis belum terpenuhi.
Tingginya presentase responden yang
menjawab tidak tahu janji Sayang Jilid II yang belum terpenuhi hingga 3 tahun
kepemimpinannya itu dinilai merupakan ketidaktahuan masyarakat terhadap janji
kampanye mereka. Artinya, tidak ada yang melekat dari janji kampanye Sayang
Jilid II. Atau, bisa jadi mereka tidak tahu apa yang dijanjikan Sayang Jilid II
saat kampanye dulu.
Selain
menempati posisi tertinggi dalam keluhan janji kampanye, infrastruktur jalan
juga menjadi salah satu masalah yang paling utama di Sulsel menurut 24,5%
responden. Disusul dengan susahnya mencari lapangan kerja sebesar 15,0%. Mahalnya
kebutuhan pokok menempati posisi ketiga pada item masalah utama di Sulsel,
yakni sebesar 12,0%.
Mengenai
gep antara keinginan atau harapan masyarakat dengan kinerja yang telah
dilakukan pasangan Sayang Jilid II, dari hasil survei tersebut diketahui ada gep
tipis antara harapan dan kinerja. Gep tertinggi ada pada harapan dan kinerja
tentang peningkatan kualitas kemakmuran ekonomi, kesejahteraan sosial dan
kelestarian lingkunan, yakni 0,65%, dengan tingkat harapan 3,90% dan kinerja
3,25%.
Hal
lain yang menarik dari hasil survei tersebut adalah tingkat kepuasan masyarakat
Sulsel terhadap kinerja Gubernur Sulsel, Yasin Limpo, berada di atas tingkat
kepuasan masyarakat Sulsel terhadap kinerja Presiden RI, Joko Widodo. Kepuasan
terhadap kinerja Syahrul mencapai angka 79,8%, sedangkan kepuasan terhadap
kinerja Jokowi hanya 62,0%.
Demikian
pula dengan jumlah masyarakat yang tidak puas terhadap kinerja Syahrul, lebih
rendah daripada ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja Jokowi yakni 2,9%
tidak puas terhadap Syahrul dan 3,6% tidak puas terhadap Jokowi.
Direktur STIALAN, Prof Amir
Imbaruddin, mengatakan kepada wartawan bahwa hasil survei tersebut bersifat subyektif
tapi melengkapi pengukuran obyektif yang dilakukan oleh SKPD. Kalau persepsi
masyarakat menilai subyektif tapi menggambar penglihatan masyarakat terhadap
pemerintah seperti apa yang terjadi selama ini sampai sekarang. Dia berpendapat
untuk item bebas KKN, jawaban responden yang menilai cukup bersih dan kurang
bersih cukup berimbang, yakni 30,6% dan 32,0%, totalnya 62%. Tapi, menurutnya,
hal itu cukup buruk dan perlu adanya peningkatan persepsi pada masyarakat.
Hal itu disebutnya bisa dipengaruhi
juga oleh pemberitaan media, termasuk berita mengenai pelaporan LHKPN dan
Bansos. Sementara jawaban 91,4% tidak tahu janji kampanye, dia menilai itu
menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih bukan pemilih rasional. Namun angka
itu menunjukkan bahwa masyarakat tidak peduli dengan janji saat kampanye. Itu
akan berpengaruh buruk pada pilkada mendatang, karena calon akan berjanji
muluk-muluk.
Katanya,
sebuah pemerintahan memang tidak pernah selesai. Kinerja sebuah pemerintahan
tidak akan pernah mampu memuaskan seluruh rakyat. Oleh karena itu pemerintah
harus berjuang terus dan tidak boleh berhenti bekerja untuk kesejahteraan rakyat.
(Tim) web majalah fakta / majalah fakta online
No comments:
Post a Comment