Pakde
Karwo Apresiasi Konsep Pariwisata Pemerintah Pusat
Gubernur Jatim, H Soekarwo alias Pakde
Karwo.
|
GUBERNUR
Jawa Timur, H Soekarwo alias Pakde Karwo, mengatakan bahwa pihaknya
mengapresiasi rencana pemerintah pusat untuk menerapkan konsep pariwisata satu
manajemen. Apalagi rata-rata kunjungan wisatawan manca negara di Jawa Timur
selama 6,21 hari, sehingga konsep satu manajemen akan semakin menambah lebih
banyak pilihan tempat wisata. “Masyarakatnya sangat ramah dan open minded. Jawa Timur akan mendukung
pengembangan pariwisata berbasis ekonomi lokal,” ujar Pakde Karwo.
Selain
Gunung Bromo, menurut Pakde Karwo, Pemerintah Provinsi Jawa Timur bersama
Pemkab Mojokerto kini mengembangkan destinasi rumah Mojopahit sebagai tempat
wisata di Desa Bejijong, Trowulan. Nantinya, rumah tersebut berbentuk restorasi
Mojopahit yang menjadi kekayaan kultural yang menjadi destinasi baru serta obat
rindu masyarakat tentang kemashuran dan kebesaran kerajaan yang tersohor sampai
ke seluruh penjuru dunia tersebut.
Masih
menurut Pakde Karwo, pengembangan wisata destinasi Mojopahit ke depan memiliki
prospek menjanjikan. Sebab, Mojokerto selain sebagai tempat kerajaan Mojopahit,
wisata alamnya juga sangat bagus dan mendukung. Seperti Gunung Penanggungan
merupakan tempat atau gunung satu-satunya di dunia yang memiliki tempat
ditemukannya 222 candi yang masih asli.
Selain
Menpar dan Pakde Karwo, narasumber yang hadir dalam kesempatan ini yaitu Bupati
Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, menyampaikan inovasi dan terobosan Banyuwangi
terkait pengembangan pariwisata di daerahnya. Sementara Dirut PT Pelindo III,
Djarwo Surjanto, menjelaskan konsep integrasi pelabuhan dan wisata.
Menteri
Pariwisata (Menpar) RI, Arief Yahya, mengatakan bahwa Jawa Timur merupakan
salah satu provinsi dengan destinasi wisata terbaik nasional. Salah satu yang
menjadi perhatian dan prioritas nasional adalah wisata Bromo-Tengger-Semeru.
“Saat ini pemerintah berupaya mempercepat pengembangan 10 destinasi prioritas
nasional. Kami menargetkan segera terbentuk 10 Bali Baru di Indonesia. Termasuk
Jawa Timur di antaranya Bromo-Tengger-Semeru,” ungkapnya, Kamis (14/4), usai
menyampaikan materi pada acara Ruang Ide bertajuk “Pariwisata Pilar Utama
Bangkitkan Ekonomi Daerah” di Graha Pena Surabaya.
Lebih
lanjut Arief Yahya menjelaskan, percepatan pembangunan ditindaklanjuti dengan
membentuk manajeman yang terintegrasi atau Single
Destination, Single Management. Perwujudan dari manajemen terpadu ini
adalah pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Badan Otorita Pariwisata
(BOP). “Jadi selama ini masih Single
Destination, Multi Management. Justru hal itu membuat sulit berkembang,
sehingga nanti pengelolaannya harus satu manajemen. Tidak boleh ada lagi
pertentangan antara bupati yang satu dengan bupati yang lain,” tegasnya.
Sesuai
arahan presiden, pemerintah daerah diminta secara serius dan konkrit mendukung
dan melaksanakan upaya percepatan pembangunan 10 destinasi pariwisata prioritas
nasional. Penetapan 10 destinasi prioritas ini merupakan amanat presiden
melalui surat Sekretariat Kabinet No.B 652/Seskab/Maritim/2015 tanggal 6
November 2015 perihal Arahan Presiden Republik Indonesia Mengenai Pariwisata. “Ini
arahan langsung presiden pada Sidang Kabinet Awal Tahun pada tanggal 4 Januari
2016, bukan Kementerian Pariwisata. Artinya, pemerintah mulai dari pusat hingga
daerah harus bahu-membahu memajukan pariwisata agar bisa meningkatkan nilai
tambah ekonomi,” tuturnya.
Selain Bromo-Tengger-Semeru, pembangunan
pariwisata prioritas nasional di antaranya Danau Toba, Tanjung Kelayang,
Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, Wakatobi,
dan Morotai. Tahun 2019 Menpar Arief Yahya menargetkan sektor pariwisata menjadi
penghasil devisa terbesar. Dirinya meyakini bahwa seiring dengan kemajuan dunia
pariwisata Indonesia di berbagai daerah maka secara otomatis akan meningkatkan
perekonomian daerah tersebut. “Kabupaten Banyuwangi telah membuktikannya, saat
ini pendapatan per kapita masyarakatnya mencapai Rp 34 juta setelah
mendeklarasikan diri sebagai daerah pariwisata”. (F.809) web majalah fakta / majalah fakta online
No comments:
Post a Comment