Friday, February 3, 2017

OPINI

“NYANYIAN” HARIS ASHAR PICU “KEMARAHAN”
PETINGGI TNI, POLRI DAN BNN
HARIS Ashar, Koordinator Kontras, menyampaikan tulisan di media sosial elektronik berkaitan dengan ucapan Fredi Budiman, terpidana mati kasus narkoba, yang disampaikan kepadanya dengan disaksikan Kalapas Nusa Kambangan, Liberti Sitejab, dan pendeta (rohaniawan). Waktu itu Fredi Budiman mengatakan pada Haris Ashar bahwa peredaran narkoba yang dilakukannya selama itu tidak sendirian melainkan bekerja sama dengan oknum TNI, Polri dan BNN dengan memberikan dana yang tidak sedikit jumlahnya.
Beredar luasnya tulisan Haris Ashar di medsos itu pun langsung memicu “kemarahan” para petinggi TNI, Polri dan BNN. Bahkan ada yang melaporkan Haris Ashar ke Bareskrim Mabes Polri dengan tuduhan pencemaran nama baik dan fitnah.
Sebenarnya yang di-”nyanyi”-kan Haris Ashar di medsos itu sudah sesuai yang dikatakan Fredi Budiman, karena hal itu juga diakui dan dibenarkan oleh Kalapas Nusa Kambangan. Yang menjadi pertanyaan sebenarnya adalah mengapa Haris Azhar menyampaikan masalah tersebut setelah Fredi Budiman dieksekusi ? Sedangkan Fredi Budiman menyampaikan hal itu kepada Haris Ashar pada tahun 2014 dan setelah dihukum mati baru disampaikan oleh Haris Ashar.
Tapi, apa pun, menurut penulis, sebaiknya para petinggi TNI, Polri dan BNN tidak perlu marah-marah” dan memidanakan Haris Ashar apabila tidak bisa membuktikan apa yang disampaikannya di medsos tersebut. Karena Fredi Budiman mengatakan hal itu kepada Haris Ashar pada tahun 2014 dan kerja samanya dengan para oknum TNI, Polri dan BNN dilakukan sebelum tahun 2014. Jadi, para petinggi TNI, Polri dan BNN tidak perlu marah-marah”. Sebaiknya hal itu dijadikan masukan untuk ditelusuri dan ditindaklanjuti jangan-jangan hal itu benar adanya. Tapi, bila ternyata tidak benar, hendaknya hal itu membuat TNI, Polri dan BNN lebih waspada dan lebih gencar lagi memberantas narkoba tanpa pandang bulu.
Menurut penulis, bisa jadi apa yang dikatakan Fredi Budiman itu tidak salah. Karena di Jakarta terdapat beberapa kampung narkoba yang dalam waktu lama tidak disentuh aparat penegak hukum dalam hal ini Polri dan BNN. Mungkin-mungkin saja ada yang membekingi dan melindungi para pengedar dan bandar narkoba yang bercokol di kampung narkoba tersebut. Kampung narkoba di Jakarta itu baru “dimusnahkan” pada saat Irjen Pol Budi Waseso (BW) menjadi Kepala BNN.
Selain itu dikabarkan bahwa pada tahun 2013 BNN menangkap kontainer berisi narkoba sejumlah ± 1.400.000 lebih milik Fredi Budiman yang dikawal oleh petugas koperasi sebuah lembaga aparat keamanan negara.
Jadi, tulisan Haris Ashar di medsos itu besar kemungkinan tidak salah, hanya saja timing penyampaiannya yang tidak tepat, yaitu baru disampaikan saat Fredi Budiman sudah dieksekusi mati. Oleh karenanya para petinggi TNI, Polri dan BNN hendaknya tidak emosional. Carilah solusi yang terbaik bagi semua pihak untuk ketenangan dan ketenteraman negeri ini. Meskipun masih ada beberapa pengamat yang malah ngompori para petinggi TNI, Polri dan BNN. Bukannya membantu mencarikan solusi yang terbaik tapi malah membuat keadaan makin panas saja. Diharapkan para petinggi TNI, Polri dan BNN memaafkan” Haris Ashar dan menjadikan hal ini sebagai pelajaran agar lebih waspada dan berhati-hati dalam memerangi narkoba yang makin merajalela di negeri tercinta iniweb majalah fakta / majalah fakta online / mdsnacks
Oleh :

Imam Djasmani.

Pengamat

No comments:

Post a Comment