“NYANYIAN” HARIS ASHAR PICU “KEMARAHAN”
PETINGGI TNI, POLRI DAN BNN
HARIS Ashar,
Koordinator Kontras,
menyampaikan tulisan di media sosial elektronik berkaitan dengan ucapan Fredi
Budiman, terpidana mati kasus narkoba,
yang disampaikan kepadanya dengan disaksikan Kalapas
Nusa Kambangan, Liberti Sitejab,
dan pendeta (rohaniawan). Waktu itu Fredi Budiman mengatakan pada Haris Ashar bahwa peredaran narkoba yang dilakukannya selama itu tidak sendirian melainkan bekerja sama
dengan oknum TNI, Polri dan BNN dengan memberikan dana yang tidak sedikit jumlahnya.
Beredar luasnya tulisan Haris Ashar di medsos itu pun
langsung memicu “kemarahan” para petinggi TNI, Polri
dan BNN. Bahkan ada yang melaporkan Haris Ashar ke Bareskrim
Mabes Polri dengan tuduhan pencemaran nama baik dan fitnah.
Sebenarnya yang di-”nyanyi”-kan Haris
Ashar di medsos itu sudah sesuai yang
dikatakan Fredi Budiman, karena hal itu juga diakui
dan dibenarkan oleh Kalapas Nusa Kambangan.
Yang menjadi pertanyaan sebenarnya
adalah mengapa Haris Azhar menyampaikan masalah tersebut setelah Fredi
Budiman dieksekusi ? Sedangkan
Fredi Budiman menyampaikan hal itu kepada Haris Ashar pada
tahun 2014 dan setelah dihukum
mati baru disampaikan oleh Haris Ashar.
Tapi, apa pun, menurut penulis, sebaiknya
para petinggi TNI, Polri dan BNN
tidak perlu “marah-marah” dan memidanakan Haris Ashar apabila tidak
bisa membuktikan apa yang disampaikannya di medsos tersebut. Karena Fredi Budiman
mengatakan hal itu kepada Haris
Ashar pada
tahun 2014 dan kerja samanya dengan para oknum TNI, Polri dan BNN
dilakukan sebelum
tahun 2014. Jadi, para petinggi TNI, Polri dan BNN tidak perlu “marah-marah”. Sebaiknya
hal itu dijadikan masukan untuk ditelusuri
dan ditindaklanjuti jangan-jangan hal itu benar adanya. Tapi, bila ternyata tidak benar,
hendaknya hal itu membuat TNI, Polri dan BNN lebih waspada
dan lebih gencar lagi memberantas narkoba tanpa pandang bulu.
Menurut penulis, bisa jadi apa yang dikatakan
Fredi Budiman itu tidak salah. Karena di
Jakarta terdapat beberapa kampung narkoba yang dalam waktu lama tidak disentuh
aparat penegak hukum dalam hal ini Polri dan BNN. Mungkin-mungkin saja ada yang membekingi dan
melindungi para pengedar dan bandar narkoba yang bercokol di kampung narkoba tersebut. Kampung
narkoba di Jakarta itu baru “dimusnahkan” pada saat
Irjen Pol Budi Waseso (BW) menjadi Kepala
BNN.
Selain itu dikabarkan bahwa pada tahun 2013 BNN
menangkap kontainer berisi narkoba sejumlah ± 1.400.000 lebih milik Fredi
Budiman yang dikawal oleh petugas koperasi sebuah lembaga aparat keamanan negara.
Jadi, tulisan Haris Ashar di medsos itu
besar kemungkinan tidak salah, hanya saja
timing penyampaiannya yang tidak tepat, yaitu baru disampaikan saat Fredi
Budiman sudah dieksekusi mati. Oleh
karenanya para petinggi TNI, Polri dan BNN hendaknya tidak
emosional. Carilah solusi yang terbaik bagi semua pihak
untuk ketenangan dan ketenteraman negeri
ini. Meskipun masih ada beberapa pengamat yang malah
“ngompori” para petinggi TNI, Polri
dan BNN. Bukannya membantu mencarikan
solusi yang terbaik tapi malah membuat keadaan makin panas saja. Diharapkan para petinggi TNI, Polri dan BNN
“memaafkan” Haris
Ashar dan menjadikan hal ini sebagai pelajaran agar
lebih waspada dan berhati-hati dalam memerangi narkoba yang makin merajalela di negeri tercinta ini. web majalah fakta / majalah fakta online / mdsnacks
Oleh :
Pengamat
No comments:
Post a Comment