Friday, December 2, 2016

TERORIS

SANTOSO TEWAS, YANG LAIN TERUS DIKEJAR

Jenasah Santoso yang tewas tertembak.
ISTRI Santoso akhirnya berhasil ditangkap oleh Satgas Tinombala di sekitar Tambarana, Poso Pesisir Utara, Sulawesi Tengah, Sabtu (23/7/2016), sekitar pukul 09.30 WITA. “Kita dapat laporan Jumiatun Muslimayatun, istri Santoso, tertangkap Satgas yang sedang berpatroli. Barang bukti masih dikembangkan. Kini pelaku sudah di Poso,” kata Kadensus 88/Antiterorm, Brigjen Eddy Hartono.
Dengan tertangkapnya istri pentolan Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Santoso, jumlah buron teror kelompok Santoso kini tinggal 18 orang termasuk Basri dan Ali Kalora. “Istri Santoso itu asal Bima, NTB,” lanjut Eddy.
Saat terjadi baku tembak antara Satgas Tinombala dengan kelompok Santoso yang berjumlah lima orang di Tambarana, Poso Pesisir Utara, Senin petang (18/7/2016), tiga anggota kelompok Santoso berhasil melarikan diri, yakni satu pria dan dua wanita. Polisi menduga tiga orang yang kabur itu yakni Basri, sementara dua perempuan tersebut merupakan istri Basri dan istri Santoso, yang kini sudah berhasil ditangkap. Santoso sendiri telah dipastikan tewas tertembak.
Kapolri, Jenderal Tito Karnavian, mengatakan bahwa Jumiatun Muslimayatun alias Delima merupakan istri kedua dari Santoso yang ikut dalam pelarian kelompok teroris tersebut. Ia ditangkap dalam keadaan hidup dan tanpa ada perlawanan kepada petugas. “Sekarang lagi dibawa ke Polda Sulawesi Tengah untuk diperiksa. Nanti dia akan diurus oleh polwan,” tutur Tito setelah mengikuti kegiatan Bhakti Kesehatan Polri 2016 di Gelanggang Olahraga (GOR), Cendrawasih, Cengkareng, Jakarta Barat, Sabtu (23/7/2016).
Tito menjelaskan, Delima akan dimintai keterangan sekaligus diperiksa kesehatannya karena selama pelarian ia selalu berada di hutan. Delima juga akan mendapat penjagaan khusus dari polwan. Dalam penangkapan tersebut, polisi tidak menemukan senjata atau bahan peledak di tubuh Delima.
Awas Serangan Balasan Kelompok Santoso !
Tewasnya gembong teroris Santoso bukan berarti tingkat kewaspadaan terhadap aksi terorisme diturunkan, justru sebaliknya. Pihak kepolisian dan TNI saat ini mewaspadai kemungkinan adanya serangan balas dendam oleh kelompok tertentu, yang ingin melakukan balas dendam.
Istri Santoso, Jumiatun Muslimayatun, saat ditangkap.
Kapolda Sulawesi Tengah, Brigjen Pol Rudy Sufahriadi, menegaskan, tim gabungan masih melakukan operasi keamanan di Poso, terutaman di wilayah yang diduga digunakan kelompok Santoso untuk bersembunyi. “Ada kemungkinan serangan balik, bukan teroris jika tidak membalas dendam.” ujarnya, Rabu (20/7/2016).
Saat ini ada sekitar 20 anggota kelompok MIT pimpinan Santoso yang masih bersembunyi di dalam hutan Sulawesi.
Kelompok Teroris Santoso Memasuki Babak Baru
Jika tidak memiliki sosok pemimpin baru setelah Santoso tewas, kelompok ini makin melemah. Lalu, siapa yang berpotensi menjadi penerus Santoso ?
Second layer-nya Basri. Ada lagi setelah itu yang namanya Ali,” ujar Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Boy Rafli Amar, di Mabes Polri, Jakarta, (19/7). Awalnya, Basri diduga anggota MIT yang turut tewas dalam baku tembak Senin, 18 Juli 2016 di Poso. Namun, Kapolri, Jenderal Tito Karnavian, memastikan salah seorang terduga teroris yang tewas bersama Santoso itu adalah Mukhtar, bukan Basri.
Kemungkinan pengganti Santoso : Basri atau Ali Kalora.
Sementara itu, Ali alias Kalora merupakan orang paling senior di MIT. Kapolda Sulteng menjelaskan,“Selama ini kan memang dia paling senior, paling lama jadi teroris di sana,” ujar Brigjen Pol Rudy Sufahriadi.
Tim gabungan TNI dan Polri dipastikan masih terus mengejar sisa kelompok teroris Santoso dalam Operasi Tinombala 2016. “Presiden memberi apresiasi kepada Polri dan TNI atas keberhasilan melumpuhkan kelompok teroris Santoso. Namun demikian presiden meminta agar langkah dan upaya mengejar sisa-sisa gerombolan harus tetap dikejar,” ucap Juru Bicara Presiden, Johan Budi SP, di Jakarta, (19/7).
Johan mengatakan pula, Jokowi berpesan agar masyarakat tetap waspada terhadap segala potensi dan ancaman terorisme. Tewasnya Santoso tidak membuat aksi teror di Indonesia akan hilang sepenuhnya.
“Presiden mengingatkan untuk tetap waspada terhadap potensi dan ancaman terorisme. Jangan sekali-kali kendur dan melemah, sebaliknya kewaspadaan perlu ditingkatkan dan diperluas untuk menjaga bangsa dan negara dari aksi dan ancaman terorisme,” terang Johan.

Yang jelas, di Poso telah diterjunkan sekitar 3.000 prajurit yang tergabung dari Kesatuan Kopassus, Marinir, Raider dan Kostrad guna melaksanakan operasi keamanan memburu kelompok sipil bersenjata Santoso Cs. (Tim) web majalah fakta / majalah fakta online / mdsnacks

No comments:

Post a Comment