Pesona Adat Dayak Meratus
Pemkab Balangan Bangun Taman Budaya
Bupati Balangan, H Ansharuddin, dalam Festival Budaya Pesona Dayak
Meratus.
|
H Ansharuddin, Bupati
Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan, di Desa Kapul, Kecamatan Halong, mengatakan, demi mendukung kekayaan ragam budaya adat
yang ada di Kabupaten Balangan, yang berupa budaya adat Dayak dan suku
Banjar, bahkan berbagai kreasi lainnya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Balangan akan memperjuangkan untuk membangun Taman Budaya.
Pembangunan Taman Budaya sebagai pusat perkembangan budaya di
Balangan dimasukkan dalam visi-misi Pemkab Balangan saat ini. Dan sekarang prosesnya sudah mulai dijalankan.
Dengan dibangunnya Taman Budaya tersebut membuktikan
keseriusan pemerintah daerah dalam turut serta
melestarikan budaya leluhur, sehingga bisa memberi semangat bagi warga untuk
melestarikan budaya, dan mampu
menjadi daya tarik wisatawan lokal bahkan mancanegara.
Di Kabupaten Balangan ada beberapa budaya adat, seperti
adat Dayak Meratus yang dikenal dengan keramahannya dan merupakan pesona
tersendiri yang memberi pelajaran tentang arti persatuan dan kesatuan serta
gotong royong di tengah perbedaan.
Desa Kapul, Kecamatan Halong, dapat disebut Desa Budaya, karena setiap tahun selalu digelar wisata
budaya Pesona Dayak Meratus se-Kalimantan Selatan. Dengan digelarnya momen ini dapat mengangkat budaya
leluhur untuk membesarkan dan memperkenalkan daerah.
Setiap kali ada gelaran festival budaya selalu dikunjungi oleh berbagai lapisan masyarakat dari berbagai daerah. Pengunjung tidak perlu mengkhawatirkan tempat menginap serta urusan konsumsi, karena
semua sudah disediakan oleh warga setempat, tanpa kenal batasan pengunjung.
Di wisata Budaya Pesona
Dayak Meratus selalu ditampilkan berbagai atraksi
dan
lomba bahkan model dengan pakaian khas adat Dayak sesuai tujuan acara, yaitu Pesona Dayak Meratus. Sehingga benar-benar mempesona para wisatawan lokal maupun mancanegara
yang berkunjung dan menyaksikan kehebohan dari Festival Budaya Adat Meratus
Kabupaten Balangan.
Tidak hanya menampilkan berbagai atraksi berupa tarian
dan lomba serta model dengan pakaian khas adat Dayak, tidak kalah menariknya
disajikan pula berbagai wisata kuliner, seperti nasi merah yang lembut dan terbuat dari beras ketan, lamang
pisang, dan lain sebagainya. Semua gratis sepuas pengunjung menikmatinya, juga buah-buahan asli hasil hutan pegunungan Meratus.
Warga Dayak Meratus yang ada di Kecamatan
Halong memiliki berbagai macam budaya dan agama, namun di tengah perbedaan tersebut
tercipta suasana hangat dan harmonis, saling gotong royong dan tanpa saling
mempermasalahkan perbedaan. Kehidupan mereka memberi
sebuah makna yang mendalam, di mana perbedaan hanyalah sebuah keberagaman yang
tidak perlu dipermasalahkan.
Bahkan ketika digelar berbagai kegiatan budaya adat Dayak, beragam suku dan agama yang ada di Kabupaten
Balangan maupun kabupaten lain turut serta hadir dan bergotong royong membantu sesama warga.
Kecamatan
Halong, Kabupaten Balangan, merupakan daerah yang
benar-benar eksotik, karena bukan hanya kaya akan
budaya adat Dayak, namun juga kaya dengan wisata alam
berupa puluhan buah wisata air terjun dan hutan yang masih asri. Pantaslah kalau kecamatan ini berjuluk ‘Miniatur
Indonesia’.
Festival budaya dengan tema Pesona Dayak Meratus, yang setiap tahunnya selalu digelar oleh Pemkab Balangan sebagai upaya untuk merajut kembali budaya leluhur adat Dayak
setempat, agar tidak tergerus zaman dan tetap menjadi kekayaan ragam budaya
Indonesia.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Balangan akan memperjuangkan
untuk membangun Taman Budaya.
|
Festival budaya warga Dayak Meratus tersebut memiliki pula
keunikan lainnya yang bisa membuat pengunjung berdecak kagum, yaitu ditampilkannya tumbuhan hutan yang diyakini bisa terhindarkan dari bahaya sambaran petir bahkan angin kencang hingga
makhluk ghaib, yaitu hampilas atau insui, atau patake, atau jalai batu
atau hajalai batu. Tanaman ini mudah didapat di
wilayah pegunungan Meratus, bahkan bisa dibuat perhiasan yang sangat elok,
mirip manic-manik bahkan mirip perhiasan mutiara, dengan warna putih mengkilap
dan mampu bertahan hingga puluhan tahun.
Dikatakan Juriati, warga Desa Mamegang, Kecamatan
Halong, yang tinggal di sekitar Bukit Guru atau Bukit Paring Sumpit, bahwa menekuni pembuatan perhiasan yang
dibuat dengan cara merajut buah patake
atau hajali batu menjadi perhiasan
berupa kalung, gelang, anting, dan hiasan baju adat sekaligus bisa menjadi jimat anti sambaran petir dan anti gangguan makhluk ghaib tersebut, sejak puluhan tahun lalu.
Anyaman khas Dayak dan juga pembuatan perhiasan antipetir yang
dinamainya dengan giat "me-hampilas".
Pekerjaan tersebut dilakoninya selain
sebagai hobi, juga untuk melestarikan ajaran budaya leluhur, sayang
sekali kalau budaya leluhur sampai tergerus oleh perkembangan jaman. Diharapkan kecintaan terhadap budaya leluhur adat Dayak, terus membuat warga menekuni berbagai warisan budaya tanpa kenal henti.
Perhiasan antipetir yang merupakan salah satu keunikan dari
budaya adat Dayak tersebut bernilai ekonomis, harganya beragam, dari Rp 10.000,- hingga jutaan rupiah, tergantung kerumitan dalam
pembuatannya.
Untuk
gelang, kalung, anting, yang biasanya dengan mahar hanya Rp 10.000, namun jika ada pesanan khusus, berupa kalung hiasan
berlapis, dengan hiasan tambahan berupa bulu landak dan buah hutan lainnya,
yang juga diyakini mampu melindungi diri dari gangguan
makhluk ghaib, maharnya bisa mencapai ratusan ribu bahkan jutaan rupiah.
Selain
membuat perhiasan sebagai hobi dan untuk melestarikan budaya
leluhurnya, Juriati juga mahir membuat anyaman, serta pakaian dari kulit
kayu. Diharapkannya semua itu
dapat ia wariskan kepada generasi muda, agar budaya leluhur dapat terus bisa
dilestarikan hingga anak-cucu di masa akan datang, sehingga budaya Dayak tidak
menjadi kisah sejarah semata.
Dengan beragamnya budaya adat Dayak tersebut, Pemkab Balangan pun akan membangunkan sebuah taman
yaitu Taman Budaya yang tentunya akan menunjang kelestarian ragam budaya adat
Dayak yang ada di Bumi Sanggam. (Tim)
No comments:
Post a Comment