Thursday, May 4, 2017

ADVETORIAL BATOLA

Pupuk Organik Batola ‘Diburu’ Petani Berbagai Daerah

Pupuk organik buatan Gapoktan Tinombala Kabupaten Batola ini 
telah melalui serangkaian uji laboratorium dan mulai diproduksi 
dan dipasarkan secara masal sejak dua tahun terakhir.
KETIKA berkunjung ke Desa Danda Jaya, Kecamatan Rantau Badauh, Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan, terlihat beberapa orang warga sedang memindahkan tumpukan tanah hitam menggunakan skop ke sebuah mesin penggiling. Beberapa orang warga lainnya memasukkan tumpukan tanah hitam yang sebelumnya telah diayak ke dalam karung-karung kecil.
Ternyata tumpukan menyerupai tanah hitam tersebut adalah pupuk organik hasil pengomposan yang berasal dari kotoran sapi dan ayam. Pupuk organik itu merupakan hasil produksi dari Gabungan Kelompok Tani dan Ternak (Gapoktan) Tinombala Desa Danda Jaya.
Pupuk organik produksi Gapoktan Tinombala ini sudah dipasarkan tidak hanya di Kabupaten Barito Kuala, tapi juga kabupaten lain di Kalimantan Selatan, bahkan ke provinsi tetangga seperti Kalimantan Tengah. Saat menunggu musim tanam dan panen, produksi pupuk organik ini mencapai 500 kilogram per hari. Tetapi pada saat musim tanam dan panen padi, tidak dapat berproduksi karena anggota gapoktan fokus menanam dan memanen padi.
Peternak yang tergabung di Gapoktan Tinombala Kabupaten Barito Kuala, benar-benar sukses mengembangkan pupuk organik dari limbah kotoran sapi yang mampu meningkatkan produksi padi hingga 20 persen dibandingkan dengan menggunakan pupuk kimia.
Selain meningkatkan produksi padi, pupuk organik produksi kelompok peternak di Desa Danda Jaya tersebut juga bisa mempercepat pertumbuhan,, seperti untuk penyemaian padi yang seharusnya 20 hari bisa dilakukan hanya 17 hari.
Bukan hanya itu, kini produksi pupuk organik dari limbah kotoran sapi tersebut juga menjadi salah satu usaha baru bagi peternak sebagai pendapatan tambahan yang cukup menjanjikan.
Sebelumnya limbah kotoran ternak sapi dan ayam tersebut dikeluhkan warga sekitar, karena baunya yang tidak sedap dan menyengat, mencemari udara di daerah tersebut. Namun, kini limbah itu justru dicari karena masyarakat sekitar mampu mengolah limbah tersebut menjadi penghasilan tambahan untuk meningkatkan kesejahteraan para anggota kelompok.
Di Desa Danda Jaya sebelum ada peternakan, warganya hanya mengandalkan sektor pertanian padi yang tanam satu kali dalam satu tahun. Saat musim tanam usai, para lelaki daerah tersebut harus keluar daerah untuk mencari pekerjaan tambahan menunggu musim panen.
Sodikun, Ketua Gapoktan Tinombala, mencari jalan guna merubah kondisi tersebut. Dan, akhirnya, ia pun berusaha untuk mengembangkan sektor peternakan yang kemudian mendapatkan perhatian dari Dinas Peternakan Kabupaten Barito Kuala.
Namun, setelah peternakannya berkembang, timbul masalah baru, yaitu limbah sapi mengganggu masyarakat sekitar peternakan, hingga akhirnya ditemukanlah sistem produksi limbah organik yang menguntungkan.
Proses pembuatan pupuk organik ini sama dengan proses pembuatan pupuk sejenis lainnya yaitu melalui proses pengomposan selama satu bulan. Bahan baku pupuk berasal dari kotoran sapi milik warga yang jumlahnya mencapai 600 ekor. Desa Danda Jaya merupakan salah satu desa pembibitan dan penggemukan sapi yang ada di Barito Kuala.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan dan Dinas Peternakan Kabupaten Batola merespon kegiatan Gapoktan Tinombala yaitu dengan memberikan penyuluhan dan peralatannya untuk pengembangan produksi pupuk organik.
Kini pupuk organik produksi peternak Danda Jaya banyak diburu oleh petani di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, maupun dari provinsi lainnya, karena selain ramah lingkungan juga mampu meningkatkan produksi padi.
Dalam satu bulan, kelompok tani itu mampu memproduksi hingga 2.000 kilogram dengan harga untuk kemasan 25 kilogram Rp 30 ribu dan 8 kilogram Rp 12 ribu.
Eni Siti Rohaini, Peneliti Madya dari BPTP Provinsi Kalsel, mengatakan, selain membantu peternak memanfaatkan teknologi pengelolaan pupuk organik, pihaknya juga membantu pemasarannya.
Pupuk produksi Batola ini banyak diburu oleh petani dari berbagai daerah, bahkan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, peternak terpaksa mendatangkan kotoran sapi dari kabupaten lainnya.
Tidak hanya pupuk organik padat, kini peternak juga mulai mengembangkan pupuk organik cair yang punya keunikan tidak hanya sebagai pupuk tetapi juga bisa digunakan sebagai pembasmi hama dan hasilnya cukup bagus untuk mendukung peningkatan produksi. Namun, hingga kini pasar pupuk cair belum begitu luas, karena produksinya baru dimulai satu tahun lalu, sehingga belum terlalu dikenal oleh masyarakat.
Produksi pupuk organik di Desa Danda Jaya ini tidak hanya diproduksi kelompok tani yang mendapat pembinaan dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian serta Dinas Peternakan provinsi dan kabupaten, tetapi juga diproduksi petani secara sendiri-sendiri.
Pupuk organik buatan Gapoktan Tinombala Batola ini telah melalui serangkaian uji laboratorium dan mulai diproduksi dan dipasarkan secara masal sejak dua tahun terakhir.

Kini selain mengharapkan hasil dari bertani, sebagian warga desa juga mempunyai penghasilan dari penjualan pupuk organik yang dikelola oleh kelompok tani yang tergabung di Gapoktan Tinombala. (Tim)

No comments:

Post a Comment