Wednesday, November 2, 2016

DRESTA BALI

Jangan Jauhkan Presiden Jokowi Dengan Rakyatnya !

Anggota Fraksi PDIP, A A Ngurah Adhi Ardhana.
ANGGOTA  Fraksi PDIP, A A Ngurah Adhi Ardhana, melayangkan interupsi saat digelar Rapat Paripurna DPRD Provinsi Bali dengan agenda Penyampaian Raperda Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Provinsi Bali Tahun Anggaran 2015 oleh Gubernur Bali, Made Mangku Pastika, Senin (13/6). 
Adhi Ardhana mempersoalkan adanya pemukulan terhadap masyarakat oleh aparat saat menyaksikan Pawai Pesta Kesenian Bali (PKB) yang dihadiri Presiden Jokowi, di depan Bajra Sandhi, Sabtu (11/6). 
Sebagaimana yang ramai diberitakan, korban pemukulan itu adalah dua aktivis ForBali (Forum Masyarakat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa). Mereka diusir dan dipukul karena mengenakan kaos "Bali Tolak Reklamasi".
Interupsi terjadi pada saat Ketua DPRD Provinsi Bali, I Nyoman Adi Wiryatama, yang memimpin Rapat Paripurna itu, menyampaikan pidato pembukaan untuk memulai Rapat Paripurna tersebut. “Interupsi Pak Ketua, saya ingin menyampaikan sesuatu,” kata Adhi Ardhana.
Ia menyoroti protap (prosedur tetap) pengamanan presiden yang dijadikan alasan pemukukan aktivis tersebut. “Jangan jauhkan presiden kita dari rakyatnya. Kami ingin komunikasikan sehubungan dengan itu, adanya pemukulan, penyambutan baliho dan segala macam,” katanya.
Adhi Ardhana mengaku telah menghubungi Staf Presiden Jokowi, Ari Dwipayana, untuk mempertanyakan protap pengawalan presiden. “Saya komunikasi dengan Pak Ari Dwipayana. Beliau mengatakan bahwa tidak ada protap presiden seperti itu. (Presiden) tidak ingin baliho selamat datang, tapi kalau baliho aspirasi itu tidak masalah. Dan terhadap orang yang pakai baju tertentu pun juga tak masalah,” tegasnya.
Menurut dia, interupsi tersebut merupakan aspirasi kepada pemerintah untuk memberikan perhatian terhadap aspirasi yang disampaikan oleh masyarakat Bali. “Saya interupsi ini agar bisa dicermati dan pemerintah memperhatikan aspirasi masyarakat Bali,” ujarnya.
Wakil rakyat yang selama ini getol menolak reklamasi Teluk Benoa itu menyayangkan adanya aksi pemukulan terhadap aktivis lingkungan tersebut. Tindakan represif aparat tersebut, kata dia, salah sasaran. "Satu saja pesan saya, bagi yang memukul silahkan datang ke sini, saya saja pukul, saya pandangi, saya bentak. Jangan rakyat yang dipukul. Kalau melakukan aksi lain cerita, ini kan hanya menonton. Kalau memang dicurigai, tinggal diawasi,” ujarnya.

Menanggapi interupsi tersebut, Adi Wiryatana mengatakan bahwa aspirasi itu akan dibahas pada kesempatan berikutnya. “Terima kasih atas saran dan interupsinya, nanti kita akan lakukan pembahasan di lain waktu,” katanya. Rapat Paripurna pun kemudian dilanjutkan. (Rie) web majalah fakta / majalah fakta online / mdsnacks

No comments:

Post a Comment