Wednesday, November 2, 2016

DRESTA BALI

Jokowi Tinjau Mini LNG Benoa Yang Bisa Hemat Rp 4 Miliar Per Hari

Kata Presiden Jokowi, yang paling penting proyek ini adalah energi baru terbarukan.
PRESIDEN Jokowi menyempatkan meninjau Mini Terminal LNG yang dibangun di atas kapal di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali, di sela kunjungan ke Pulau Dewata untuk membuka Pesta Kesenian Bali (PKB), Sabtu sore (10/6). 
Presiden datang bersama rombongan Menteri Sekretaris Kabinet, Pramono Anung, Menteri ESDM, Sudirman Said, Menteri BUMN, Rini Soemarno, Direktur PT Pelindo Energi Logistik, Gembong Primajaya, Dirut PT PLN, Sofyan Basyir, dan Dirut PT Pelindo III, Orias Petrus Moedak, serta Gubernur Bali, Made Mangku Pastika. 
Sekitar 10 menit Presiden Jokowi berkeliling meninjau Mini Terminal LNG pertama di Indonesia dan Asia Tenggara ini. Presiden seksama melihat Mini Terminal LNG yang dicat dominan warna merah dan putih tersebut. 
Setelah mendengarkan penjelasan singkat dari Gembong Primajaya, Presiden Jokowi kemudian door stop press conference dengan sejumlah media selama lebih kurang 5 menit. 
“Proyek ini dikerjakan hampir 16 bulan, awal Juni kemarin selesai. Proyek ini adalah pengganti dari sebelumnya, dari diesel pindah ke gas," ujar Jokowi.
Presiden juga menjelaskan sistem kerja Mini Terminal LNG yang akan dikembangkan untuk memasok listrik di pulau-pulau terpencil. "Cara kerjanya dari kapal cair selanjutnya ke gas, dari gas kemudian masuk ke pembangkit listrik. Dan itu bisa menghemat 4 miliar (rupiah) per hari, sangat efisien sekali," papar presiden.
"Untuk ke depan jika memang kita lihat ini baik, saya kira yang diesel-diesel yang ada di pulau-pulau satu per satu akan dialihkan ke gas. Proyek ini dikerjakan sendiri, total anggaran 2 triliun (rupiah) selama tahun anggaran kemarin untuk pembangkitnya. Untuk storage kita bekerja sama dengan Pelindo, PLN dan Pertamina. Tapi dengan konversi, yang bisa efisien 4 miliar (rupiah) per hari. Paling berapa tahun, 2 tahun sudah bisa ditutup. Untuk proyek ini salah satunya bisa mempercepat peralihan energi, yang kedua manfaatnya dan biayanya sangat efisien. Dan yang paling penting proyek ini adalah energi baru terbarukan,” pungkas Jokowi yang kemudian menuju ke mobilnya untuk melanjutkan acara membuka PKB.
Gembong Primajaya menjelaskan, terminal ini merupakan terminal bongkar muat gas, di mana gas LNG berasal dari Bontang milik Pertamina, diangkut menggunakan kapal dan dikirim ke Benoa LNG, kemudian dipindahkan ke FSU (Floating Stotage Unit) untuk disimpan dan dialirkan ke FRU (Floating Regosificotion Unit) untuk diproses kembali menjadi gas. Setelah itu, gas dialirkan melalui pipa ke pembangkit (PLTDG) Pesanggaran dengan kapasitas 200 MW. Sistem regasifikasi, Flooting Regosification Unit (FRU) ini didesain oleh putra-putri bangsa dari ITB dan ITS. 
"Ini merupakan inovasi yang pertama di Asia Tengara. Ini merupakan pencapaian yang luar biasa dan bukti bahwa Indonesia mampu," ujar Gembong.
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah lebih dari 13 ribu pulau. Dalam mengintegrasikan negara kepulauan, Presiden Jokowi telah membangun tol laut agar harga kebutuhan pokok lebih murah. 
Selain tol laut, presiden juga memperhatikan distribusi energi untuk menjawab percepatan pembangunan listrik 35.000 MW. Berangkat dari karakter Indonesia sebagai negara kepulauan dan keinginan percepatan pembangunan infrastruktur listrik, maka sinergi BUMN yang terdiri dari Pelindo III, Pelindo Energi Logistik, Pertamina, PLN, dan Indonesia Power, membangun Mini Terminal LNG pertama di Indonesia. 
Mini Terminal LNG ini dibangun di atas kapal yang disandarkan di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali. Dengan temuan sistem pasokan gas ini, lanjut Gembong, pemerintah menghemat pemakaian bahan bakar senilai Rp 4 miliar per hari. 
Mini Terminal LNG dan seluruh fasilitasnya mampu diwujudkan dalam waktu kurang dari 12 bulan. Langkah ini merupakan satu jawaban dan solusi untuk pemerintah dalam mempercepat program pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW. 
"Jika sistem Mini Terminal LNG dibangun di Indonesia timur dan daerah pesisir pantai dalam kurun waktu satu tahun ke depan, maka akan terwujud pencapaian pelistrikan yang sangat signifikan," tambah Gembong. 
Floating Regasification Unit (FRU) yang pertama di Asia Tenggara ini sudah mulai dilirik oleh beberapa negara dengan permintaan studi banding dari Malaysia, Tiongkok, Jepang, Canada, Italia dan Finlandia. 

"Dengan pencapaian putra-putri bangsa ini merupakan jawaban terhadap masih terhambatnya distribusi energi ke daerah kepulauan terutama Indonesia bagian timur. Dengan diresmikan dan dioperasikannya Benoa LNG Terminal sebagai Mini LNG terminal pertama, maka merupakan wujud nyata dari cita-cita Presiden Jokowi membangun dari pinggiran dengan kekuatan poros maritim," pungkas Gembong. (Rie) web majalah fakta /majalah fakta online / mdsnacks

No comments:

Post a Comment