PENUMBUHAN BUDI PEKERTI, PENTINGKAH ?
MULAI tahun ajaran 2015-2016 Kemendikbud lewat
Permendikbud No. 23 Tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti memiliki nilai
baru, menerapkan program penumbuhan budi pekerti sebagai kegiatan wajib sekolah,
demi menghilangkan sikap atau perbuatan amoral siswa yang belakangan ini boleh
dibilang menurun. Bagaimana sebagian kepsek SD-SMA/SMKN di Surabaya menyikapi
program tersebut ?
Kepala
SDN Ketabang I Surabaya, Siti Rahayu SPd MM, mengatakan bahwa program yang
diterapkan oleh kemendikbud itu memang bagus, mengingat betapa pentingnya
sebuah karakter siswa. Apalagi siswa datang dari berbagai lingkungan yang
berbeda. Dan pembentukan karakter atau budi pekerti yang bagus itu tidak
semata-mata hanya ditentukan pada saat upacara saja, namun juga sikap orangtua
siswalah yang sangat menentukan. Untuk itu SDN Ketabang I dalam penerapan budi
pekerti seperti itu tidak ada kendala apa pun, justru sudah berkembang baik dari
tahun ke tahun. Untuk itulah Siti Rahayu berharap anak-anak didiknya memiliki
ketakwaan pada Tuhan Yang Maha Esa yang sangat kuat. Di samping ketaatan kepada
bapak-ibu gurunya, kedua orangtua, keluarga dan sayang teman-temannya, baik di sekolah,
rumah, dan lingkungan sekitar keluarganya.
Kepala SMPN 33 Surabaya, Agus Sutowo SPd |
Menurut
Kepala SMPN 33 Surabaya, Agus Sutowo SPd, bahwa program penumbuhan budi pekerti
siswa untuk Surabaya sudah lama dilaksanakan. Seperti bapak-ibu guru menyambut
di pintu gerbang sekolah dan bersalaman dengan siswanya saat pagi hari masuk
sekolah, dengan senyum, sapa, santun. Untuk SMPN 33 Surabaya jam 1 siang anak-anak
kelas 8 dan 9 sholat Dhuhur bersama. Sementara siswa yang kena tugas piket
diwajibkan membaca Al Qur’an seperti surat Yasin pada tiap harinya. Hal ini diharapkan
mereka dapat hafal dan meresapi ajaran agamanya sehingga ujung-ujungnya bisa
disiplin. Sedangkan siswa kelas 7 belajar baca dan tulis Al Qur’an (BTQ),
dengan tujuan agar bisa mengaji. Sementara untuk agama lain difasilitasi oleh
guru-guru mata pelajaran masing-masing agamanya.
Agus
Sutowo lebih lanjut mengatakan bahwa ajaran budi pekerti di SMPN 33 sudah lama
dilakukan. Selain seperti di atas juga menyanyikan Indonesia Raya, berdo’a
sebelum dan sesudah pelajaran berakhir dipimpin oleh siswa, menyanyikan
lagu-lagu daerah di Indonesia. Di samping itu juga mereka diwajibkan mengecek
sampah di bawah bangku kelas. Oleh karena itulah Agus Sutowo berharap ke depan
budi pekerti siswa menjadi lebih baik lagi. Yang semula tidak bisa mengaji, ke
depan piawai mengaji. Mereka yang tidak bisa menyanyikan lagu-lagu daerah/nasional,
ke depan diharapkan bisa lebih menguasai lagu-lagu daerah/nasional.
Kepala SMPN 20 Surabaya, Dra Fadjarijah Nurulita |
Sedangkan
Kepala SMPN 20 Surabaya, Dra Fadjarijah Nurulita, mengatakan bahwa program
penumbuhan budi pekerti di SMPN 20 sudah berjalan. Pendidikan berkarakter salah
satunya adalah cinta tanah air, cinta lagu-lagu nasional. Dan itu tetap
berkesinambungan sampai saat ini di SMPN 20 Surabaya.
Kepala SMPN 7 Surabaya, Dra Yulia Krisnawati MPd |
Senada
disampaikan Kepala SMPN 7 Surabaya, Dra Yulia Krisnawati MPd, bahwa SMPN 7 telah
merespon dengan baik adanya Permendikbud No. 23 Tahun 2015 tentang penumbuhan budi
pekerti memiliki nilai baru tersebut. Kendati sebenarnya program tersebut sudah
berjalan sebelumnya. Kemendikbud itu lebih bagus dan tegas untuk menumbuhkan
cinta tanah air. Bapak-ibu guru SMPN 7 Surabaya mensupportnya. Pagi sebelum pelajaran
dimulai ditanamkanlah semangat dalam belajar, pembiasaan diri dengan digabung
berbagai litelatur sehingga memiliki pengetahuan yang sangat luas. Untuk itulah
Yulia berharap anak-anak di Indonesia menjadi generasi yang utuh dan
berkarakter, juga memiliki skill atau kemampuan yang bagus dan siap bertarung
di era global atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Untuk SMPN 7 Surabaya
diharapkan memiliki disiplin yang tinggi, rasa nasionalisme yang tinggi, rasa solidaritas
antarteman yang tinggi, dan tidak tawuran. Hingga pihaknya perlu bersinergi
dengan orangtua, siswa serta masyarakat sekolah lainnya agar semua tujuan
tersebut bisa cepat terwujud.
Kepala SMPN 41 Surabaya, Dra Hanifah MM |
Kepala
SMPN 41 Surabaya, Dra Hanifah MM, pun demikian. Ia mengatakan, untuk mendorong
terwujudnya program penumbuhan budi pekerti, pihaknya telah mewajibkan program
literasi, yakni membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai dan itu sudah
dilaksanakan beberapa tahun lalu. Hingga siswa SMPN 41 Surabaya sudah dibiasakan
memiliki pendidikan berkarakter sebagai teladan dan pembiasaan. Hanifah lebih
jauh mengatakan bahwa membina karakter siswa tidaklah semudah membalikkan
telapak tangan, namun membutuhkan perjuangan yang keras. SMPN 41 Surabaya pembentukan
karakternya dapat meningkatkan prestasi lebih bagus lagi. Jadi, kalau karakternya
baik tentu prestasinya juga akan baik.
Kepala SMPN 11 Surabaya, Drs H M Masykur Hasan MSi |
Secara
terpisah, Kepala SMPN 11 Surabaya, Drs H M Masykur Hasan MSi, menjelaskan,
sebelum ada Permendikbud No.23/2015 tentang penumbuhan budi pekerti memiliki
nilai baru secara nyata pihaknya sudah melaksanakannya lewat program SANDI
BERJUPE. Di sisi lain, diajarkannya reward and punishment sehingga muncullah
kebiasaan berbudaya baru memperkuat dan mempertegas budi pekerti yang menjadi
harapan utama di SMPN 11 Surabaya, yaitu datang tepat waktu baik itu siswa,
bapak/ibu guru, karyawan bahkan kepsek sekalipun. Jadi, semua segenap civitas
akademika SMPN 11 Surabaya wajib mematuhinya.
Bentuk
punishment siswa, misalnya sekali terlambat sekolah akan dicatat. Terlambat dua
kali mereka disuruh meyiapkan pot bunga. Terlambat tiga kali mereka disuruh
menyiapkan pupuk untuk potnya. Terlambat empat kali mereka disuruh menanam
tanaman dan merawatnya. Dengan adanya hal tersebut diharapkan prestasi akademisi
siswa SMPN 11 Surabaya meningkat, di samping non-akademisnya. Kedisiplinan
serta kompetensi guru juga meningkat lebih bagus lagi.
Kepala SMAN 5 Surabaya, Hj Sriwidiati SPd MM |
Kepala
SMAN 5 Surabaya, Hj Sriwidiati SPd MM, mengatakan bahwa budi pekerti tidak
dapat dilihat secara kasat mata, namun diterapkan dalam sikap dan perbuatan
oleh siswa secara nyata.
Kepala SMAN 20 Surabaya, Dra Mamik Pujowati MPd |
Sementara
Kepala SMAN 20 Surabaya, Dra Mamik Pujowati MPd, mengatakan bahwa program budi
pekerti yang digulirkan oleh kemendikbud itu sangat bagus, sehingga dapat
membentuk kepribadian siswa menjadi lebih baik lagi. Di SMAN 20 Surabaya hanya
perlu adanya peningkatan karakter budi pekerti itu sendiri secara menyatu dan
terintegrasi dalam setiap kegiatan dan tatanan. Di SMAN 20 Surabaya, semuanya
sudah berlangsung lama. Salah satu penerapan budi pekerti itu adalah siswa SMAN
20 Surabaya peduli dan pernah berkunjung ke Liponsos Keputih, Surabaya, dalam
melakukan kegiatan sosialnya. Sehingga imtek dan imtaq menjadi seimbang.
Kepala
SMAN 17 Surabaya, Drs Bambang Agus Santoso, menjelaskan bahwa penerapan program
budi pekerti yang digulirkan kemendikbud bukanlah sesuatu yang baru. Hanya
sebuah penegasan saja. Namun ia tetap berharap ke depan siswa SMAN 17 Surabaya
tetap memiliki karakter yang bagus dan terbangunnya cinta tanah air yang lebih
bagus lagi.
Kepala
SMAN 8 Surabaya, Dra Hj Ligawati MPd, pun mengatakan bahwa penumbuhan budi
pekerti di SMAN 8 Surabaya sudah lama dilaksanakan lewat program 5 S (sapa,
senyum, salam, sopan, santun). Tiap pagi saat siswa datang dan memasuki pintu
gerbang sekolah disambut oleh bapak-ibu guru sambil bersalaman, menyapa, senyum
dan lain-lain. Di samping itu, bentuk penerapan penumbuhan budi pekerti adalah
adanya do’a bersama secara sentral atau terpusat, literasi membaca 15 menit
sebelum pelajaran dimulai, upacara rutin, senam para guru dan siswa, melakukan
kebersihan secara serentak dalam rangka lingkungan hidup, menyanyikan lagu-lagu
daerah di Indonesia secara sentral. Semuanya itu sudah menjadi kebiasaan. Untuk
itulah Ligawati berharap ke depan pembiasaan yang dilakukan sejak awal ini akan
menjadi budaya kebiasaan sehari-hari sehingga jiwanya terbangun dan cinta tanah
air.
Kepala SMKN 8 Surabaya, Dra Sri Cahyonowati MM |
Kepala
SMKN 8 Surabaya, Dra Sri Cahyonowati MM, mengatakan bahwa penerapan penumbuhan
budi pekerti (karakter) itu hampir semua sekolah sudah melaksanakannya. Itu
penting mengingat di era global ini kebebasan sudah mengarah ke hal-hal yang
bersifat kebablasan. Di sisi lain, soal adat-istiadat yang bagus contohlah negara-negara
maju, seperti Jepang dan Korea Selatan. Walau tergolong negara maju, tapi masih
mengedepankan budaya sopan-santun atau unggah-ungguh. “Untuk itulah mulai
sekarang kita di Indonesia pada anak-anak wajib diterapkan bentuk karakter yang
bagus pada era sekarang ini, walau di lingkungannya (rumah) terdiri dari
berbagai latar belakang yang berbeda. Kurikulum (K13) guru-guru membekali
silabus pembelajaran karakter untuk mempercepat proses. Jadi sekolah bisa
memberikan bayangan-bayangan bagus yang konkrit ke depan dan harus
diimplementasikan, tidak hanya diangan-angan saja. Dan itu harus ada yang
mencontohkannya, mengingat budi pekerti sangatlah penting dengan berlandaskan
agama masing-masing yang mereka anut”.
Kepala SMKN 5 Surabaya, Dra Tatik Kustini MM |
Kepala
SMKN 5 Surabaya, Dra Tatik Kustini MM, didampingi Wakasek Kesiswaan, Drs Anton
Sujarwo MPd, mengatakan bahwa pihaknya sudah lama melaksanakan penumbuhan budi
pekerti siswa. Misalnya, berdo’a bersama dan bersalaman. Dan itu juga
diterapkan di K13 yang mana tertuang adanya penilaian sikap, seperti sholat Dhuhur
berjama’ah, upacara setiap hari Senin. Walau semua penerapan itu tak semudah
membalikan telapak tangan, ada kendala tersendiri, mengingat para siswanya
berasal dari latar belakang yang berbeda. Jadi lingkungan rumahlah yang sangat
menentukan. Hingga kejadian siswa SMKN 5 Surabaya membandel, loncat pagar,
buang sampah sembarangan, merokok kerap kali masih saja ditemui. Dan pembinaan-pembinaan
sering kali dilakukan serta razia oleh guru-guru juga terus ditingkatkan.
Oleh
karena itulah Tatik berharap sikap positif warga SMKN 5 Surabaya terus
meningkat tajam dari tahun ke tahun. Jika masih ada yang lepas kontrol dalam perbuatannya,
tim konselor SMKN 5 Surabaya siap berkiprah. Mengingat pendidikan berakarakter
berawal dari kedisiplinan (semua satuan mata pelajaran sudah menjadikan budaya).
Cara membangunnya yaitu dengan melalui siswa baru lewat pendidikan PBB secara
sikap dan pencermatan pada perilaku. Mereka dididik soal dasar baris-berbaris.
Langkahnya wajib simultan.
Kepala Bidang Pendidikan Menengah dan Kejuruan (Dikmenjur) Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Drs Sudarminto MPd |
Tak
ketinggalan Kepala Bidang Pendidikan Menengah dan Kejuruan (Dikmenjur) Dinas Pendidikan
Kota Surabaya, Drs Sudarminto MPd, mengatakan bahwa seluruh sekolah diwajibkan
memberikan materi tentang penumbuhan budi pekerti dengan menanamkannya pada
siswa sejak awal masuk sekolah. Hingga diharapkan Kota Surabaya bisa membangun
‘caracter building’ bangsa yang cerdas tapi tetap santun sebagai ciri khas
budaya bangsa Indonesia.
Permendikbud
No.23 Tahun 2015 itu, kata Sudarminto, untuk lebih mempertegas program
penumbuhan budi pekerti mengingat kita memang perlu terus meningkatkannya lagi
di era kondisi bayang-bayang masyarakat yang lebih maju lagi.
Diharapkan
oleh mantan Kepala SMAN 16 Surabaya ini, implementasi atau penerapannya lewat
kegiatan sehari-hari, kurikulum, dan ekskul sehingga akhirnya pembiasaan yang
bagus itu menjadi terwujud, yaitu perilaku yang oke. Walaupun ada
kendala-kendala, namun program penumbuhan budi pekerti wajib terus dilakukan.
Pembiasaan yang kontinyu dan secara terus-menerus. Untuk itulah diperlukan
kesabaran, ketangguhan. Sementara sikap sopan-santun, saling toleransi dengan
budaya luar juga terus dilakukan, ditanamkan dan ditumbuhkan. Tapi akar budaya
sendiri wajib diperkuat agar semakin tajam.
Sudarminto
pun berharap ke depan siswa di Surabaya menjadi manusia atau pelajar yang berprestasi
baik akademis maupun non-akademis, cerdas, beretika, tangguh dan santun. (F.543) web majalah fakta / majalah fakta online
No comments:
Post a Comment