DPRD
Jatim Kutuk Keras Pembunuhan Salim Kancil
Ketua Komisi A DPRD Jatim, Freddy Poernomo |
KETUA
Komisi A DPRD Provinsi
Jatim, Freddy
Poernomo,
menegaskan, pihaknya mengutuk keras terhadap pelaku pembunuhan aktivis
lingkungan Salim
Kancil, secara kejam dan keji.
Menurutnya, pembunuhan kejam
itu dilakukan di depan masyarakat. Ironisnya, kejadian itu dilakukan di depan anak-anak
sekolah. ”Saya
miris dengan aksi pembunuhan aktivis yang terjadi di Desa Awar-awar, Kabupaten Lumajang, itu. Pihak DPRD Jatim berjanji mendesak
aparat kepolisian untuk mengusut tuntas para eksekutor dan aktor intelektual di
balik kasus tersebut,” tegasnya.
Memang, tragedi berdarah yang
terjadi di Kabupaten Lumajang yang menewaskan
Salim Kancil, dan temannya, Tosan, mengalmi luka parah itu mendapat perhatian serius dari
semua kalangan. Tak terkecuali wakil rakyat yang duduk di gedung DPRD Provinsi Jatim juga angkat bicara.
Komisi A DPRD Jatim bidang
hukum dan pemerintahan pun melakukan hearing, (1/10), dengan memanggil keluarga
para korban, tokoh masyarakat Lumajang, aparat kepolisian, dan instansi pemerintah yang terkait guna
membahas untuk mengungkap tragedi berdarah yang terjadi di Desa Selok Awar-awar, Lumajang, tersebut.
Secara terpisah, Wakil Ketua Komisi A, Miftahul Ulum, mengatakan, dalam hearing ini
dewan
merekomendasikan
agar penambangan pasir galian C di Lumajang, baik yang berijin maupun yang tak
berijin untuk sementara waktu ditutup. Mengingat suasana di daerah tersebut
tak kondusif dan dikhawatirkan jika diteruskan akan terjadi kembali tragedi berdarah. “Untuk sementara waktu
aktivitas tambang pasir yang dilakukan di daerah Lumajang ditutup sambil mengungkap
semua tersangka dan dalang intelektual di balik peristiwa keji tersebut,”
tandas politisi PKB ini.
Hasil hearing yang dipimpin
Ketua Komisi A, Freddy
Poernomo,
menyatakan, bahwa komisi
A akan mengusulkan ke pimpinan
DPRD Jatim untuk dibentuk Panitia Khusus (Pansus) guna mengungkap siapa dalang
intelektual di balik peristiwa yang sangat keji tersebut. Karena tak menutup
kemungkinan ada keterkaitannya dengan oknum, mulai pejabat pemda setempat,
aparat kepolisian hingga dari kalangan legislatif, baik DPRD tingkat kabupaten maupun provinsi.
Seperti diberitakan, kasus
pembunuhan Salim Kancil yang terjadi pada Sabtu (26/9) telah menggegerkan Tanah
Air. Tragedi di Lumajang, Jawa Timur,
ini pun sontak menyita
perhatian tak hanya dari
masyarakat biasa tapi
hingga Presiden Joko Widodo.
Salim Kancil adalah seorang petani di
Selok Awar-awar, Pasirian, Lumajang, Jatim. "Kekerasan
dan tewasnya Salim adalah salah satu bukti bahwa perlindungan terhadap warga
yang ingin mempertahankan lingkungan dan kehidupannya masih belum
terjamin," ujar Koordinator Badan Pekerja KontraS Surabaya, Fatkhul Khoir
(29/9).
Dari penuturan Fatkhul itulah kemudian didapatkan
gambaran mengerikan saat kejadian berlangsung. "Saya bersama teman-teman
turun (ke lokasi) pada hari Minggu. Saat itu suasana masih sangat
mencekam," kata Fatkhul.
Dari keterangan sejumlah saksi
(warga) kepada Fatkhul, pada Sabtu pagi itu, Salim masih di rumah dan didatangi
sekelompok orang dengan gelagat tak baik.
Salim kemudian 'ditangkap', diikat dan
kemudian diseret menuju balai desa setempat. Menurut berbagai kesaksian, jarak
antara rumah Salim dan balai desa sekitar 2 km.
Di perjalanan, kelompok massa ini
memukuli Salim dengan
peralatan yang mereka bawa. Warga ketakutan melihat aksi sadis tersebut.
Setibanya di balai desa, kelompok ini masih terus memukuli Salim dan menyeretnya masuk.
Ironisnya, di sana masih cukup banyak anak-anak yang sedang mengikuti kelas PAUD (Pendidikan Anak Usia
Dini). Namun aksi kekerasan terus berlangsung. Tubuh Salim bahkan dilaporkan
disetrum berkali-kali. Seperti tak puas, dengan
peralatan yang sudah ada, kelompok ini bahkan menggergaji bagian tubuh, termasuk leher Salim.
Ajaib. Siksaan gergaji dan setrum seolah tak
mempan. Kelompok tersebut seperti kian tertantang. Mereka kemudian membawa
Salim menuju arah pemakaman.
Di tempat ini, Salim disebutkan kembali diserang dengan
berbagai senjata. Setelah kelompok ini memakai batu, Salim pun tumbang. Mengetahui hal itu, mereka kemudian memukulkan
batu ke kepala Salim berkali-kali. Innalillahi, di situlah Salim akhirnya tewas dengan posisi tertelungkup.
Kayu dan batu berserakan di sekitarnya.
"Almarhum memang punya
ilmu kebal. Dia berguru kepada seseorang
yang biasa dipanggil kiai," kata Fatkhul.
Seperti diketahui, sebelum mendatangi
Salim, kelompok itu
juga sudah 'berurusan' dengan rekan Salim bernama Tosan. Tak jauh beda, Tosan
juga dianiaya. Sedikit lebih beruntung, Tosan tak sampai tutup usia atas aksi
sadis kelompok tersebut.
KontraS sangat menyesalkan
peristiwa ini. Salim Kancil dan Tosan dikenal sebagai petani yang peduli
lingkungannya. Mereka adalah bagian dari petani yang dari awal bersuara lantang
menolak penambangan pasir di desa mereka. Mereka menilai penambangan pasir telah mengakibatkan kerusakan
dan mengancam produksi pertanian warga, khususnya di Selok Awar-awar. "Kami akan terus mengawal
dan memperdalam kasus ini," tutur Fatkhul. (F.809) web majalah fakta / majalah fakta online
No comments:
Post a Comment