APA KABAR PGRI ?
PERSATUAN Guru Republik Indonesia (PGRI) kembali
berulang tahun, 25 November 2015. Tentu saja keberadaannya tak lepas dari peran
guru. Bagaimana kiprahnya ?
Kepsek
SMAN 15 Surabaya, Drs K H Khoiril Anwar, mengatakan bahwa organisasi PGRI bagi
guru masih tetap bermanfaat sebagai wadah aspirasi guru karena secara konkrit PGRI
menampung suara guru dan sebagai sarana pengembangan profesi guru di luar
intitusi pemerintah. “Oleh karena itulah PGRI tidak perlu dibubarkan, namun dioptimalkan”.
Khoiril
Anwar berharap ke depan PGRI bisa bekerja sesuai AD-ART. Sehingga PGRI dapat
selalu dilibatkan dalam plus-minus pendidikan.
Kepala SMAN 15 Surabaya, Drs Khoiril Anwar |
Sedangkan
Kepala SMAN 16 Surabaya, Drs Hari Sutanto, berharap agar PGRI dapat terus
memperjuangkan nasib guru. Misalnya, TPP jalan terus, guru-guru terus dilatih
lewat kompetensi atau UKG.
Menurut
Hari, saat ini PGRI tetap masih relevan. Walaupun begitu Hari mengatakan antara
guru dengan PGRI kurang adanya koordinasi. Terbukti akan membahas soal pendidikan
tak ada media sosialnya. Misalnya, PGRI tidak punya website. Sehingga kesenjangan
terjadi. Oleh karena itulah Hari berharap adanya komunikasi yang jelas antara
guru dan PGRI lewat media sosial seperti website.
“Siapa
saja pengurus PGRI Surabaya saja dan menjabat berapa tahun, guru-guru tidak ada
yang tahu. Karena memang tidak ada publikasi sama sekali,” katanya sambil
menambahkan, PGRI jangan dibubarkan tapi lebih diefektifkan lagi.
Kepala SMPN 52 Surabaya, Drs R A Sukmo Darmono |
Senada
disampaikan Kepala SMPN 52 Surabaya, Drs R A Sukmo Darmono. Ia mengaku tak
begitu tahu pengurus PGRI Surabaya atau PGRI Kecamatan Sukolilo. Padahal PGRI
itu wadah untuk mencari solusi atas segala permasalahan guru dan PGRI sebagai
wadah aspirasi guru.
Menurut
Sukmo, PGRI wajib berperan sentral di dapodik karena selama ini dianggap
kurang. Ia pun mengaku tidak tahu soal kegiatan PGRI. Walaupun begitu, Sukmo
tidak menyetujui kalau PGRI dibubarkan, tetapi dioptimalkan saja mengingat
belum optimal. Dan agar efektif, Sukmo menyarankan agar PGRI menambah semacam koordinator
wilayah (korwil) agar efektif atau optimal.
Kepala SMPN 40 Surabaya, Efendi Rantau SPd MPd |
Secara
terpisah, Kepala SMPN 40 Surabaya, Efendi Rantau SPd MPd, mengatakan bahwa
peranan PGRI selama ini belum sinkron dengan kebijaksanaan Diknas Kota
Surabaya. Padahal, kegiatan PGRI tidak bisa dilakukan sendiri. Misalnya,
masalah guru yang masih banyak dikeluhkan oleh diknas, bukan PGRI.
Menurut
Efendi, selama ini PGRI kurang efektif mengingat banyak berbeda kepentingan dan
kebijaksanaan dengan Diknas Kota Surabaya. Misalnya, UKG dan workshop, PGRI
mestinya mendahulukan keprofesionalan guru. PGRI seharusnya seiring dengan Diknas
Kota Surabaya soal kebijakan tersebut. Untuk itulah PGRI harus ditata ulang
atau peranannya di dunia pendidikan harus dioptimalkan.
Effendi
berharap ke depan PGRI bisa menjembatani keprofesionalan guru. Misalnya, soal
kriteria guru yang banyak unggul. Kalau itu dijalankan, Efendi yakin ke depan
guru-guru bisa lebih sejahtera dan pas dengan tujuan sila kelima Pancasila
yakni ‘’keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia’’.
Kepala SMPN 11 Surabaya, Drs H Masykur Hasan MSi |
Kepala
SMPN 11 Surabaya, Drs H Masykur Hasan MSi, mengatakan bahwa PGRI masih efektif
dan kalau ada kekurangannya perlu diperbaiki. Soal TPP dan UKG, misalnya,
bagaimana PGRI ke depan dapat menyikapi untuk meningkatkannya ? PGRI belum
mewujudkan eksistensinya secara nyata dan belum menyentuh langsung. Menurut
Masykur bahwa PGRI saat ini ibaratnya ‘’hidup segan mati pun tak hendak’’. PGRI
merupakan organisasi profesi namun berstatus relawan karena semata-semata soal
anggaran organisasi yang minim. Padahal, seharusnya PGRI sebagai organisasi
profesi didukung oleh anggotanya.
Masykur
berharap ke depan PGRI menjadi organisasi profesi yang menjadi lembaga yang
betul-betul berbintang sehingga guru-guru yang lemah dapat meningkatkan kompetensinya
karena adanya azas kepentingan. (F.543) web majalah fakta / majalah fakta online
No comments:
Post a Comment