Gubernur Jatim, Dr H Soekarwo, menyalami para pejuang kemerdekaan |
DALAM sambutan peringatan HUT RI ke-69 tahun 2014 di Gedung
Grahadi pada Minggu (17/8), Gubernur Jawa Timur (Jatim), Dr H Soekarwo,
mengatakan, para pejuang memang luar biasa, saat itu yang diperlukan dalam
pertempuran bukan senjata yang sangat mutakhir namun bambu runcing. “Seandainya
di Timur Tengah ada bambu runcing pasti menang, tapi sayang di sana tidak ada
bambu,” ujar Pakde Karwo tersenyum.
Pakde
mengajak yang hadir dalam acara silaturahmi itu memanjatkan syukur pada Allah
SWT. Saksi hidup hadir dalam resepsi kemerdekaan bangsa Indonesia yang sudah
dinikmati selama 69 tahun. Mereka memberikan tontonan yang harus menjadi
tuntunan.
Pakde
menegaskan, perang kemerdekaan di dalamnya terdapat jihad para kyai dan santri
untuk mempertahankan kemerdekaan. Oleh karenanya kemerdekaan ini harus terus dipertahankan.
Apalagi, Surabaya sejak 10 Nopember 1945 dikenal sebagai Kota Pahlawan karena
kebersamaan para tentara, masyarakat dan para ulama untuk memperjuangkan tanah
air.
Selain
itu Pakde memberikan ucapan selamat kepada para pejuang yang menerima Bintang
Grilya dari Presiden RI.
Dalam
peringatan kemerdekaan tahun 2014, masyarakat Jatim wajib mensyukuri nikmat
Allah SWT. Yang pertama, tahun-tahun terakhir ini diberi nikmat perdamaian.
Sementara dapat dilihat negara-negara lain rusuh, namun Indonesia khususnya
Jatim aman dan nyaman. Kedua, pelaksanaan Pileg dan Pilpres juga berlangsung
aman.
“Saya
kira hal ini selain ikhtiar kita, Allah memberikan hidayah kepada kita
sekalian. Maka tidak ada gunanya eker-ekeran
(bahasa Jawa, artinya bertengkar), yang penting berkumpul kembali membangun
Indonesia dan membangun Jawa Timur,” kata Pakde.
Ketiga,
lanjutnya, para pejuang, pendiri republik ini sudah merumuskan dengan jelas
pandangan hidup ideologi Indonesia adalah Pancasila. Ideologi Pancasila
merangkul semuanya dan penuh toleransi. Hal ini merupakan kerja keras dari para
pejuang. Sebagai lanjutannya, generasi peneruslah sebagai penerus dan pengaman
ideologi Pancasila. Sikap gotong royong harus terus digalakkan.
Kemerdekaan
Repubik Indonesia yang sudah dinikmati selama 69 tahun tidak lepas dari jasa para
pahlwawan yang telah berjuang dan berkorban demi mewujudkan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Untuk itu, seusai menerima
ucapan selamat HUT ke-69 Proklamasi Kemerdekaan RI dari para kepala perwakilan
negara-negara sahabat di Surabaya, yang diwakili Konsul Jepang, Noboru Nomura,
Gubernur Jatim bersilaturrahmi dengan para kepala perwakilan negara sahabat,
perintis kemerdekaan, purnawirawan, veteran, wredhatama dan warakawuri, di
Gedung Negara Grahadi.
Dalam
rangkaian acara itu Gubernur menyerahkan Tanda Kehormatan Bintang Gerilya dari
Presiden RI kepada tiga orang pejuang sebagai penghargaan karena telah berjuang
mempertahankan kedaulatan NKRI dari agresi negara asing dengan cara bergerilya.
Tiga orang pejuang yang mendapat penghargaan itu adalah Prajurit (Purn)
Moestadjab (ex anggota PS Srijono Batalyon Drajot/Mayangkara Surabaya), Pratu
(Purn) Misri (tenaga kesehatan sekaligus telik sandi Bataliyon 41 Soenaryadi
Divisi Jatim), dan Asiyah (BPRI/Anggota Dewan Harian 45 Ranting Tambaksari,
Surabaya).
Di
sisi lain, Pakde Karwo menghimbau, saat ini telah masuk musim kemarau, yang
punya truk kosong bisa membantu berbagi air bersih ke daerah yang kekurangan
air. Kegiatan sosial seperti ini tidak akan memiskinkan tapi justru kekayaannya
akan berlimpah. Dan bagi siapa saja yang membantu masyarakat kecil, akan
menjadi lebih terhormat. Perang kemerdekaan yang baru adalah mengisi yang masih
kosong, sebagai contoh membantu yang masih miskin. Hal tersebut merupakan
aplikasi perang kemerdekaan yang sekarang harus dilakukan agar pembangunan
lebih merata.
“Pancasila
itu ideologi kita, dalam keseharian harus menjadi pegangan kita. Working
ideologi seperti itu yang harus dikembangkan/diuri-uri. Saya bisa pidato juga
harus bisa menjalankan. Jangan sampai jarkoni (bisa ngajari tapi gak bisa
ngelakoni),” tambahnya.
Memperingati
Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI, menurut Pakde Karwo merupakan refleksi dan
introspeksi. Artinya, perjuangan kemedekaan yang telah dilakukan para pejuang
sudah sejauh mana diaplikasikan oleh generasi penerus bangsa. Sebagai generasi
penerus bangsa harus bisa melanjutkan cita-cita para pejuang dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 serta mempertahankan NKRI dalam
kebhinekaan.
Di
akhir sambutan Pakde mengajak seluruh masyarakat Jatim untuk mencintai produk
dalam negeri. “Kita harus mencintai produk-produk Indonesia, karena ini penting
dalam rangka menghadapi AFTA 2015. Tentu, kualitas produk dalam negeri harus
ditingkatkan, standarisasi harus lebih bagus daripada sekarang. Motto cintailah
produk-produk Indonesia dirasa sangat penting untuk lebih mencintai produk
dalam negeri sendiri.
Dalam
kesempatan itu, Gubernur menyerahkan tali asih pada 114 perintis kemerdakaan
dan janda perintis dari 11 kabupaten/kota di Jatim. Selain itu Pakde didampingi
Wagub menyerahkan piagam penghargaan dan trophy pada para pemenang lomba. Antara
lain sertifikat lulus akreditasi rumah sakit paripurna pada RSUD Dr Soetomo
Surabaya. Trophy juga diberikan pada pemenang lomba desa/kelurahan, evaluasi
unit pengelola keuangan dan usaha berhasil.
Sebagai
puncak peringatan HUT RI ke-69, Pakde Karwo memotong tumpeng. Pemotongan
tumpeng dibarengi dengan pemberian nasi tumpeng pada pejuang gerilya yang
mendapat Tanda Kehormatan Bintang Gerilya dari Presiden RI, Prajurit (Purn)
Moestadjab (ex Anggota PS Srijono Batalyon Drajot/Mayangkara Surabaya). “Saya
bangga telah dihargai oleh pemerintah,” ujar Moestadjab.
Kakek
kelahiran Gresik, 7 Agustus 1930, itu menceritakan, ia tidak pernah menerima
tunjangan uang pensiun hingga sekarang. Pasca mendapat anugerah Bintang Gerilya
dari Presiden RI ini dia akan mendapat tunjangan pensiun. Ia menambahkan, dirinya
bangga lulus mengabdi pada negara tanpa pamrih. Waktu perang dulu, teman-teman seperjuangannya
tidak pernah memikirkan apa pun. “Lillahi ta’’ala berjuang dan berjuang, dengan
loyalitas tinggi melawan pasukan NICA Belanda,” ujarnya berapi-api.
“Saya
betul-betul bersyukur diakui Presiden RI karena berhasil menunjukkan
bukti-bukti sebagai pejuang tanpa pamrih di Bojonegoro,” ucapnya.
Waktu
itu, lanjutnya, kontradiktif ketika bangsa sendiri tidak mau memihak tanah
airnya malah ada yang menjadi mata-mata dan antek penjajah Belanda.
“Mudah-mudahan generasi muda sekarang betul-betul setia pada Pancasila karena
sekarang sudah benar-benar merdeka. Keikhlasan untuk membangun, jangan sampai
ada korupsi-korupsi lagi, saya paling tidak senang,” ujar lelaki yang sekarang
berdomisili di Jalan Karangrejo Sawah No.35 Surabaya ini.
Hadir
dalam acara itu Wakil Gubernur Jatim beserta istri, Ibu Hj Fatma Saifullah
Yusuf, Ketua DPRD Provinsi Jatim beserta istri, Ibu Elok Imam Sunardhi, Sekda
Provinsi Jatim beserta istri, Ibu Yuliati Chaerani Akhmad Sukardi, Forpimda
Provinsi Jatim beserta istri, mantan Gubernur dan mantan Wakil Gubernur Jatim,
Konsulat Jenderal perwakilan negara-negara sahabat, Asisten I, II, III, dan IV
Sekda Provinsi Jatim beserta istri, Kepala SKPD , Kepala Biro di lingkungan
Setda Provinsi Jatim, Dirut RSU Dr Sutomo, RSJ Menur dan RS Haji Surabaya,
serta undangan lainnya. (F.835) web majalah fakta / majalah fakta online
No comments:
Post a Comment