Bupati MKP Hadiri Haul Syech Jumadil Kubro
Ke-641
PENYEBARAN Islam di Bumi Majapahit memiliki dua alat
legitimasi yang kuat, yakni memiliki trah Majapahit itu sendiri dan sebagai
kyai/ulama yang memiliki garis keturunan rasul. Hal tersebut disampaikan Bupati
Mojokerto, Mustofa Kamal Pasa, dalam sambutan acara pengajian umum dalam rangka
peringatan Haul Syech Jumadil Kubro ke-641, Minggu, 16 Oktober 2016, di
pelataran makam Troloyo, Desa Sentonorejo, Trowulan.
“Kehadiran Syech Jumadil Kubro di
Jawa banyak dimanfaatkan oleh para ilmuwan, ulama kalangan muslim untuk menimba
ilmu pengetahuan ketika Majapahit mengalami kemunduran. Syech Jumadil Kubro
kemudian melihat hal itu sebagai kesempatan untuk melakukan syiar Islam, dan
menembus dinding-dinding istana Majapahit. Beliau yang menurut literatur masih
dalam satu garis generasi keenam Nabi Muhammad SAW, berdakwah secara
sembunyi-sembunyi demi menghindari kemurkaan raja-raja Jawa yang belum mengenal
apa itu Islam kala itu,” ucap bupati.
Komunitas muslim di kota-kota
pelabuhan Majapahit, menjadi penanda pesatnya perkembangan Islam pada jamannya.
Laju kemajuan IPTEK yang cepat di bidang agama Islam kemudian melahirkan kaum
santri kritis, progresif dan transformatif.
“Pesatnya IPTEK bidang agama Islam,
melahirkan generasi baru kaum santri yang kritis dan transformatif. Tidak saja
menyadari ketertinggalan, mereka juga melakukan lompatan budaya dan intelektual
yang sangat maju. Demi mengenang jasa para penyebar Islam di Bumi Majapahit
khususnya, Pemerintah Kabupaten Mojokerto pada tahun 2016 telah membuat buku
Punjer Walisongo yang sudah dikaji dan dirumuskan dalam seminar lokakarya. Haul
Syech Jumadil Kubro yang kita peringati tiap tahun, diharapkan dapat
melestarikan budaya, syiar Islam dan mendongkrak potensi wisata religi,” harap
bupati.
Syech Jumadil Kubro sendiri lahir
pada tahun 1270 sebagai putera Ahmad Syah Jalaluddin, bangsawan dari Nasrabad
di India. Kakek buyutnya adalah Muhammad Shohib Mirbath dari Hadramaut yang
bergaris keturunan ke Imam Jafar Shodiq, keturunan generasi keenam dari Nabi
Muhammad SAW. Setelah resign dari jabatannya sebagai Gubernur Deccan di India,
Jumadil Kubro traveling ke berbagai belahan dunia untuk menyebarkan agama
Islam.
Literatur juga menyebut Syech
Jumadil Kubro berkelana keliling dunia sampai ke Maghribi di Maroko, Samarqand
di Uzbekistan lalu sampai ke Kelantan di Malaysia, kemudian ke Jawa pada era
Majapahit dan akhirnya sampai ke Gowa di Sulawesi Selatan. Jumadil Kubro
kemudian wafat dan dimakamkan di Trowulan sekitar tahun 1376 Masehi.
Dari
sedikit ulasan sejarah panjang seorang tokoh besar penyebar Islam di Jawa ini,
tidak heran jika sejarah hidupnya banyak dikenang dan diingat hingga kini.
Ketua
panitia pelaksana acara sekaligus Asisten Pemerintahan dan Kesra Kabupaten
Mojokerto, Akhmad Jazuli, dalam laporan sambutannya menjelaskan seluruh
rangkaian acara Haul Syech Jumadil Kubro ke-641 yang menyedot antusias warga
baik lokal maupun luar daerah.
“Rangkaian Peringatan Haul Syech
Jumadil Kubro sudah dilaksanakan sejak kirab kubro dari Pendopo Agung Trowulan
dan finish di pelataran makam Troloyo sehari sebelumnya. Animo masyarakat
sangat tinggi, khususnya tradisi berburu berkah gunungan tumpeng yang diarak
sepanjang kirab kubro. Lailatul Hadrah menyusul pada malam harinya. Dilanjutkan
hari ini yakni acara semaan dan khotmil Qur’an, yang ditutup dengan pengajian
umum oleh Romo Kyai Haji Agoes Ali Mashuri (Gus Ali) dari Tulangan, Sidoarjo,”
lengkap Jazuli.
Hadir juga dalam acara ini Wakil
Bupati Mojokerto, Pungkasiadi, Sekretaris Daerah Kabupaten Mojokerto, Herry
Suwito, Ketua DPRD Kabupaten Mojokerto, Ismail Pribadi, SKPD, para ulama dan
tokoh agama se-Jawa Timur. (anang/hms)
No comments:
Post a Comment