Tuesday, March 1, 2016

ANEKA BERITA

TABANAN

Duka Kemiskinan Keluarga Darmi, Suami dan Anak Alami Kecacatan

Ni Wayan Darmi, suami dan anaknya yang miskin tapi tidak dapat raskin
KEHIDUPAN keluarga Ni Wayan Darmi (50) yang beralamat di Banjar Cau Tua, Desa Tuah, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, hanya menggantungkan hidup dari penghasilan membuat porosan yang kemudian dijualnya ke pasar. Sementara sang suami, I Wayan Madu (75), hanya bisa duduk karena sudah tidak mampu lagi bekerja.
Di gubuk semi permanen itulah mereka menjalani hari-hari dengan penuh ketabahan dan kesabaran di tengah berbagai keterbatasan hidup yang mereka alami. Mereka tak hanya berdua, masih ada I Wayan Sumardana (23), putra pertama mereka yang terpaksa harus menjadi putra tunggal karena anak kedua mereka meninggal dalam kecelakaan di Jalan Suli, Denpasar, lima tahun lalu. “Anak saya waktu itu kelas II SMA meninggal karena kecelakaan di Jalan Suli, Denpasar. Awalnya izin ke GOR mau nonton konser,” ceritanya dengan mata berkaca-kaca.
Sumardana, anak semata wayangnya, terlahir dengan cacat fisik dan keterbelakangan mental. Kondisi ini menyebabkan tubuhnya tidak bisa digerakkan dan lumpuh. “Dari baru lahir sudah seperti ini,” ungkap Darmi sambil memeluk anaknya itu.
Pengobatan untuk putranya itu juga dilakukan seadanya dengan pergi ke puskesmas mengandalkan jamkesmas. Begitu pula dengan suaminya yang kini sering sakit hingga tak mampu bekerja lagi.
Bekerja sebagai buruh serabutan, Darmi mengaku kewalahan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Dengan penghasilan Rp 20.000,- per hari, Darmi terkadang harus berutang di warung untuk membeli keperluan sehari-hari.
“Kadang angkut air, kadang jual kayu bakar tetapi tidak tentu. Makanya, kalau sedang tidak bekerja, saya membuat porosan atau jejaitan lainnya yang bisa dijual,” akunya.
Sedangkan sang suami saat ini sudah tidak bisa bekerja karena usia yang semakin renta dan penyakit yang mulai berdatangan. Rematik dan sakit pinggang kini membatasi gerak I Wayan Madu yang biasanya pergi ke sawah dan menjadi buruh panen padi.
Tak hanya itu, kondisi rumah keluarga ini juga sangat memprihatinkan. Atap yang bocor dan kayu-kayu yang remuk, membuat mereka harus was-was karena sewaktu-waktu bisa jatuh dan menimpa mereka yang sedang terlelap. Dinding yang mulai retak dan lantai yang mulai ambles. Sungguh menyayat hati !
Masuk dalam kategori keluarga miskin, Darmi mengaku sudah menerima raskin maupun terdaftar dalam jamkesmas. Namun selama lima tahun terakhir ini raskin tak pernah lagi diterimanya. “Dulu pernah bertanya kenapa bantuan berasnya dihentikan, jawabannya karena yang menentukan pusat,” ungkapnya.
Kaur Kesra, Ni Nyoman Sri Artini, mengatakan, pihaknya telah melakukan pendataan tahun 2012, di mana sebanyak 103 KK diusulkan untuk menerima raskin, termasuk keluarga Ni Wayan Darmi. “Tetapi saat data dari pusat keluar, nama ini tidak muncul,” ungkapnya, sambil menambahkan bahwa saat ini ada 82 KK yang mendapat RTSPM (Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat) Raskin. Dari ke-82 KK penerima raskin itu nama keluarga Ni Wayan Darmi tidak ada, padahal faktanya miskin. (Tim) web majalah fakta / majalah fakta online

No comments:

Post a Comment