Friday, January 2, 2015

OPINI : JOKOWI INGKAR JANJI KOALISI TANPA TRANSAKSIONAL DAN PERAMPINGAN KABINET

Presiden Joko Widodo bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla
saat pemotretan bersama 34 menteri Kabinet Kerja yang baru dilantiknya
di halaman Istana Negara, Jakarta, 27 Oktober 2014

JOKO Widodo setelah dilantik jadi Presiden RI ke-7, ternyata tidak sesuai dengan apa yang sudah dijanjikan pada saat kampanye pilpres. Saat itu Jokowi menjanjikan pada rakyat bahwa koalisi yang dibangun tidak disertai dengan transaksi bagi-bagi menteri pada parpol yang mendukungnya alias tanpa syarat. Selain itu Jokowi juga menjanjikan kabinetnya akan dibuat seefisien mungkin untuk dirampingkan dari 34 menteri akan menjadi 18 s/d 20 menteri saja. Tetapi apa kenyataannya ? Untuk menteri yang berasal dari koalisi parpol diberi jatah 16 menteri  sedangkan dari profesional di luar parpol ada 18 menteri. Begitu pula janji perampingan kabinet. Jokowi janji kabinetnya terdiri dari 17-20 kementerian, nyatanya 34 kementerian, sama dengan jumlah kabinetnya SBY.
Tak pelak, rakyat pemilih Jokowi pun merasa dikibuli oleh Jokowi, apa pun alasannya ! Namun, perlu diketahui bahwa Jokowi tidak seorang diri untuk menjadi Presiden, di belakangnya sudah barang tentu ada yang sangat berperan yaitu Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Sukarnoputri. Selain itu juga ada koalisi partai politik yang mendukung dan mensukseskan Jokowi menjadi Presiden yang disebut Koalisi Indonesia Hebat. Ditambah lagi Jokowi orang asli Solo, sehingga rasa ewuh pakewuh dan tahu dirinya tentu sangat besar. Itu artinya, tanpa dituntut jatah menteri oleh parpol pun Jokowi pasti akan memberinya. Walaupun pada saat kampanye parpol pendukung Jokowi gembar-gembor tidak akan menuntut atau minta jatah menteri.
Biasanya untuk dapat meraih kekuasaan, parpol akan menghalalkan segala cara. Yang dikhawatirkan banyak orang, Jokowi akan dijadikan boneka oleh para penentu kekuasaan karena Jokowi tidak memiliki power, yang memiliki power sangat menonjol adalah Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, dan juga parpol yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Hebat. Bila Jokowi tidak mengikuti kemauan parpol pendukungnya dan Megawati Soekarnoputri maka tidak menutup kemungkinan akan menjadi kelimpungan dan takkan berdaya. Bila diibaratkan wayang kulit, seperti Gatotkaca ilang gapite. Apalagi Koalisi Merah Putih sudah “menguasai” parlemen dan ada tanda-tanda balas dendam untuk menghabisi rencana program yang telah didengung-dengungkan oleh Jokowi.
Sebenarnya, menurut penulis, yang salah itu bukan Jokowi tetapi tim suksesnya. Mereka kira dengan memenangkan Jokowi dalam Pilpres sudah menjadi hebat dan segala-galanya, apa mereka tidak ingat kalau parlemen (DPR) juga turut menentukan berhasil atau tidaknya sebuah pemerintahan dalam melaksanakan kebijakan dan program-program kerjanya. Jangan lupa, walau sudah menjadi penguasa (presiden) lalu bisa semaunya sendiri dengan meremehkan lawan-lawan politiknya. Semua kebijakan dan program kerja bisa dilakukan pemerintah bila didukung anggaran yang memadai dan untuk itu diperlukan persetujuan DPR. Bila DPR tidak setuju maka anggaran tidak aka nada dan kebijakan maupun program kerja pemerintah pun tidak akan bisa dilaksanakan sebagaimana yang diharapkan.
Oleh karena itu penulis menyarankan agar Jokowi sebagai Presiden RI dan parpol pendukungnya dalam Koalisi Indonesia Hebat harus menjalin hubungan baik dan harmonis dengan Koalisi Merah Putih agar program yang berpihak pada rakyat benar-benar dapat berjalan dengan lancar, tidak ada hambatan apa pun juga. Namanya pemerintahan yang begitu besar dan pelik secara teori gagasan yang ditonjolkan adalah program yang berpihak pada rakyat tetapi dalam pelaksanaannya tidak menutup kemungkinan ada yang tidak berpihak pada rakyat melainkan berpihak pada kepentingan pribadi, kelompok, golongan atau parpol pendukungnya. Hal itu bisa dilihat dari pengalaman pemerintahan SBY, ternyata tidak sedikit kader partai penguasa yang terjerat hukum. Tidak usah sok bersih dan sok suci bahwa semua untuk kepentingan rakyat, kadang-kadang itu hanya alasan saja untuk mencari simpati rakyat atau pencitraan.
Penulis berharap semoga Jokowi sebagai Presiden RI dan Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden RI dapat menjalankan roda pemerintahan dan kenegaraan Republik Indonesia dengan lebih baik sehingga harapan dan dambaan sebagian besar rakyat dapat terwujud. Selamat bekerja dan ekstra hati-hati karena di depan ada harimau yang siap menerkam sehingga tidak bernasib seperti Gus Dur. Rangkul semua pihak demi peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. (R.26) web majalah fakta / majalah fakta online
Oleh :
Imam Djasmani

Pengamat Sosial Poltik

No comments:

Post a Comment