2.790 Orang Usia
Produktif Nganggur
M Arif'an, Ketua Karang Taruna Kota Surabaya.
|
KARANG Taruna Kota Surabaya menyebut himpitan
ekonomi dan minimnya ketersediaan lapangan kerja berimbas pada tingginya
tingkat kriminalitas, akhir-akhir ini. Ketua Karang Taruna Kota Surabaya, M
Arif'an, membeberkan data yang disebutnya memiliki korelasi dengan angka
kejahatan. Terutama kejahatan jalanan, jambret, begal dan lainnya.
"Kami
punya data by name anak di wilayah
Surabaya Utara, lulusan SMA/SMK yang belum diintervensi. Sekarang anaknya
terlibat curas (pencurian dengan kekerasan)," kata Arif'an.
Arif'an
menyebut, data survei pihaknya baru 10 kecamatan. Kendati demikian tiap tahun
Karang Taruna selalu memperbaharuinya.
Permintaan
pelatihan dan membuka usaha baru sangat besar. Ini bukan saja dipicu banyaknya
lulusan SMA/SMK dan usia produktif yang belum bekerja. "Namun juga
dipengaruhi tingginya angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang dialami di usia
20-35 tahun. Ini sangat banyak," paparnya.
Tahun
2016 ini, kata Arif'an, Karang Taruna fokus didata 10 kecamatan saja. Tiap
kecamatan diambil 90 orang, sehingga total dari 10 kecamatan itu ada 900 orang.
"Biar kami fokus ke permintaan minat mereka, kerja atau usaha. Ditambah
lagi dengan eks pasien narkoba yang sebagian besar generasi muda,"
imbuhnya.
Tahap
pertama menyikapi 900 orang ini, Karang Taruna akan terlebih dulu menetapkan
150 orang sebagai peserta pelatihan membuka usaha baru. Mereka yang berusia
20-35 tahun akan dibekali di Villa Kalijudan milik Pemkot Surabaya.
Arif'an
merinci kecamatan asal peserta pelatihan usaha. Bukan saja dari Surabaya Utara.
Di antaranya, Jambangan, Wonokromo, Semampir, Gayungan, Sukomanunggal, Sawahan,
Tambaksari, Wonocolo, Krembangan.
Jenis
usaha yang ditawarkan cukup banyak, jasa servis dan gulung dinamo, pembuatan
roti, pembuatan dan penjualan nasi krawu, ternak ikan, jual roti bakar, membuka
jahitan, toko peracangan, membuka warung kopi, jual es jus, rias penganten.
Selain itu, ada usaha bekled jok mobil dan motor, kerajinan tangan, air isi
ulang, jamur krispi, lukisan cobek, cetak mug, servis ac, warung nasi dan
lainnya.
Ketua
Hotline Pendidikan Kota Surabaya, Isa Anshori, mengatakan, pihaknya menyimak
keberadaan pelaku kriminalitas di Surabaya yang ditembak kakinya oleh polisi,
rata-rata usia produktif 17-29 tahun.
"Kalau
data Karang Taruna baru 10 kecamatan saja ada 900, artinya bisa 90 orang per kecamatan.
Kalau 31 kecamatan, maka tinggal kalikan saja, bisa diketahui ada 2.790 orang
lulusan SMA/SMK dan usia produktif menganggur," rinci Isa yang juga
Sekretaris Komunitas Peduli Surabaya Rek Ayo Rek (RAR) usai audiensi dengan
Ketua DPRD Kota Surabaya, Armudji.
Kalau
di 10 kecamatan saja sudah didapatkan data 900 orang, menurut Isa, berdasarkan
permintaan itu (kerja dan usaha) berarti bisa lebih banyak lagi dari seluruh
kecamatan se-Surabaya. "Atau, kalau dihitung rata-rata, itu berarti di setiap
kecamatan ada 90 orang usia produktif yang belum bekerja. Lalu apakah bisa juga
dikatakan bahwa dari 31 kecamatan di Surabaya ada 2.790-an usia produktif yang
belum bekerja ?" tanya Isa lagi.
Soal
upaya Karang Taruna yang memberi pelatihan, Isa juga menanyakan kisah sukses
peserta pelatihan. "Sudah saatnya juga pemkot terutama Dinas Pendidikan
melibatkan masyarakat dalam pengelolaannya, seperti pelaku dunia usaha dan
komunitas usaha. Sehingga anak-anak sekolah terutama di jenjang SMA dan SMK
mendapatkan informasi peluang usaha dan bagaimana memulai usaha," pinta
Isa.
Sementara
itu, Ketua Garda Muda Bibit Unggul, Achmad Hidayat, menyebut pihaknya sebagai
wadah siswa dan mahasiswa berprestasi penerima beasiswa pemkot menilai SMK
merupakan pendidikan vokasi tingkat awal yang memberikan pemahaman akan
kompetensi teknis lapangan.
"SMK
harus bisa menjawab kebutuhan tenaga kerja Kota Surabaya, mulai dari kompetensi
dan kualifikasinya melalui proses pelatihan hingga sertifikasi," kata
Achmad.
Menurutnya,
soal meningkatnya angka kriminalitas yang dilakukan oleh lulusan SMK dan usia
produktif disebabkan beberapa faktor. Tidak terserapnya siswa SMK dalam dunia kerja,
karena norma dan nilai sosial yang kurang tertanam pada siswa SMK. "Oleh
karena itu pendidikan untuk SMK hendaknya tidak hanya mengenai pelatihan
kompetensi kerja, namun diimbangi dengan pembinaan mental dan moral,"
tegasnya.
Selain
itu, sambung Achmad, sekolah harus aktif dalam menyesuaikan diri dengan
kebutuhan tenaga kerja supaya dapat menyerap siswa SMK seoptimal mungkin.
Sinergi antara siswa, wali murid, sekolah dan masyarakat juga dibutuhkan.
Ketua
DPRD Kota Surabaya, Armudji, usai menerima Komunitas Peduli Surabaya Rek Ayo
Rek menegaskan, pemkot jangan cuma memberi pelatihan, tapi juga penciptaan
lapangan kerja. "Industri kreatif bisa digarap, menjadi salah satu
alternatif," kata Cak Ji, sapaannya.
Secara
terpisah, Kepala Disnaker Kota Surabaya, Dwi Purnomo, menegaskan, pihaknya
banyak menjalankan program terkait penyerapan tenaga kerja. Terutama dari
lulusan SMA/SMK dan usia produktif. “Sudah banyak programnya, Mas,” jawab
mantan Camat Kenjeran ini. (Rilis) web majalah fakta / majalah fakta online
No comments:
Post a Comment