Sunday, October 30, 2016

OPINI

PARTAI POLITIK SUDAH TIDAK MEMILIKI HARGA DIRI

PARTAI Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) apakah benar-benar sudah kehabisan kader terbaiknya untuk dicalonkan menjadi Gubernur DKI Jakarta ? Kenapa para tokoh elit PDIP masih juga akan merangkul Ahok (Basuki Cahaya Purnama) untuk dicalonkan menjadi Gubernur DKI Jakarta sedangkan Ahok sudah tidak mau lagi untuk dicalonkan atau diusung oleh partai politik, termasuk oleh PDIP. Terbukti Ahok telah mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta melalui jalur independen yang didukung para relawan yang disebutnya “Teman Ahok dengan mengumpulkan 1.000.000 (satu juta) KTP warga DKI Jakarta.
Apalagi PDIP sudah melakukan penjaringan/konvensi untuk calon Gubernur DKI Jakarta dan sudah melakukan fit and proper test, psikotes dan lain-lain untuk mengetahui elektabilitas, kemampuan dan ideologinya sejalan dengan PDIP atau tidak. Yang disayangkan, lagi-lagi para elit politik mengatakan bahwa semua itu nanti diserahkan kepada Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, diterima atau tidaknya hasil konvensi calon Gubernur DKI Jakarta versi PDIP tersebut. Atau, bisa juga yang dicalonkan nanti adalah orang dari luar yang tidak termasuk dalam penjaringan tersebut. Yang menjadi pertanyaan, apakah pada saat akan melakukan konvensi itu tidak terlebih dulu minta persetujuan Ketua Umum PDIP kok selalu keputusan akhirnya masih saja di tangan Megawati Soekarno Putri ? Bila yang dipilih atau yang mendapat persetujuan Megawati nanti dari hasil penjaringan, tidak ada masalah. Tetapi bila yang diputuskan adalah orang di luar hasil penjaringan, itu baru jadi masalah. Apakah tidak akan dikatakan PDIP mempermainkan para peserta konvensi, melakukan tipu daya dan hanya mencari popularitas sok demokratis ?
Seperti halnya Ahok yang sudah tidak mau lagi diusung oleh PDIP toh Megawati masih saja memanggil Ahok untuk mau dicalonkan melalui PDIP. Apakah partai sebesar PDIP sudah tidak memiliki harga diri dan rasa malu lagi ? Ahok sudah memutuskan melalui jalur independen, diusung oleh para relawan dan didukung beberapa partai politik, sudah berhasil mengumpulkan 1.000.000 KTP, namun Megawati sebagai Ketua Umum PDIP masih saja berusaha merangkul Ahok untuk dicalonkan sebagai Gubernur DKI Jakarta. Apakah PDIP benar-benar khawatir jagonya sendiri akan kalah bertarung dengan Ahok ? Pasalnya, “menurut hasil survei”, Ahok di atas angin, tidak ada yang bisa menandingi dia sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Apakah hanya karena “menurut hasil survey” yang tidak jelas itu yang membuat Megawati masih saja berusaha merayu Ahok untuk mau diusung oleh PDIP ?
Menurut penulis, seyogyanya PDIP menyusun kekuatan koalisi dengan parpol lain yang lebih banyak, termasuk Golkar. Walaupun Golkar sudah menyatakan dukungannya kepada Ahok namun itu bisa dibatalkan. Sebab Golkar sekarang sudah tidak berdaya, tergantung apa maunya Presiden Joko Widodo saja. Dengan kata lain, Golkar saat ini boleh dibilang sudah di bawah ketiak kekuasaan pemerintahan Jokowi. Masalahnya, Presiden Jokowi sebagai kader PDIP dan petugas partai sepertinya mulai sulit dikendalikan lagi oleh Megawati sebagai Ketua Umum DPP PDIP. Indikasinya, disebut-sebut Megawati menginginkan BG yang menjadi Kapolri menggantikan BH, tapi ternyata Presiden Jokowi malah mengajukan TK ke DPR.  
Kalaupun memang benar demikian, bukan salah Jokowi karena yang mencalonkan Jokowi sebagai presiden tidak hanya PDIP tapi juga PKB, Nasdem, Hanura, dan “Golkarnya” Jusuf Kalla. Bila yang mendukung hanya PDIP saja jelas suaranya tidak akan mencapai 25%. Kenyataannya, suara rakyat yang memilih Jokowi-JK mencapai 60% lebih. Itu berarti Jokowi adalah Presiden RI pilihan sebagian besar rakyat Indonesia, bukan petugas partai !
Mudah-mudahan PDIP tidak memaksakan kehendak untuk tetap mengusung/mendukung Ahok sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. PDIP lebih baik kalah terhormat daripada merengek-rengek pada Ahok yang sudah talak 2 atau 3, tidak mau diusung lagi oleh partai politik. PDIP masih ada waktu untuk menyusun kekuatan dan strategi untuk meraih kursi Gubernur DKI Jakarta. Toh PDIP sudah meraih kursi presiden, gubernur, bupati dan walikota di sejumlah daerah. Mengapa harus mengorbankan harga diri dan rasa malu, merengek-rengek pada Ahok ? PDIP adalah partai besar, jangan ikut-ikutan partai yang tidak sebanding dengan PDIP. Semoga para elit politik PDIP sadar bahwa semua itu ada waktunya. Tuhan sudah menentukan nasib baik-buruknya seseorang dan derajatnya. web majalah fakta / majalah fakta online / mdsnacks
Oleh :
Imam Djasmani.

Pengamat Sosial Politik

No comments:

Post a Comment