Wednesday, October 5, 2016

ADVETORIAL HSU

Pemkab HSU Apresiasi Berlanjutnya Klaster Anpulung

Bupati HSU, Abdul Wahid.
PEMERINTAH Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) mengapresiasi berlanjutnya Program Klaster Anyaman Purun dan Ilung  (Anpulung) oleh Bank Indonesia melalui kantor perwakilannya di Kalimantan Selatan.
"Sejak 2013 Bank Indonesia Kantor Perwakilan Kalsel sudah bekerja sama dengan Pemda Hulu Sungai Utara yang bertujuan menggerakkan sektor rill dan UMKM," ujar Bupati HSU, Abdul Wahid.
Bupati HSU, Abdul Wahid, mengatakan, Program Klaster Anpulung mampu mendorong sektor rill dan UMKM di HSU yang memang banyak memiliki sektor usaha kerajinan. Melalui program ini dilakukan peningkatan produksi dan perbaikan mekanisme pasar dalam rangka meningkatkan kesejahteraan perajin di daerah. "Melalui program yang dilakukan BI Perwakilan Kalsel seperti memfasilitasi bantuan teknis, pembinaan sisi produksi dan perbaikan mekanisme pasar, selaras dengan upaya pengendalian inflasi daerah," katanya.
Bupati Wahid berharap dengan digelarnya kembali kegiatan Focus Group Discusion (FGD) di Kabupaten HSU oleh pihak BI Kantor Perwakilan Kalsel yang di antaranya membahas penetapan calon peserta klaster dan calon lokasi penerapan, para perajin yang kembali dipilih untuk mengikuti Program Klaster Anpulung tahun ini bisa memanfaatkan sebaik-baiknya peluang ini dengan menjalin kerja sama dan koordinasi dengan BI dan Pemda melalui SKPD terkait.
Pemkab HSU dan BI Wilayah Kalsel terus berupaya membantu meningkatkan kualitas kerajinan anyaman purun dan ilung atau anpulung yang merupakan kerajinan khas Kabupaten HSU. Seperti yang dikatakan Bupati Wahid bahwa kerajinan khas daerah berupa purun dan ilung terbukti mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Kita sangat bergembira Bank Indonesia bersedia melanjutkan kerja sama peningkatan kualitas dan pemasaran kerajinan anpulung ini," katanya.
Bupati Wahid mengatakan, melalui program ini dilakukan peningkatan produksi dan perbaikan mekanisme pasar dalam rangka meningkatkan kesejahteraan perajin di daerah.
Melalui program klaster ini, BI Wilayah Kalsel selain membantu melakukan pembinaan dengan bantuan peralatan, juga membantu perajin untuk bisa mengakses modal perbankan.
Diharapkan, dengan berbagai program yang telah dilaksanakan, akan mampu mendorong industri Kalsel bisa bersaing dalam era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Melalui Program Klaster Anpulung, para pengrajin mendapat bantuan beberapa unit mesin jahit untuk anyaman purun serta bantuan dari Kementerian Daerah Tertinggal.
Seperti yang dialami salah satu kelompok pengrajin yang mendapatkan program klaster yaitu KUB Kembang Ilung, yang kini telah memasuki tahun ketiga pelaksanaan Program Klaster Anpulung. Kini sudah bisa memenuhi 1.500 unit produk kerajinan yang dipesan dengan keuntungan kotor per bulan hingga Rp 30 juta.
“Kita tidak lagi menerima pesanan dalam bentuk produk kerajinan setengah jadi sehingga harga jual produk bisa ditingkatkan,” terang anggota KUB Kembang Ilung, Yannor.
Sepuluh tahun yang lalu, kata Yannor, tidak menyangka tanaman liar yang banyak tumbuh di sekitar rumahnya di Desa Banyu Hirang, Kecamatan Amuntai Selatan, ternyata mampu mengantarkannya jadi jutawan.
Tanaman ilung atau eceng gondok mengubah hidupnya dari seorang tani nelayan biasa menjadi pengusaha perajin anyaman purun dan ilung yang mengkoordinir puluhan perajin di enam desa di Kabupaten HSU.
Yannor semula hanya iseng memanfaatkan tanaman eceng gondok untuk dibuat produk kerajinan, berbekal pengetahuan yang didapatnya dari internet, mulai mengolah kerajinan dari bahan tanaman ini.
Anpulung.
Ia berpikir bahan baku tanaman eceng gondok yang melimpah di lingkungan tempat tinggalnya sayang jika tidak dimanfaatkan, apalagi dirinya sudah tahu jika tanaman eceng gondok bisa diolah menjadi bahan kerajinan.
“Awalnya, hanya beberapa pengrajin yang menekuni, namun seiring perhatian Pemerintah Daerah melalui Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan (Dikuperindag) sedikit demi sedikit pangsa pasar mulai terbuka dan bantuan pelatihan dan permodalan mengalir ke desa kami,” katanya.
Bersama perajin lainnya lantas dibantu membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB) yang diberi nama Kembang Ilung, dengan memperoleh bantuan permodalan dan mulai meningkatkan jumlah produksinya.
Sudah tidak terhitung ajang pameran dalam dan luar daerah yang diikutinya untuk membuka jaringan pemasaran produk kerajinan eceng gondok.
Beberapa pembeli luar daerah sekarang mulai rutin memesan produk kerajinannya. Seiring bertambahnya pembeli, KUB Kembang Ilung mulai kewalahan mengingat jumlah perajin di desanya terbatas, hanya 20 perajin.
Dengan adanya Program Klaster Anyaman Purun dan Ilung (Anpulung) dari Bank Indonesia, membantunya bersama KUB Kembang Ilung melakukan pembinaan kepada perajin anyaman purun dan eceng gondok di lima desa di Kecamatan Haur Gading.
Berkat sinergi antara KUB Kembang Ilung dengan perajin lainnya ini dapat mengatasi masalah ketersediaan pasokan produk kerajinan yang dipesan.

“Perajin lain kita latih mendesain produk jadi sesuai pangsa pasar luar daerah, kemudian kita beli sesuai harga yang ditetapkan perajin agar mereka tetap mendapat untung,” kata Yannor. (Tim) web majalah fakta / majalah fakta online

No comments:

Post a Comment