Hampir seluruh pejabat teras Balaikota Kediri
membenarkan ada bisnis besar di balik seringnya Walikota Samsul Ashar melakukan
mutasi pejabat.
BISNIS mutasi jabatan
beromset milyaran rupiah sekali putaran itu diduga tidak hanya
dilakukan menjelang berakhirnya masa jabatan Walikota Kediri, tapi semenjak
menjabat mesin pencetak uang tanpa mengandung resiko hukum tersebut sudah
dioperasikan oleh Samsul Ashar. Merasa menjadi satu-satunya
orang yang memiliki hak prerogatif di Pemkot Kediri, Walikota Samsul terkesan tanpa
malu-malu mengeruk uang yang jumlahnya milyaran
rupiah, dari keringat anak buahnya sendiri, yakni para
PNS Pemkot Kediri.
Setiap membutuhkan uang dalam jumlah besar, ia memerintahkan
Badan Kepegawaian Daerah (BKD) untuk
melakukan mutasi pejabat. Bagi para pejabat yang ingin kursi strategis atau PNS
yang ingin promosi, harus setor upeti yang jumlahnya puluhan hingga ratusan juta
rupiah. Lebih miris lagi, saat Walikota benar-benar
membutuhkan uang sementara mutasi baru saja digelar, sang
operator Walikota yaitu Kepala BKD tidak
kekurangan akal, tetap bisa mendapatkan upeti untuk disetorkan
kepada Walikotanya. Seperti halnya mau membeli mobil atau motor bisa indent sebelum barang datang, Jabatan di
Balaikota Kediri pun
bisa diindent seperti mobil dan
motor. Bayar dulu, dilantik menjadi pejabat menunggu putaran mutasi berikutnya.
Ironisnya, banyak juga PNS
Pemkot Kediri yang justru sangat suka dengan sistem kepemimpinan
tersebut. Mungkin saja utamanya bagi PNS ber-IQ rendah,
mereka yang ingin jalan pintas, mereka yang ingin cepat menjadi orang terhormat
atau mereka yang berangan-angan cepat kaya, sistem tersebut sungguh
menggiurkan. Karena untuk menjadi pejabat di Pemkot Kediri, tidak dibutuhkan
kepandaian, jenjang karir atau bahkan prestasi. Tapi yang dibutuhkan adalah Wani
Piro ??? (Berani bayar
berapa ???). Itulah kata
salah seorang Asisten Sekda Kota Kediri sambil menggerak-gerakkan
jari tangannya menirukan iklan televisi salah satu produk rokok. Ia mencontohkan,
ada salah seorang Lurah yang ingin naik
kasta menjabat sebagai Kepala
Satpol PP, sudah dua tahun indent dengan
menyetor puluhan juta rupiah. Tapi, kasihan
dia, jabatan tersebut belum juga
diberikan kepadanya.
Salah seorang pejabat eselon dua di
lingkungan Pemkot Kediri menyindir, para PNS
Pemkot selama hampir lima tahun tidak sadar telah dijadikan
sapi perahan, Tuyul Pesugihan (Jin penyetor uang)-nya
Walikota Samsul Ashar. Membeli jabatan
dengan harapan rejekinya semakin melimpah, saat dilantik bersuka ria, saat menduduki
jabatan pusing kepala. “Bagaimana tidak pusing, kalau setorannya ke Walikota
nipis dianggap tidak becus bekerja kemudian diancam distafkan,
sementara kalau setor besar takut dipenjara,” ujar
pejabat eselon dua tadi kepada FAKTA.
![]() |
Romo Bambang Harianto SE. |
Romo Bambang Harianto SE kepada
FAKTA mengatakan, bila mutasi pejabat dijadikan panen raya oleh Walikota
jelas akan berdampak negatif terhadap kualitas dan
kuantitas pelayanan kepada masyarakat. Penyebabnya adalah para pejabat yang notabene sebagai
pengomando pelayanan publik, kualitas SDM-nya sangat
diragukan. Makanya, terbukti sekarang ini pelayanan kepada
masyarakat di Kota Kediri sangatlah amburadul. Romo Bambang
mencontohkan, saat terjadi letusan Gunung
Kelud baru-baru ini, seluruh
wilayah Kota Kediri tersiram abu vulkanik,
saat masyarakat terancam penyakit saluran pernafasan,
tidak ada upaya pembagian masker gratis. Saat cuaca panas,
debu di jalanan beterbangan, karena Pemkot tidak
cepat membersihkan jalan-jalan protokol. Sementara Walikota sendiri
berangkat ke luar negeri. “Bagaimana bisa berkualitas baik dalam pelayanan
kepada masyarakat, wong pejabatnya bingung mengembalikan modal beli jabatan ?
Jangan-jangan para pejabat itu memang tidak mampu,
karena ukuran mendapatkan jabatannya hanya karena uang,”
ujar Romo Bambang.
Romo Bambang berharap, ke depan
pemerintah pusat lewat Menteri
Pemberdayaan Aparatur Negara
memberikan aturan hukum yang baik tentang pengangkatan jabatan. Sehingga mutasi
jabatan nantinya tidak dijadikan mesin penyedot uang bagi kepala daerah yang
sudah telanjur menghabiskan banyak uang saat pemilihan kepala daerah.
Jual beli jabatan di tubuh Pemerintah
Kota Kediri, menurut beberapa pejabat eselon dua
Balaikota Kediri, hingga akan berakhirnya masa jabatan Walikota Samsul Ashar
masih terus berlangsung. Kabarnya, mutasi
terakhir yang akan digulirkan Walikota akan melibatkan lebih dari 300 pejabat.
Semua pejabat akan diacak-acak agar saat kepemimpinan Walikota yang baru
suasana balaikota tidak kondusif. Para pejabat yang selamat dan mendapatkan
tempat strategis adalah mereka yang sudah indent
dengan menyetor sejumlah uang kepada Walikota lewat Kepala
BKD.
![]() |
Eko Budiono SH MM, Kepala BKD Kota Kediri. |
Kabar dari para pejabat Pemkot Kediri tersebut agaknya
mendekati kebenaran. Saat FAKTA konfirmasi kepada Kepala
BKD Kota Kediri, Eko Budiono SH MM,
ia mengatakan bahwa semakin
banyak para pejabat Pemkot Kediri yang datang kepadanya ia
semakin jaya. Sehingga meskipun sudah diberitakan Majalah
FAKTA terbitan bulan Pebruari 2014 tentang dugaan kebobrokan Kepala
BKD Kota Kediri, kata Eko,”Saya akan semakin terkenal, dan akan semakin
banyak pejabat membutuhkan saya”. (Tim)R.26
No comments:
Post a Comment