Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, mendampingi para dubes negara sahabat saat meninjau ruang kerjanya |
DI mata Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, era Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan tantangan sekaligus kesempatan emas. Tantangan
jika sumber daya manusia tidak mampu bersaing di tengah derasnya tenaga kerja
asing. Sementara, kesempatan emas berlaku bilamana arus investasi mengalir
deras dan warga Kota Pahlawan ikut menikmati benefit dari perputaran uang yang
terjadi.
Mendekati
bergulirnya MEA per Januari 2015, Walikota terlecut lebih gencar mempromosikan
potensi yang dimiliki Surabaya. Beberapa tawaran undangan menjadi pembicara
dalam forum internasional tidak disia-siakan oleh alumnus ITS Surabaya ini. Termasuk
saat mengetahui bahwa Surabaya dijadikan jujugan para duta besar negara
sahabat. Kontan, Risma - panggilan Tri Rismaharini - mengiyakan tawaran
tersebut, karena dia tak perlu jauh-jauh ke luar negeri. Sebaliknya, duta
besar-duta besar tersebut yang datang ke balai kota guna menyimak langsung
paparan dari walikota.
Dirjen
Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) mengatakan,
kegiatan bertajuk Updates from the Region (UFTR): Exploring the Potentials of
Surabaya City merupakan salah satu program diplomasi ekonomi. Tujuannya, untuk
mempromosikan potensi bidang ekonomi, perdagangan, investasi dan pariwisata
daerah guna membuka peluang kerja sama dengan berbagai pihak luar negeri.
Sedikitnya
22 duta besar maupun perwakilan tetap negara sahabat hadir dalam UFTR kali ini.
Di antaranya dari Selandia Baru, Brunei Darussalam, Chile, Tiongkok,
Cekoslowakia, Swedia, Laos, Rumania, Fiji, Iran dan Malaysia. Tak ketinggalan
dari Myanmar, Ukraina, Oman, Uzbekistan, Australia, Republik Korea, Vietnam,
Singapura serta Duta Besar Uni Eropa untuk ASEAN.
Esti
memandang Surabaya sangat layak dikunjungi oleh para duta besar. Pasalnya,
kemajuan kotanya sangat pesat dalam beberapa dekade terakhir. Hal itu cukup
menyita perhatian internasional. “Surabaya sebagai bagian dari koridor II MP3I
telah mewujudkan pengembangan proyek infrastruktur di bidang jasa dan
pelayanan,” katanya.
Pada
kesempatan itu, Walikota Risma memaparkan banyak hal, mulai dari pendidikan,
kesehatan, infrastruktur, pelayanan publik hingga upaya penanggulangan banjir.
Menurut dia, yang menjadi perhatian utamanya saat ini adalah bagaimana
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sumber daya manusia agar mampu
bersaing. Untuk itulah, pemkot mengalokasikan 30 persen lebih dari total
APBD-nya untuk sektor pendidikan.
“Sekolah
di Surabaya hingga jenjang sekolah menengah atas semuanya gratis. Begitu pula
dengan akses kesehatan, di mana warga bisa memperoleh layanan kesehatan dengan
cuma-cuma. Dengan demikian, setidaknya warga sudah tidak memikirkan anaknya
akan sekolah di mana atau harus berobat ke mana. Itu bisa mengurangi beban
pikiran masyarakat,” terangnya.
Selain
itu, pembangunan infratruktur tidak bisa dikesampingkan dalam hal menggaet
investor agar tertarik menanamkan modalnya. Oleh karenanya, pemkot sejak
beberapa tahun lalu membangun konsep jalan-jalan baru yang terintegrasi. Bukan
seperti tol yang berbayar, jalan-jalan tersebut bisa dilalui kendaraan secara
gratis. Dengan begitu, asas keadilan akan terpenuhi karena warga punya pilihan untuk
menggunakan jalan yang gratis atau berbayar. Rencananya, jaringan jalan baru
itu akan mengkoneksikan beberapa obyek penting seperti pelabuhan, terminal
maupun akses keluar-masuk dari kota/kabupaten lain di sekitar Surabaya.
Beberapa jalan sudah terealisasi seperti MERR II-C, sebagian lainnya masih
dalam proses.
Dari
segi peningkatan ekonomi masyarakat, Risma menggarisbawahi bahwa peran usaha
kecil menengah (UKM) tidak bisa dipandang sebelah mata. Buktinya, berdasar data
yang dihimpun pemkot, angka kemiskinan menurun seiring dengan melonjaknya
jumlah para pelaku UKM. Hal itu tak lepas dari peran serta berbagai pihak dalam
memberikan pelatihan dan program-program pemberdayaan UKM.
Terkait
lingkungan, warga Kota Surabaya tampaknya sudah sadar akan pentingnya menjaga
lingkungannya. Hal ini dapat dilihat dari mulai menjamurnya komunitas-komunitas
yang mengelola bank sampah di kampung-kampung. Menurut Risma, bank sampah
mendatangkan banyak keuntungan karena adanya skema pemilahan. “Sampah organik
akan diolah menjadi pupuk sedangkan yang anorganik akan dijual untuk didaur
ulang,” ujarnya.
Saat
ini sudah ada lebih kurang 200 bank sampah yang dapat dijumpai di Surabaya.
Dari sudut pandang ekonomi, perputaran uang di seluruh bank sampah itu mencapai
USD 6.250 atau Rp 68.750.000,- per bulan. Sedangkan dari sisi volume sampah,
diketahui bahwa jumlah sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA)
selalu menurun dari tahun ke tahun.
Selama
paparan Walikota, para duta besar terlihat serius menyimak data dan gambar yang
ditampilkan di layar. Sesekali, pena mereka mencatat sesuatu setelah Walikota
menyelesaikan kalimatnya. Dubes Brunei Darussalam, Yang Mulia Dato Paduka
Mahmud Saidin, mengatakan, sebagian besar duta besar yang hadir sudah
mengetahui sepak terjang Walikota Risma di kancah internasional. Apalagi
setelah Surabaya berhasil menyabet sejumlah penghargaan dari mancanegara.
“Kami
merasa tidak rugi datang ke sini karena pada hari ini kami semua berkesempatan
mendengarkan langsung pemaparan dari salah satu kandidat walikota terbaik
dunia. Untuk itu, sekali lagi kami mengucapkan terima kasih atas sambutan
hangat yang telah diberikan,” kata Mahmud Saidin mewakili para dubes yang lain.
Ditemui di sela-sela acara, Kabag Kerjasama,
Ifron Hady Susanto, menambahkan, kegiatan ini merupakan bentuk promosi
diplomasi publik bagi Surabaya. Dengan dipaparkannya potensi dan perkembangan
terkini oleh walikota, diharapkan selanjutnya akan membawa dampak multi-efek.
“Tentu saja ini juga bagian dari promosi Surabaya jelang MEA 2015,” imbuh dia. (Rilis) web majalah fakta / majalah fakta online
No comments:
Post a Comment