Saatnya Bupati Dan Walikota Tanggap Banjir
Hamy Wahyunianto, Anggota DPRD Provinsi Jatim |
BADAN Metereologi dan
Geofisika (BMG) menyatakan, hingga akhir Februari sampai awal Maret 2016 hujan
dengan kapasitas tinggi disertai dengan angin kencang diperkirakan akan
mewarnai wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa Timur (Jatim) hujan deras dengan cuaca sangat
ekstrim terlihat hampir setiap hari. Tak pelak pasca hujan deras, terpantau
banjir menggenangi wilayah kabupaten/kota. Melihat kenyataan tersebut, sudah saatnya walikota/bupati lebih peduli dengan genangan air hujan atau banjir. Di antaranya dengan memperbaiki infrastruktur air agar
air tetap berada di tempatnya dan dapat bermanfaat bagi manusia baik saat musim penghujan atau musim kemarau.
Tidak banyak kabupaten/kota di Jatim yang memiliki kepedulian dalam menuntaskan genangan air
hujan atau banjir di wilayahnya. Tak
pelak, saat musim hujan datang selalu menjadi momok bagi daerah tersebut karena
bencana banjir selalu menghantui. Tapi tidak dengan Kota Surabaya yang
selalu tuntas dalam menyelesaikan
genangan air hujan, meski tidak 100 persen. Karenanya wilayah Surabaya ‘jarang’ terendam air.
Semua ini, tandas Anggota DPRD Provinsi
Jatim, Hamy Wahyunianto, kuncinya ada pada perbaikan drainase
dan perbanyak pompa air. ‘’Dan itu semua sudah dilakukan oleh Pemkot
Surabaya. Di mana saat ini telah dibangun gorong-gorong dengan ukuran raksasa. Demikian juga
dengan dibangunnya sejumlah rumah
pompa. Hal ini sebagai antisipasi turunnya air hujan yang memiliki intensitas
tinggi,” tegas politisi yang
juga Wakil Ketua Komisi D DPRD Provinsi Jatim ini.
Karenanya, ia berharap seluruh kabupaten/kota meniru konsep yang dilakukan Pemkot Surabaya
untuk mengantisipasi terjadinya banjir. Selain itu, lahan serapan tetap
harus dijaga keberadaannya, karena dianggap mampu untuk menyerap
air. Sesuai data yang ada, mengapa Sidoarjo setiap musim hujan selalu diwarnai
persoalan banjir, dikarenakan sistem drainasenya yang ada sangat jelek termasuk sedikitnya
keberadaan rumah pompa. ‘’Dan yang tak kalah penting adalah habisnya lahan
serapan, karena dibangun perumahan,’’ lanjut politisi asal PKS ini dengan mimik serius.
Di sisi lain, sebanyak enam perjalanan kereta api (KA) Daerah Operasional (Daop)
8 Surabaya dibatalkan dari total 30 perjalanan yang sebelumnya terganggu akibat
banjir Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Manager Humas PT KAI Daop 8 Surabaya, Suprapto, mengatakan, pada awal terjadinya banjir Daop 8 Surabaya sudah membatalkan beberapa perjalanan, khususnya
relasi pendek Surabaya - Porong -Tanggulangin. Sisanya, sebanyak 30 perjalanan terganggu dan telah
diantisipasi menggunakan skema penyediaan armada bus saat melewati kawasan
porong.
Namun banjir yang terjadi di kilometer 32+5 sampai 33+2 hingga Rabu belum
surut, sehingga membuat Daop 8 Surabaya terpaksa kembali membatalkan
perjalanan, khususnya KA relasi jarak jauh.
Suprapto mengatakan, 6 perjalanan KA relasi jarak jauh yang dibatalkan
antara lain KA Mutiara Timur relasi Surabaya - Banyuwangi/sebaliknya dengan
total 4 perjalanan. Selain itu, KA Probowangi relasi
Surabaya - Banyuwangi/sebaliknya dengan total sebanyak 2
perjalanan. "Sisanya, sebanyak 24
perjalanan menggunakan skema dialihkan, yakni tanpa melewati kawasan Porong dan
Tanggulangin," katanya, Rabu (17/2).
Seperti KA Bima nomor perjalanan 45 dan 46 yang dialihkan dari rute awal
Malang – Surabaya - Jakarta/sebaliknya menjadi
Surabaya - Jakarta/sebaliknya, tanpa dari dan ke Malang.
Selain itu KA Jayabaya dengan nomor perjalanan 153/154 yang awalnya
mempunyai relasi Malang – Surabaya - Jakarta/sebaliknya, diubah tanpa dari dan ke Malang,
dan hanya Surabaya - Jakarta/sebaliknya.
Ditambah KA Penataran nomor perjalanan 459, 460, 461, 462, 463, 464, 465,
466, 467, dan 468 yang awal relasinya Surabaya – Malang - Blitar/sebaliknya diubah menjadi
Bangil – Malang - Blitar, tanpa dari dan ke
Surabaya.
Kemudian KA Sri Tanjung dengan nomor perjalanan 195 dan 196 yang awalnya
relasi Leumpuyangan – Surabaya - Banyuwangi/sebaliknya, rutenya diubah menjadi
Leumpuyangan - Surabaya/sebaliknya, tanpa dari dan ke Banyuwangi.
Ditambah KA Logawa dengan nomor perjalanan 189 dan 190 yang awal relasinya
Purwokerto – Surabaya - Jember/sebaliknya, diubah menjadi Purwoerto - Surabaya, tanpa dari dan ke
Jember.
"Kita harapkan banjir akan segera surut, sebab saat ini sudah
menginjak hari ke 7, sejak kejadian pada Kamis (11/2)," katanya.
Banjir yang melanda perbatasan Jombang - Mojokerto di Desa Jombok,
Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang, tak kunjung surut, meski sudah
tujuh hari daerah tersebut tergenang air. Akibat banjir tersebut, aktivitas
warga lumpuh.
Sudah tujuh
hari jalan raya tergenang air dengan ketinggian setengah hingga 1 meter. Hal
ini mengakibatkan jalur menuju Kabupaten Mojokerto maupun Jombang tertutup total. Kendaraaan yang nekat melintasi jalur yang
tergenang banjir pun mogok karena terendam air. Lumpuhnya jalan tersebut
membuat warga tak bisa bepergian ke luar untuk berangkat kerja.
Selain itu, banjir juga masih merendam ratusan rumah warga di Desa Jombok.
Warga juga waspada menjaga barang-barang di rumahnya untuk mengantisipasi
banjir yang kian parah. Bahkan, sudah sepekan terakhir sekolah di daerah
tersebut meliburkan siswanya dari aktivitas belajar-mengajar karena bangunan
sekolah terendam air.
Salah seorang warga, Purwo, mengatakan, banjir ini terjadi
akibat hujan deras di daerah lereng Gunung Anjasmoro pekan lalu. Dirinya
bingung karena banjir di desa lainnya surut, tetapi di jalur alternatif antara
Kabupaten Jombang dan Mojokerto genangan airnya masih tetap tinggi. Ia berharap pemerintah segera melakukan upaya agar banjir
di desa mereka cepat surut. (F.809) web majalah fakta / majalah fakta online
No comments:
Post a Comment