Tambang Emas Tumpang Pitu, Kontroversi
IMN Berlanjut BSI
![]() |
Lokasi penambangan emas PT
BSI di Gunung Tumpang Pitu, merusak lingkungan ! |
PENAMBANGAN emas di Gunung Tumpang
Pitu, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur, masih menuai protes dari
masyarakat sekitar penambangan di Dusun Pancer, Desa Sumber Agung, Kecamatan
Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi.
Selain demo, masyarakat juga hadir dalam undangan audiensi antara masyarakat yang kontra terhadap penambangan emas dengan PT Bumi Sukses Indo (BSI) pada Senen (19/10).
Selain demo, masyarakat juga hadir dalam undangan audiensi antara masyarakat yang kontra terhadap penambangan emas dengan PT Bumi Sukses Indo (BSI) pada Senen (19/10).
Seperti diduga sebelumnya,
audiensi yang bertempat di Mapolres Banyuwangi dan dipimpin Kapolres Banyuwangi,
AKBP Bastoni Purnama Sik, serta dihadiri pula pihak terkait seperti Kepala
Badan Lingkungan Hidup (BLH), Khusnul Khotima, Kadis Perhubungan dan Informatika,
Suprayogi SH, Kepala Kantor Pelayanan Perijinan, Abdul Kadir, dan Perhutani itu
tanpa hasil kesepakatan yang jelas.
Padahal, demonstrasi masyarakat sempat nekad melempari pesawat helikopter yang biasa digunakan PT BSI untuk mengangkut hasil tambang. Dari demonstrasi tersebut 3 warga diamankan aparat keamanan namun dilepas kembali.
Padahal, demonstrasi masyarakat sempat nekad melempari pesawat helikopter yang biasa digunakan PT BSI untuk mengangkut hasil tambang. Dari demonstrasi tersebut 3 warga diamankan aparat keamanan namun dilepas kembali.
Ini merupakan konsekwensi lanjutan dari
ekplorasi yang hanya menomorsatukan keuntungan daripada dampak sosial dan
kerusakan lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari penambangan tersebut.
Topik masyarakat masih
sama ketika PT Indo Multi Niaga (IMN) beroperasi, menyayangkan atas adanya
pertambangan PT BSI yang dianggapnya dapat merusak ekosistim alam sekitar yang
berdampak buruk di kemudian hari. Namun PT BSI mengklaim pihaknya tidak merusak
dan tidak mau merusak alam Indonesia.
Masyarakat hanya ingin
semua pihak melihat fakta di lapangan, Gunung Tumpang Pitu yang dulu asri dan
menjulang tinggi serta sebagai pelindung alam dari ancaman tsunami dan sebagai
penyerap air hujan, sekarang bernasib tragis, hampir rata dengan tanah dengan
sisa-sisa galian.
Kehadiran PT BSI
merupakan kelanjutan dari penambangan yang dilakukan PT IMN yang sudah
beroperasional sejak 2007 dan sejak 2012 sudah tak lagi melakukan galian dengan
meninggalkan kerusakan lingkungan serta luka di hati masyarakat Banyuwangi.
Dampak posisif bagi masyarakat juga tak seimbang sama sekali, kecuali meninggalkan sebagian rakyat yang apes ditangkap dan dipenjara karena ngiler ingin menikmati kandungan emas dengan melakukan penggalian liar mengandalkan peralatan seadanya.
Dampak posisif bagi masyarakat juga tak seimbang sama sekali, kecuali meninggalkan sebagian rakyat yang apes ditangkap dan dipenjara karena ngiler ingin menikmati kandungan emas dengan melakukan penggalian liar mengandalkan peralatan seadanya.
Memang, beberapa tahun
terakhir, Gunung Tumpang Pitu layaknya primadona desa berlevel metropolis.
Bukan hanya perusahaan emas raksasa yang mengadu peruntungan di hutan jati itu.
Perebutan emas Tumpang Pitu membuat para penambang liar juga kian bersemangat. Ratusan bahkan ribuan
penambang liar bekerja berkelompok, sebanyak 5-10 orang, di lobang-lobang
galian beratapkan terpal. Sebagian penambang itu datang dari Kalimantan,
Sulawesi dan Nusa Tenggara Barat.
Memahat dinding batu
diceruk sedalam lebih dari 20 meter dan mesin blower mini memompa oksigen
lewat selang ke dasar lobang. Itu hal biasa walau terkadang nyawa jadi taruhan
ketika lobang galian ambrol.
“Kalau yang mati akibat lobang
galian ambrol atau kehabisan oksigen memang biasa, tapi kami sepakat untuk
tidak terlalu mempersoalkan karena resiko itu sudah kami sadari sejak awal,” aku
istri dari penambang liar, Gf, 28, sambil menambahkan, delapan bulan suaminya
menggali bersama sembilan rekannya pernah mendapat 1,7 kilogram bijih emas. Hasilnya dijual kepada
seorang penadah di Pesanggaran seharga Rp 350 ribu per gram. “Dua pertiga hasil
penjualan emas itu jatahnya bos yang selama ini memodali berbagai alat tambang
tradisional. Sisanya dibagi rata dengan kelompoknya. Pernah juga suami saya
hampir tiap hari bawa uang Rp 2 juta kadang lebih,” katanya.
Anehnya,
PT IMN atau saat ini PT BSI yang menggunakan peralatan modern masih berkutat
terhadap eksplorasi kajian mencari simple kandungan emas, sementara masyarakat
yang menggunakan alat tradisional sekedarnya justru sudah menemukan kandungan
emas yang diperkirakan sejumlah 2 juta ons, perak 80 juta ons yang diperkirakan
bila diuangkan mencapai US $ 5 M.
Padahal,
seperti rilis sumber terpercaya, sejak eksplorasi pertama kali pada 20
September 2007 sampai 29 Februari 2012, IMN sudah membor di 367 titik dengan
kedalaman total 116.495 meter. Terdiri atas 16 titik sedalam 4.172 m yang
dikerjakan PT Hakman Platina Metalindo dan IMN 351 titik dengan kedalaman
112.322 m.
PT IMN pun sudah
mendapat izin eksploitasi dari Bupati Banyuwangi melalui SK 188/10/KEP/429.011/2010
dengan luas 4.998 Ha.
Bagaimana dengan izin kontroversial PT BSI dengan konsekwensi dampak lingkungannya serta perlawanan masyarakat.? “Sementara ini belum ada perkembangan. Kami juga tak mau terlalu berkomentar banyak, karena kami masih merasa dalam pengawasan aparat,” kata Reke kepada Hayatul Makin dari FAKTA. (F.512) web majalah fakta / majalah fakta online
Bagaimana dengan izin kontroversial PT BSI dengan konsekwensi dampak lingkungannya serta perlawanan masyarakat.? “Sementara ini belum ada perkembangan. Kami juga tak mau terlalu berkomentar banyak, karena kami masih merasa dalam pengawasan aparat,” kata Reke kepada Hayatul Makin dari FAKTA. (F.512) web majalah fakta / majalah fakta online
No comments:
Post a Comment