Matangkan BUMDes, Badung
Belajar Kiat Sukses Di Bantul
Bupati Badung, Nyoman Giri Prasta, dan Wakil Bupati Bantul,
Abdul Halim Muslih, saat kunjungan PIP Pemkab Badung ke Pemkab Bantul, Provinsi
D I Jogyakarta, Kamis (20/4).
|
KESUKSESAN Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, dalam mengelola potensi desa
yang diwadahi dalam Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), membuat Pemerintah
Kabupaten Badung mencari ilmu untuk dikembangkan di seluruh desa di Gumi Keris,
Badung.
Kunjungan ke Pemerintah
Kabupaten Bantul itu dilakukan setelah kunjungan ke Kabupaten Kudus dan Candi
Ceto di Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Rombongan Pekan Informasi
Pembangunan (PIP) Kabupaten Badung 2017, Kamis (21/4) diterima Pemerintah
Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, bertempat di ruang pertemuan kantor setempat.
Rombongan PIP yang
dipimpin Bupati Badung, Nyoman Giri Prasta, didampingi Sekda Badung, Wayan Adi
Arnawa, dan Asisten Pemerintahan dan Kesra, I B A Yoga Segara, Kepala Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Putu Gede Sridana, Kadis Pertanian dan
Pangan, IGAK Sudaratmaja, Kabag Humas, Nyoman Sujendra, dan I B Sunarta serta
Putu Alit Yandinata mewakili pimpinan DPRD Badung ini diterima oleh Wakil
Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, yang didampingi Asisten I serta DPRD Bantul.
Bupati Nyoman Giri Prasta dalam penyampaian
maksud dan tujuan kunjungan guna melakukan studi komparasi untuk pengembangan
potensi desa salah satunya melalui BUMDes. "Badung memiliki potensi besar
pariwisata dan pertanian. Untuk mendukung itu dan untuk meningkatkan potensi
desa kami kembangkan melalui BUMDes," kata Giri Prasta.
Tidak hanya itu, yang
tidak kalah penting untuk dikembangkan adalah mengenai pangan. Sehingga kata
dia, ketahanan pangan melalui stok pangan untuk kebutuhan masyarakat sangat
penting dilakukan. "Kami juga sudah kunjungan ke Kudus mengenai ketahanan
pangan. Kami ingin kembangkan tempat penyimpanan pangan sehingga bisa
bertahan antara 3 sampai 6 bulan," katanya.
Khusus mengenai BUMDes,
lanjut Giri Prasta, sebagian besar desa di Badung telah terbentuk BUMDes.
Melalui BUMDes ini desa bisa mengembangkan potensi yang dimiliki untuk
menjadikan desa yang berdikari. Sehingga semua kebutuhan masyarakat khususnya
di Badung dapat dipenuhi atas ketersediaan bahan di desa tersebut.
"Kami inginkan desa
adalah dapur dan menjadi garda terdepan untuk kemajuan masyarakat dan
daerahnya. Untuk itu, kami juga buatkan BUMDA sebagai penyangganya,"
katanya.
Dicontohkan Giri Prasta,
dengan BUMDes segala kebutuhan bisa dipenuhi dari desa setempat atau melalui
kerja sama dengan desa lainnya. Misalnya pembangunan. Bawahan bangunan seperti
batako maupun kusen dan pintu didapat dari usaha masyarakat maupun BUMDes desa
setempat.
"Desa bisa
berdikari dan atau melakukan kerja sama dengan desa lainnya. Jadi semua bahan
baku bisa diambil dari desa setempat kecuali untuk bahan yang tidak disediakan
di desa tersebut," ucap bupati asal Desa Pelaga, Petang, ini. Yang tidak
kalah penting pula, silahturahmi antar-Pemkab Badung dan Bantul dapat terjalin
untuk kemajuan daerah masing-masing.
Wabup Bantul, A Halim
Muslih, dalam penyambutannya menjelaskan, kesuksesan dalam mengelola BUMDes
tidak terlepas dari dukungan masyarakat dalam mengelola dan mengembangkan
potensi desa masing-masing.
Bantul, kata Halim
Muslih, sebagai penyangga produksi DIY mencanangkan pengembangan pariwisata
berbasis komunitas. Desa-desa pun diharapkan mendukung pengembangan program
tersebut. "Bantul juga sudah meraih Best
Pariwisata Komunitas," terangnya.
Dengan pencanangan itu,
lanjutnya, pengembangan perekonomian desa makin berpotensi untuk menjadi lebih
baik. Termasuk melalui pengembangan BUMDes.
Pemerintah Kabupaten
Bantul juga memberikan pemaparan salah satu BUMDes yang sukses mengembangkan
potensi desa yaitu Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon.
Dijelaskan langsung oleh
Lurah Desa setempat, Wahyudi Anggoro Hadi, bahwa BUMDes di Desa Panggungharjo
dibentuk sejak tahun 2013, hingga di tahun 2016 BUMDes melalui bidang jasa
telah mengumpulkan pendapatan hingga Rp 1,2 miliar.
"Dari pendapatan
itu 60 persen di antaranya adalah biaya-biaya operasional," jelas lurah
desa yang berusia 37 tahun ini.
Dari BUMDes yang
bergerak di bidang jasa kebersihan, lanjut dia, lebih kepada aspek sosial dan
lingkungan. Nah untuk yang
mendatangkan income adalah dari
retribusi dan penjualan barang bekas.
"Pendapatan yang
besar juga dari jualan limbah minyak goreng bekas. Ini kami bekerja sama dengan
Danone Aqua untuk pengganti solar," katanya. (Humas Setdakab Badung)
No comments:
Post a Comment