Wabup Suiasa Tutup Festival Seni Budaya
Adat Kuta Ke-VIII
WAKIL Bupati Badung, I Ketut Suiasa, Minggu
(18/3) secara resmi menutup Festival Seni Budaya Adat Kuta Ke-VIII yang
berlangsung di Jaba Pura Segara Desa Adat Kuta. Festival budaya tersebut selalu
menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke Kuta, dikarenakan daya
tarik pawai ogoh-ogoh, lomba baleganjur dan pemilihan jegeg bungan Desa Adat
Kuta, serta aneka hiburan dan kuliner yang berada di area pantai Kuta, yang
selalu memanjakan wisatawan dan masyarakat. Dalam kesempatan tersebut Wabup
Suiasa hadir didampingi oleh istri, Nyonya Kristiani Suiasa. Mereka disambut
oleh Anggota DPRD Kabupaten Badung Dapil Kuta, I Gusti Anom Gumanti dan Luh Gde
Sri Mediastuti, Sekcam Kuta, I Made Gede Artha, Bendesa Adat Kuta, I Wayan
Suarsa, dan Lurah Kuta, Wayan Daryana. Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Ketua LPM Kuta, Anak
Agung Gede Agung, serta Kepala Lingkungan se-Desa Adat Kuta.
Dalam malam penutupan
Festival Seni Budaya Adat Kuta VIII tersebut, para undangan dihibur dengan penampilan
Parade Gong Kebyar Anak-Anak, serta Grand Final Pemilihan Jegeg Bungan Desa
Adat Kuta Tahun 2018, serta pengumuman pemenang Lomba Ogoh-Ogoh dan fragmen
tari. Kendati tidak penuh mengikuti acara, Wabup Suiasa kembali memberikan
apresiasinya, sekaligus memberikan dana punia sebesar Rp 50 juta untuk
mendukung Festival Seni Budaya Adat Kuta tersebut. "Atas nama Pemerintah
Kabupaten Badung, saya merasa bangga dan mengapresiasi upaya dari masyarakat
Desa Adat Kuta yang sudah melaksanakan Festival Seni Budaya Desa Adat Kuta ini dengan
baik," ujarnya.
Dipaparkannya, dalam
Festival Seni Budaya Desa Adat Kuta yang telah dilaksanakan 8 tahun terakhir
ini, sangat jelas dan tegas konsepsi dasar filosofi dan semangat yang
terkandung di dalamnya. Hal itu tiada lain adalah wujud semangat dan upaya
masyarakat dalam melestarikan dan memberdayakan budaya, seni, tradisi dan agama
di Bali, khususnya di Desa Adat Kuta. "Kami harapkan kegiatan seperti
Festival Seni Budaya Kuta ini bisa dilaksanakan secara terus-menerus dan menjadi
komitmen bagi masyarakat Kuta. Even seperti ini selayaknya terus dilaksanakan
dan tidak hanya berhenti sampai di sini. Akan lebih baik jika selalu ada
festival-festival seni budaya selanjutnya, sebagai upaya pelestarian, wadah
berkreasi dan daya tarik bagi wisatawan," pungkasnya.
Sementara I Gusti Anom
Gumanti selaku tokoh masyarakat Kuta juga mengapresiasi atas penyelenggaraan
Festival Seni Budaya Desa Adat Kuta Ke-VIII. Di mana kemasan tampilan tahun ini
cukup apik, memberikan warna baru, pengalaman baru dan unsur universal. Baik
kepada masyarakat, wisatawan, utamanya bagi generasi muda di Kuta. Pasalnya,
kehadiran pemenang lomba gong kebyar anak-anak tahun lalu dari Kabupaten
Gianyar, 'mebarung' dengan seke gong anak-anak di Kuta. "Vibrasi positif ini tentu sangat baik dan bermanfaat bagi pemuda
kita di Kuta. Sebab kita bisa saling adu keterampilan, saling mengasah
keterampilan, sekaligus menjadi masukan ke depannya terkait apa yang masih
perlu disempurnakan," terangnya.
Di
sisi lain pihaknya juga mengapresiasi pengurus Desa Adat Kuta, yang terus
menggeliatkan Festival Seni Budaya Desa Adat Kuta. Hal tersebut merupakan wujud
keberhasilan Desa Adat Kuta dalam mengimplementasikan program PPNSB yang
dicanangkan pasangan GiriAsa, yaitu poin ke-4 terkait upaya pelestarian seni,
adat dan budaya. Apalagi Wabup Suiasa siap mendukung secara moral dan materiil
pelaksanaan even tersebut ke depannya, jika memang pihak desa adat terus
berkomitmen dan bersemangat melaksanakan kegiatan tersebut. "Seni dan
budaya ini harus tetap eksis di Kuta. Karena itu pembinaan dan saling adu
pengalaman melalui mebarung ini harus terus dilaksanakan," tegasnya.
Kendati
sudah baik dalam pelaksanaannya, namun untuk penyempurnaan tentu ke depannya
pelaksanaan tersebut harus terus dievaluasi dan diperbaiki. Utamanya terkait waktu
pelaksanaannya, sehingga dalam kegiatan tersebut tidak sampai lewat dari tengah
malam dan perlu ruang khusus yang lebih besar lagi. "Menurut saya ini
rentang waktunya perlu diatur, tidak sekalianlah ada even. Pembagian waktunya
ini perlu diatur secara jelas, sehingga tidak sampai larut malam. Ke depan kita
juga harap stakeholder seperti hotel
yang ada di Kuta bisa ikut terlibat, utamanya untuk menonton acara ini. Karena
itulah diperlukan ruang yang lebih representatif untuk menampilkan kegiatan itu,
dan itu tentu akan menjadi daya tarik bagi Kuta. Apalagi jika pelaksanaan
tersebut diatur rentang waktunya lebih panjang," imbuhnya. (Rilis)
No comments:
Post a Comment