Pupuk Organik Batola ‘Diburu’ Petani Berbagai Daerah
Pupuk organik buatan Gapoktan Tinombala Kabupaten Batola ini
telah melalui serangkaian uji laboratorium dan mulai diproduksi
dan dipasarkan
secara masal sejak dua tahun terakhir.
|
KETIKA berkunjung ke Desa Danda Jaya, Kecamatan Rantau Badauh, Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan, terlihat beberapa orang warga
sedang memindahkan tumpukan tanah hitam menggunakan skop ke sebuah mesin penggiling. Beberapa orang warga
lainnya memasukkan tumpukan tanah hitam yang sebelumnya telah diayak ke dalam
karung-karung kecil.
Ternyata tumpukan
menyerupai tanah hitam tersebut adalah pupuk organik hasil
pengomposan yang berasal dari kotoran sapi dan ayam. Pupuk organik itu merupakan hasil produksi dari Gabungan Kelompok Tani dan
Ternak (Gapoktan) Tinombala Desa Danda
Jaya.
Pupuk organik
produksi Gapoktan Tinombala ini sudah
dipasarkan tidak hanya di Kabupaten Barito Kuala, tapi juga kabupaten lain di
Kalimantan Selatan, bahkan ke provinsi tetangga seperti Kalimantan Tengah. Saat menunggu musim tanam dan panen, produksi pupuk
organik ini mencapai 500 kilogram per hari. Tetapi pada saat musim tanam dan panen padi, tidak dapat berproduksi
karena anggota gapoktan fokus menanam dan
memanen padi.
Peternak yang tergabung di Gapoktan Tinombala Kabupaten
Barito Kuala, benar-benar sukses mengembangkan pupuk organik dari limbah
kotoran sapi yang mampu meningkatkan produksi padi hingga 20 persen
dibandingkan dengan menggunakan pupuk kimia.
Selain meningkatkan produksi padi, pupuk organik
produksi kelompok peternak di Desa Danda Jaya tersebut juga bisa mempercepat
pertumbuhan,, seperti untuk penyemaian padi
yang seharusnya 20 hari bisa dilakukan hanya 17 hari.
Bukan hanya itu, kini produksi pupuk organik dari
limbah kotoran sapi tersebut juga menjadi salah satu usaha baru bagi peternak
sebagai pendapatan tambahan yang cukup menjanjikan.
Sebelumnya limbah kotoran ternak sapi dan ayam tersebut
dikeluhkan warga sekitar, karena baunya yang tidak sedap dan menyengat, mencemari udara di daerah tersebut. Namun,
kini limbah itu justru
dicari karena masyarakat sekitar mampu mengolah limbah tersebut menjadi penghasilan tambahan untuk meningkatkan
kesejahteraan para anggota kelompok.
Di Desa Danda Jaya sebelum ada peternakan, warganya
hanya mengandalkan sektor pertanian padi yang tanam satu kali dalam satu tahun.
Saat musim tanam usai, para lelaki daerah tersebut harus keluar daerah untuk
mencari pekerjaan tambahan menunggu musim panen.
Sodikun, Ketua Gapoktan Tinombala, mencari jalan guna merubah kondisi
tersebut. Dan, akhirnya, ia pun berusaha untuk mengembangkan sektor peternakan yang
kemudian mendapatkan perhatian dari Dinas Peternakan Kabupaten Barito Kuala.
Namun, setelah peternakannya berkembang, timbul masalah baru, yaitu limbah sapi mengganggu masyarakat
sekitar peternakan, hingga akhirnya ditemukanlah sistem produksi limbah organik
yang menguntungkan.
Proses pembuatan pupuk organik ini sama dengan proses pembuatan pupuk
sejenis lainnya yaitu melalui proses pengomposan selama satu bulan. Bahan baku
pupuk berasal dari kotoran sapi milik warga yang jumlahnya mencapai 600 ekor.
Desa Danda Jaya merupakan salah satu desa pembibitan dan penggemukan sapi yang
ada di Barito Kuala.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Dinas
Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan dan Dinas Peternakan Kabupaten Batola
merespon kegiatan Gapoktan Tinombala yaitu dengan memberikan penyuluhan dan
peralatannya untuk pengembangan produksi pupuk organik.
Kini pupuk organik produksi peternak Danda Jaya
banyak diburu oleh petani di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, maupun dari
provinsi lainnya, karena selain ramah lingkungan juga mampu meningkatkan
produksi padi.
Dalam satu bulan, kelompok tani itu mampu
memproduksi hingga 2.000 kilogram dengan harga untuk kemasan 25 kilogram Rp 30
ribu dan 8 kilogram Rp 12 ribu.
Eni Siti Rohaini, Peneliti Madya dari BPTP Provinsi
Kalsel, mengatakan, selain membantu peternak memanfaatkan teknologi pengelolaan pupuk organik,
pihaknya juga membantu pemasarannya.
Pupuk produksi Batola ini banyak diburu oleh petani
dari berbagai daerah, bahkan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, peternak
terpaksa mendatangkan kotoran sapi dari kabupaten lainnya.
Tidak hanya pupuk organik padat, kini peternak juga
mulai mengembangkan pupuk organik cair yang punya keunikan tidak hanya sebagai
pupuk tetapi juga bisa digunakan sebagai pembasmi hama dan hasilnya cukup bagus
untuk mendukung peningkatan produksi. Namun, hingga kini pasar pupuk cair belum
begitu luas, karena produksinya baru dimulai satu tahun lalu, sehingga belum terlalu
dikenal oleh masyarakat.
Produksi pupuk
organik di Desa Danda Jaya ini tidak
hanya diproduksi kelompok tani yang mendapat pembinaan dari Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian serta Dinas Peternakan provinsi dan kabupaten, tetapi juga
diproduksi petani secara sendiri-sendiri.
Pupuk organik buatan Gapoktan Tinombala Batola ini telah melalui serangkaian uji
laboratorium dan mulai diproduksi dan dipasarkan secara masal sejak dua tahun terakhir.
Kini selain mengharapkan hasil dari bertani, sebagian warga desa juga
mempunyai penghasilan dari penjualan pupuk organik yang dikelola oleh kelompok tani yang tergabung di Gapoktan Tinombala. (Tim)
No comments:
Post a Comment