Wednesday, June 7, 2017

ADVETORIAL BADUNG

Matangkan BUMDes, Badung Belajar Kiat Sukses Di Bantul

Bupati Badung, Nyoman Giri Prasta, dan Wakil Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, saat kunjungan PIP Pemkab Badung ke Pemkab Bantul, Provinsi D I Jogyakarta, Kamis (20/4).
KESUKSESAN Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, dalam mengelola potensi desa yang diwadahi dalam Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), membuat Pemerintah Kabupaten Badung mencari ilmu untuk dikembangkan di seluruh desa di Gumi Keris, Badung.
Kunjungan ke Pemerintah Kabupaten Bantul itu dilakukan setelah kunjungan ke Kabupaten Kudus dan Candi Ceto di Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Rombongan Pekan Informasi Pembangunan (PIP) Kabupaten Badung 2017, Kamis (21/4) diterima Pemerintah Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, bertempat di ruang pertemuan kantor setempat.
Rombongan PIP yang dipimpin Bupati Badung, Nyoman Giri Prasta, didampingi Sekda Badung, Wayan Adi Arnawa, dan Asisten Pemerintahan dan Kesra, I B A Yoga Segara, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Putu Gede Sridana, Kadis Pertanian dan Pangan, IGAK Sudaratmaja, Kabag Humas, Nyoman Sujendra, dan I B Sunarta serta Putu Alit Yandinata mewakili pimpinan DPRD Badung ini diterima oleh Wakil Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, yang didampingi Asisten I serta DPRD Bantul.
Bupati Nyoman Giri Prasta dalam penyampaian maksud dan tujuan kunjungan guna melakukan studi komparasi untuk pengembangan potensi desa salah satunya melalui BUMDes. "Badung memiliki potensi besar pariwisata dan pertanian. Untuk mendukung itu dan untuk meningkatkan potensi desa kami kembangkan melalui BUMDes," kata Giri Prasta.
Tidak hanya itu, yang tidak kalah penting untuk dikembangkan adalah mengenai pangan. Sehingga kata dia, ketahanan pangan melalui stok pangan untuk kebutuhan masyarakat sangat penting dilakukan. "Kami juga sudah kunjungan ke Kudus mengenai ketahanan pangan. Kami ingin kembangkan tempat penyimpanan pangan sehingga bisa bertahan antara 3 sampai 6 bulan," katanya.
Khusus mengenai BUMDes, lanjut Giri Prasta, sebagian besar desa di Badung telah terbentuk BUMDes. Melalui BUMDes ini desa bisa mengembangkan potensi yang dimiliki untuk menjadikan desa yang berdikari. Sehingga semua kebutuhan masyarakat khususnya di Badung dapat dipenuhi atas ketersediaan bahan di desa tersebut.
"Kami inginkan desa adalah dapur dan menjadi garda terdepan untuk kemajuan masyarakat dan daerahnya. Untuk itu, kami juga buatkan BUMDA sebagai penyangganya," katanya.
Dicontohkan Giri Prasta, dengan BUMDes segala kebutuhan bisa dipenuhi dari desa setempat atau melalui kerja sama dengan desa lainnya. Misalnya pembangunan. Bawahan bangunan seperti batako maupun kusen dan pintu didapat dari usaha masyarakat maupun BUMDes desa setempat.
"Desa bisa berdikari dan atau melakukan kerja sama dengan desa lainnya. Jadi semua bahan baku bisa diambil dari desa setempat kecuali untuk bahan yang tidak disediakan di desa tersebut," ucap bupati asal Desa Pelaga, Petang, ini. Yang tidak kalah penting pula, silahturahmi antar-Pemkab Badung dan Bantul dapat terjalin untuk kemajuan daerah masing-masing.
Wabup Bantul, A Halim Muslih, dalam penyambutannya menjelaskan, kesuksesan dalam mengelola BUMDes tidak terlepas dari dukungan masyarakat dalam mengelola dan mengembangkan potensi desa masing-masing.
Bantul, kata Halim Muslih, sebagai penyangga produksi DIY mencanangkan pengembangan pariwisata berbasis komunitas. Desa-desa pun diharapkan mendukung pengembangan program tersebut. "Bantul juga sudah meraih Best Pariwisata Komunitas," terangnya.
Dengan pencanangan itu, lanjutnya, pengembangan perekonomian desa makin berpotensi untuk menjadi lebih baik. Termasuk melalui pengembangan BUMDes.
Pemerintah Kabupaten Bantul juga memberikan pemaparan salah satu BUMDes yang sukses mengembangkan potensi desa yaitu Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon.
Dijelaskan langsung oleh Lurah Desa setempat, Wahyudi Anggoro Hadi, bahwa BUMDes di Desa Panggungharjo dibentuk sejak tahun 2013, hingga di tahun 2016 BUMDes melalui bidang jasa telah mengumpulkan pendapatan hingga Rp 1,2 miliar.
"Dari pendapatan itu 60 persen di antaranya adalah biaya-biaya operasional," jelas lurah desa yang berusia 37 tahun ini.
Dari BUMDes yang bergerak di bidang jasa kebersihan, lanjut dia, lebih kepada aspek sosial dan lingkungan. Nah untuk yang mendatangkan income adalah dari retribusi dan penjualan barang bekas.

"Pendapatan yang besar juga dari jualan limbah minyak goreng bekas. Ini kami bekerja sama dengan Danone Aqua untuk pengganti solar," katanya. (Humas Setdakab Badung)

No comments:

Post a Comment