SETELAH kalah
berebut simpati masyarakat dalam
Pemilihan Walikota Kediri, pola kepemimpinan
Walikota Kediri, Samsul Ashar, terkesan semakin gelap
mata. Bahkan mencuat dugaan
adanya kesengajaan desain memporakporandakan stabilitas
di lingkungan Pemerintah Kota Kediri. Orientasinya,
disebut-sebut mengeruk keuntungan sebesar-besarnya
dan meninggalkan tatanan semrawut bagi walikota selanjutnya.
Kalangan pemerhati pemerintahan di Kota
Kediri mensinyalir pula adanya bisnis besar
jual-beli kursi jabatan yang diindikasikan dari beberapa kali mutasi pejabat
yang dilakukan pasca Pilwali 29 Agustus 2013. Omset
jual-beli kursi jabatan itu bisa mencapai milyaran
rupiah dalam sekali putaran. Padahal pasca kalah dalam pilwali
saja, Walikota Samsul Ashar sudah melakukan empat kali putaran mutasi
pejabat. Seorang pejabat
Balaikota Kediri kepada FAKTA (23/1) membeberkan adanya
jaringan “sales jabatan”
di Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Kediri, tidak
henti-hentinya mencari klien yaitu para pejabat
maupun staf yang ingin promosi dengan
meminta imbalan puluhan hingga ratusan juta rupiah. Kabarnya,
masih akan ada dua putaran lagi mutasi
pejabat memanfaatkan sisa masa jabatan Walikota Samsul Ashar yang tinggal
beberapa bulan tersebut.
Masih kata pejabat Balaikota Kediri, bisnis
besar jual-beli kursi jabatan tersebut operator utamanya
yang ditunjuk adalah Kepala BKD, Eko Budiono
SH MM. Kebetulan ia adalah pejabat yang baru
saja dipromosikan dari eselon 3 menjadi eselon
2 dan langsung menduduki pos jabatan strategis
yaitu Kepala BKD. Selama ini Eko Budiono
dikenal oleh beberapa kalangan sebagai sindikat besar calo CPNS wilayah
Jawa Timur. Hebatnya lagi, disebut-sebut Eko langsung
menambah kekuatan timnya di BKD, dengan memasukkan sekian banyak jaringannya
yang berprofesi sebagai PNS menduduki jabatan di BKD. Alhasil bisnis besar jual-beli kursi
jabatan pun berjalan mulus dan menghasilkan milyaran
rupiah meskipun banyak melanggar aturan dan kaidah-kaidah
kepegawaian. “Tunggu beberapa saat lagi akan ada bisnis kepegawaian yang lebih
besar lagi bahkan raksasa selain mutasi, bisnis
raksasa itu memanfaatkan sisa jabatan Walikota
Samsul Ashar”.
Mantan pejabat Pemkot Kediri yang juga pemerhati pemerintahan,
Drs Sulchan M Noer MSi,
kepada FAKTA (24/01) mengaku prihatin
melihat ulah Walikota Samsul Ashar. Menurutnya, Samsul sama sekali tidak
memakai etika pemerintahan dalam menjalankan amanah masyarakat Kota Kediri.
Peraturan perundang-undangan tentang kepegawaian, banyak yang
diterjang demi keuntungan pribadi. Mengkaji langkah beberapa kali mutasi
pejabat Pemkot Kediri yang dilakukan Samsul Ashar,
sangatlah mudah dibaca bahwa ia bekerja
tanpa memfungsikan Tim Baperjakat. “Lagian
apa to fungsi perubahan struktur
tersebut bagi pelaksanaan pembangunan kota ini, wong Samsul sudah tidak
lagi menjadi user dari pejabat-pejabat
itu ?”. kata Sulchan.
Indikasi adanya bisnis besar
di balik beberapa kali mutasi pejabat yang
dilakukan Samsul Ashar, sangatlah mudah dibaca. Sehingga pekerjaan rumah yang
amat besar nanti akan diterima oleh walikota yang baru,
dia akan dihadapkan pada sekian banyak pejabat Pemkot
Kediri karbitan, bermoral korupsi demi mengembalikan modal, bekerja tanpa ada keloyalan kepada masyarakat tapi keroyalan kepada Walikota. Menurut
Sulchan, walikota yang baru nanti
harus berani mengadakan evaluasi masal kepada seluruh
pejabatnya, bila perlu mendatangkan tenaga ahli dari Kementerian
Pemberdayaan Aparatur Negara.
Beberapa kali FAKTA berusaha mengkonfirmasi
berita tersebut kepada Kepala BKD Kota Kediri, Eko Budiono SH MM, tapi
selalu gagal. Sering kali mobil dinasnya ada di depan kantor
tapi orangnya tidak ada. Beberapa nomor HP-nya yang
dihubungi FAKTA, semuanya OFF. (F.627)R.26
No comments:
Post a Comment